x

Iklan

PARDOSI

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Pandangan Jauh Marsetio Tentang Indonesia Poros Maritim Dunia

Namun, tahukah Anda, sebelum Jokowi terpilih sebagai Presiden, Laksamana (Purn) Dr Marsetio telah menerbitkan sebuah buku berjudul “Sea Power Indonesia”

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Pembahasan tentang Indonesia sebagai poros maritim dunia mendadak ramai setelah Jokowi dinyatakan sebagai pemenang Pilpres 2014 lalu. Dalam visinya sebagai Presiden ketujuh Indonesia, Jokowi memang meletakkan isu maritim sebagai salah satu tujuan besarnya. Jokowi rupanya menyadari bahwa Indonesia yang dikaruniai lautan luas sesungguhnya merupakan modal besar untuk membawa bangsa ini ke arah yang lebih baik melalui visi berbasis kelautan.

Namun, tahukah Anda, sebelum Jokowi terpilih sebagai Presiden, Laksamana (Purn) Dr Marsetio telah menerbitkan sebuah buku berjudul “Sea Power Indonesia”, yang di dalamnya secara lengkap tentang sejarah, kondisi saat ini, dan gambaran jelas masa depan maritim Indonesia. Buku setebal 164 halaman tersebut diterbitkan Universitas Pertahanan, Jakarta pada awal 2014, lima bulan sebelum Pilpres 2014 digelar.

Marsetio yang pernah menjabat KSAL periode 2012-2015, ini secara rinci menggambarkan kondisi kelautan Indonesia dikaitkan dengan posisi tawarnya di panggung dunia. Menurut Marsetio, kekuatan bangsa ini sejatinya terletak di lautan yang harus dibangun dengan serius dan melibatkan semua pihak. Dikatakan Marsetio, dengan modal lautan yang begitu luas, Indonesia mempunyai posisi tawar yang sangat tinggi. Persoalannya sekarang adalah bagaimana mengoptimalkan modal tersebut demi kemajuan bangsa.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Inti dari buku ini menawarkan cara pandang bagaimana seharusnya kita sebagai negara maritim mampu menggunakan dan mengendalikan laut (sea control) serta mencegah pihak lain menggunakannya (sea denial), sehingga laut dengan segala aspeknya mampu menjadi kekuatan politik dan ekonomi bagi Indonesia. Terkait dengan upaya pengendalian laut tersebut kaitannya dengan sea power yang dimiliki suatu negara tidaklah dapat dipisahkan. Sea power tidak berarti hanya armada kapal perang saja, tetapi mencakup segala potensi kekuatan nasional yang menggunakan laut sebagai wahananya, seperti penegak hukum di laut, armada kapal niaga, pelabuhan, serta industri dan jasa maritim.

Visi maritim yang dimaksud juga tidak berarti berpaling dari visi agraris yang telah berkontribusi dalam pembangunan nasional. Visi maritim tidak juga berarti meniadakan visi dirgantara. Tetapi bagi negara kita, membangun visi maritim berarti membangun negara melalui optimalisasi potensi sumber daya nasional yang dimiliki oleh negara kepulauan untuk saling bersinergi. Dengan kata lain seperti penjelasan Andi Widjajanto yang dikemukakan dalam kata sambutan di buku ini bahwa untuk menjadi suatu kekuatan maritim, Indonesia harus terlebih dahulu membangun suatu visi maritim yang bersinergi dengan visi agraris dan visi dirgantara dalam bingkai negara kepulauan.

Secara umum untuk memahami apa yang hendak disampaikan dalam buku ini dapat dibagi dalam tiga bagian besar.

Pertama, buku ini mencoba menjelaskan landasan historis kita sebagai bangsa bahwa kita memiliki warisan-warisan kejayaan dari leluhur yang pernah berjaya di nusantara dengan visi maritim. Mengutip sejarawan Inggris Arnold Toynbee mengatakan, sejarah itu pasti berulang, apa yang telah terjadi pada masa lalu, pada saat tertentu akan kembali terulang (hal xx). Dengan alur pemikiran demikian, untuk memahami tantangan kedepan buku ini mencoba merefleksikan kejayaan kerajaan nusantara sebagai satu upaya refleksi untuk dijadikan sebagai pijakan dalam memahami dan menghayati jatidiri bangsa sebagai modal untuk memiliki habitus sebagai bangsa maritim. Kerajaan Sriwijaya dan Majapahit dapat dijadikan contoh bagaimana pengendalian dan pemanfaatan laut menjadi sumber kekuatan dan akhirnya membawa kerajaan tersebut disegani ketika itu.

Kedua, berubahnya dinamika lingkungan strategis kawasan Asia Pasifik pada satu dasawarsa pertama abad ke-21 yang menandakan bergesernya bandul politik, ekonomi dan keamanan dunia dari Transatlantik ke kawasan Asia Pasifik secara langsung dan tidak langsung berimplikasi kepada Indonesia. Kawasan Asia Pasifik yang didominasi oleh perairan yang membentang luas dari pantai timur Pulau Sumatra hingga pantai barat Amerika Serikat akan menimbulkan dinamika baru yang sangat dipengaruhi oleh domain maritim. Dengan kondisi demikian, dalam buku ini diuraikan sudah saatnya Indonesia tidak hanya berada dalam zona nyaman dan terjebak dalam jawaban yang bernuansa “klasik dan konservatif”, yaitu hanya berkisar pada posisi strategis Indonesia di kawasan Asia Pasifik tetapi kita tidak mampu memanfatkannya untuk kejayaan Indonesia. Sudah saatnya TNI Angkatan Laut sebagai komponen utama Sea Power Indonesia mampu meningkatkan perannya secara nyata dengan penguatan alustista dan kualitas sumber daya manusianya. Berubahnya dinamika lingkungan strategis inilah yang menjadi salah satu alasan bagi kita untuk segara membangun Sea Power sebagai salah satu penunjang visi maritim Indonesia.

Ketiga, Konsep Sea Power Indonesia. Dalam buku ini diuraikan secara mendalam bagaimana kita membangun Sea Power dalam lingkup Indonesia dan apa yang menjadikannya berbeda dengan negara lain. Marsetio merumuskan upaya strategis untuk mengembangkan kekuatan maritim Indonesia dan menginditifkasikan enam sumber instrumen penting kekuatan maritim, yaitu kondisi geografis, luas wilayah, jumlah penduduk, karakter bangsa maritim dan karakter pemerintah. Keenam sumber instrumen ini, haruslah dilaksanakan dengan suatu pendekatan yang menyeluruh demi terbentuknya kekuatan maritim Indonesia serta dimulai dengan gebrakan perubahan paradigmatik yang memandang laut sebagai kekuatan utama.

Buku Sea Power Indonesia ini secara menyeluruh telah menghadirkan tantangan baru konsep pembangunan Indonesia ke depan. Konsepnya sudah jelas, Visi Maritim sebagai kekuatan utama untuk mewujudkan kejayaan Indonesia di masa yang akan datang. Sebagaimana sebuah konsep tentunya akan tampil pula berbagai tantangan untuk mengaplikasikan visi strategis tersebut.

Atas dasar itulah dibutuhkan kejernihan pemikiran dari segenap para pemangku kepentingan di republik ini untuk menyadari secara bersama bahwa kekuatan maritim Indonesia akan terwujud jika bangsa ini berani keluar dari zona nyamannya dan mengembalikan arah orientasi pembangunan Nusantara sesuai dengan kondisi geografis yang kita miliki.

Diolah dari berbagai sumber

Ikuti tulisan menarik PARDOSI lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu

Dalam Gerbong

Oleh: Fabian Satya Rabani

Jumat, 22 Maret 2024 17:59 WIB

Terkini

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu

Dalam Gerbong

Oleh: Fabian Satya Rabani

Jumat, 22 Maret 2024 17:59 WIB