x

Sejumlah umat Muslim mengikuti salat Idul Adha bersama di depan Masjid Jamie di Almaty, Kazakhstan, 12 September 2016. REUTERS

Iklan

Betty Kurniawati

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Islam Mengatur Politik

Sudah jelas Islam tidak bisa dipisahkan dengan politik. Al Islam Dinun minhu as siyasah.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Akhir-akhir ini hubungan Islam dan politik kembali ramai dibicarakan. Terutama pada saat menjelang pilkada DKI hingga deklarasi ‘Risalah Istiqlal’ yang dihadiri oleh sejumlah ulama, tokoh politik nasional, dan pimpinan organisasi masyarakat, Minggu (18/9). Risalah Istiqlal yang dihadiri pemimpin FPI, Rizieq Shihab itu salah satunya menyeru kepada umat muslim agar tidak memilih Gubernur DKI Jakarta yang non Muslim pada pilkada 2017. Suara keberatan mengenai lokasi yang dipilih sejumlah ulama dan tokoh politik untuk mendeklarasikan Risalah Istiklal juga datang dari Masdar Masudi, Wakil Ketua Umum Dewan Masjid Indonesia. “Kami menyayangkan tempat suci seperti masjid dipakai untuk kegiatan politik praktis. Masjid seharusnya dipisahkan, diselamatkan, dan dilindungi dari kepentingan kekuasaan yang bersifat antagonis. Saya kira tidak pada tempatnya” kata Masdar. Tidak hanya itu Imam Besar Masjid Istiqlal, Nasaruddin Umar, sampai berujar “Saya minta kegiatan politik praktis di Masjid Istiqlal jangan dilakukan, makanya saya tidak datang. Saya sudah sampaikan nggak boleh Istiqlal dipakai acara itu” (Bbc.com, 20/9).

Menanggapi masalah pertama mengenai hubungan Islam dengan politik kita tahu bahwa Islam adalah agama yang menyeluruh, agama yang sempurna, karena islam mengatur berbagai aspek kehidupan tidak hanya mengatur urusan ibadah ritual saja seperti sholat, puasa, zakat dan haji, tetapi islam juga mengatur masalah ekonomi, hukum, budaya, sosial begitu pula politik. Pada masa Rasulullah pun mengatur keuangan Baitul mal, mengirim misi-misi diplomatik keluatr negeri untuk dakwah Islam, termasuk menerima delegasi-delegasi diplomatik dari para penguasa di Madinah. Politik adalah salah satu bidang yang tidak bisa lepas dari kehidupan manusia. Bahkan perlu diketahui, masalah yang muncul pertama kali dikalangan muslim sepeninggalan Nabi Muhammad adalah masalah politik bukan masalah teologi.

Oleh karena itu penting dan harus bagi siapa saja yang ingin mengubah realitas negeri-negeri kaum Muslim untuk memperhatikan mereka dan harus berusaha membangun dan minciptakan poros politik di masyarakat yang akan menjadi alternatif yang siap saat terjadi perubahan rezim. Jadi sudah jelas Islam tidak bisa dipisahkan dengan politik. Al Islam Dinun minhu as siyasah.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Menanggapi masalah kedua fungsi Masjid yang sebenarnya. Sebagai umat Muslim melihat sejarah Rasulullah SAW bahwa pada masa itu Masjid tidak hanya digunakan untuk ibadah ritual saja, tetapi juga menjadi tempat Rasulullah SAW sebagai tempat musyawarah bersama dengan sahabatnya untuk membicarakan urusan rakyatnya, tempat konsultasi dan komunikasi, tempat pendidikan,tempat perdamaian dan pengadilan sengketa, pusat penerangan atau pembelaan negara termasuk mengatur strategi perang. Sayang, kini fungsi masjid mengalami penurunan tidak seperi masa Rasulullah dan para Khalifah sesudahnya kebanyakan masjid hanya digunakan untuk ibadah ritual saja. Bahkan Imam Besar Istiqlal pun melarang kegiatan di Masjid untuk melakukan kegiatan politik. Idealnya yang namanya rumah Allah adalah tempat dimana seseorang maupun berkelompok bisa berdekatan untuk menjalin ukhuwah bertukar pemikiran islam.

Dengan potensi yang besar, mari kembalikan fungsi masjid seperti pada masa Rasulullah menjadikan rumah Allah sebagai gravitasi perubahan.

 

BETTY KURNIAWATI

UNIVERSITAS CORDOVA

Ikuti tulisan menarik Betty Kurniawati lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

4 hari lalu

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

4 hari lalu