x

Hampir selama dua tahun para atlet PON Jabar ditempa dalam latihan spartan, baik di dalam maupun di luar negeri.

Iklan

Kang Nasir Rosyid

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Kejanggalan di PON JABAR

Hal hil hul yang dianggap janggal dalam PON

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Gelaran PON XIX Jabar 2016 sudah lama usai, namun berbagai kisah -- yang bukan kasih – tetap membekas pada diri pelaku olah raga yang mengikuti gelaran akbar nasional tersebut. Diantara kisah kisah itu antara lain ada kisah nyata  yang menurut penilaian atau pandangan para official amatlah janggal adanya.

Kejanggalan itu muncul bisa karena ulah manusia atau karena factor human, bisa juga terjadi karena factor diluar kemampuan manusia. Kejanggalan karena factor manusia ini bisa juga karena unsur kesengajaan bisa juga karena unsur kelalaian, dan itu betul terjadi di arena pertandingan cabang olah raga yang dipertandingkan.

Lepas dari apakah ‘’kejanggalan’’ itu disengaja atau tidak, yang pasti telah memunculkan stigma yang buruk bagi tuan rumah Jabar. Jawa Barat yang ingin menyapu bersih di tiap tiap cabang olah raga yang dipertandingkan dengan jargon ‘’Jabar Kahiji’’, oleh beberapa official kontingen daerah diluar Jabar, telah diplesetkan menjadi ‘’Jabar Keji’’.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Pelesetan jargon dari Jabar Kahiji menjdi Jabar Keji, muncul lantaran banyaknya ‘’kejanggalan’’ hasil pertandingan, sababiyahnya tak lain karena dianggap banyak kecurangan yang dilakukan oleh panitia/wasit yang lebih memihak kepada tuan rumah hingga banyak kericuhan di sebagian besar cabang olah raga.

Sekedar contoh, dalam cabang olah raga drum band, 5 kontingen daerah dari 8 kontingen yang ikut perlombaan/pertandingan melakukan protes keras, kelima kontingen itu yakni Banten, Aceh, Jambi, DKI Jakarta, dan DI Yogyakarta (Pikiran Rakyat 24 Septermber 2016). Bahkan ada juga yang protes dengan cara tidak mau mengalungkan medali kepada atelitnya  mesti dinyatakan menang walaupun bukan emas. Hal ini dipicu oleh –salah satunya-- adanya keputusan wasit yang menyatakan medali perak salah satu kelas  drum band direbut oleh dua daerah. Sangat janggal dalam perebutan medali ada ‘’medali’’ kembar.

Demikian halnya di arena Gulat, bukan hanya gulat di kanvas, tapi berubah menjadi arena ‘’gelut’’ yang sangat ricuh. Kericuhan itu, terjadi saat pertandingan antara Bagus atlet dari Jawa Barat melawan atlet asal Kalimantan Timur, Ardiansyah. Bukan hanya gelut, suasana menjadi kacau ketika semua perangkat pertandingan hancur lebur akibat protes keras kontingen Kalimantan Timur yang merasa dirugikan wasit. Situasi semakin kacau saat supporter Jawa Barat ikut melibatkan diri  dalam kericuhan itu. Ujungnya baik atelit Jabar maupun Kalimantan Timur  di diskualifikasi dan pertandingan ‘’gulat’’ dilanjutkan tanpa penonton mempertandingkan atelit yang tersisa dan melaju kebabak selnjutnya. Sungguh sesuatu yang janggal dalam PON ini.

Kejanggalan yang lain…..  Bersambung…

Ikuti tulisan menarik Kang Nasir Rosyid lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Puisi Kematian

Oleh: sucahyo adi swasono

Sabtu, 13 April 2024 06:31 WIB

Terpopuler

Puisi Kematian

Oleh: sucahyo adi swasono

Sabtu, 13 April 2024 06:31 WIB