x

Iklan

dian basuki

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Merebut Kembali Momen Kreatif

Apa yang bisa kita lakukan bila proses kreatif macet? Menyerah? Masih ada jalan untuk meneruskan perjalanan.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Salah satu tantangan yang selalu kita jumpai dalam menjalani proses kreatif apapun ialah ‘mati gaya’. Dari menulis lagu, merancang arsitektur rumah, hingga meneliti virus, jika benak sudah ngadat, apa lagi yang bisa kita lakukan selain bolak-balik mencari ide di udara? Begitulah yang sering terjadi, tiba-tiba saja kita kepentok dinding dan kehilangan ide: “Bagaimana nih kelanjutannya?” Kita berusaha meraba-raba jalan untuk maju tapi tidak menemukan sesuatu yang membuat kita terpana ‘Wah, ini dia ide keren!’

Kita pikir, brainstorming mungkin bisa membantu; kita keluarkan apa saja yang ada dari dalam benak. Kita bikin corat-coret ini dan itu, tapi dinding penghalang tetap saja tegak berdiri biarpun papan tulis sudah penuh coretan. Semakin kita paksa otak untuk berpikir, semakin lemot otak kita, bahkan mungkin betul-betul ngadat.

Apa yang bisa kita lakukan? Berbagai riset menyebutkan pentingnya jeda, istirahat, berhenti sejenak, yang semuanya punya makna kita mengambil ‘momen tidak berbuat apa-apa’ (moment of inaction). Benak kita berhenti berpikir dan kesadaran kita beristirahat. Banyak manajer mengatakan, mereka membuat keputusan terbaik bukan sewaktu berusaha keras menentukan pilihan, melainkan justru setelah tidur. Sebaliknya, Bill Clinton mengaku bahwa keputusan terburuk yang ia buat sewaktu menjabat presiden AS terjadi ketika ia sangat lelah.

Ketika benak kita sudah cukup beristirahat, tiba-tiba saja muncul jalan keluar yang tidak terduga dan gagasan yang cemerlang. Aha! Tantangan yang semula terlihat rumit kini ditemukan jalan keluar yang begitu sederhana dan mampu mengurai kompleksitas tantangan. Soalnya ialah apakah ada cara tertentu untuk mengembalikan momen kreatif yang pernah kita jalani ketika sedang mengerjakan karya tertentu.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Selama bertahun-tahun, David Rock dan Josh Davis dari Neuroleadership Intitute, AS, memelajari bahwa langkah-langkah yang dapat ditempuh untuk membantu kita memeroleh kembali wawasan kreatif saat terantuk dinding yang berusaha menghentikan gerak maju kita. Apa saja langkah tersebut?

Pertama, perhatikan sinyal senyap. Di tengah kesibukan Anda sebagai karyawan atau manajer, kesunyian dan kesendirian merupakan saat-saat penting untuk memelihara momen eureka yang amat berharga. Para peneliti menyebutkan, keadaan amat sunyi memungkinkan seseorang membuat keputusan yang lebih baik. Dalam keadaan sunyi, mereka mampu bersikap kritis terhadap bias-bias mereka sendiri. Jika Anda sangat sibuk di kantor, sempatkan diri untuk menyendiri di suatu ruangan yang terbebas dari hiruk pikuk.

Kedua, berusahalah untuk fokus pada pikiran Anda sendiri dan abaikan apa yang terjadi di sekitar Anda. Mark Jung-Beeman, pengajar di Departemen Psikologi, Northwesteren University, AS, mengidentifikasi bahwa sesaat sebelum seseorang mendapatkan momen ‘nah, ini dia’, ada gelombang otak di rentang alfa yang mengenai visual cortex. Gelombang alfa ini mengindikasikan bahwa informasi eksternal berkurang. Keadaan ini dapat membantu kita memperhatikan adanya momen kreatif saat sebuah gagasan cemerlang melintas.

Ketiga, gunakan pendekatan positif. Dorongan kuat untuk segera membuat keputusan dapat menimbulkan kegelisahan, yang merupakan musuh nomor satu  wawasan kreatif. Gelisah menciptakan banyak ‘derau’ (noise) di dalam otak. Derau ini memenuhi ruang yang diperlukan untuk wawasan kreatif. Sedikit kegembiraan dan  ketenangan sudah cukup kondusif bagi munculnya momen ‘ini dia’. Suasana hati yang bagus mengubah aktivitas otak dan mendorong terciptanya lingkungan saraf yang menyenangkan.

Keempat, gunakan sedikit upaya. Wawasan kreatif seringkali muncul ketika kita tidak sedang aktif berusaha membuat pilihan-pilihan tertentu. Mengapa begitu? Mengambil jeda dari memikirkan sesuatu memungkinkan kita untuk mengurai pikiran bawah-sadar (unconscious thought)—ini merupakan proses kognitif yang tersembunyi tapi ampuh, yang terjadi di luar pikiran sadar.

Pendeknya, apapun yang dapat membantu Anda memperhatikan ‘sinyal senyap’ di dalam otak, atau biasa disebut pula ‘aktivasi lemah’, ia dapat meningkatkan peluang dalam memperoleh wawasan kreatif.  Dengan meninggalkan kesibukan barang sejenak, fokus ke dalam diri sendiri, mengambil pendekatan positif terhadap kesulitan, serta bersikap tidak aktif menemukan pemecahan masalah, kita justru berpeluang merebut kembali momen kreatif dengan wawasan yang lebih kaya. Lebih banyak wawasan berarti pemecahan masalah lebih cepat. (Foto: tempo.co) **

Ikuti tulisan menarik dian basuki lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler