x

Pekerja mengangkut drum berisi aspal menggunakan alat berat di Pabrik Aspal Gresik (PAG) Pertamina, Gresik, 29 April 2016. Sebanyak 645 drum aspal atau setara dengan 100 MT diekspor ke Timor Leste. ANTARA/Moch Asim

Iklan

Indrato Sumantoro

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Industri Aspal Buton: Antara Harapan dan Kenyataan

Pembangunan dan pengembangan industri Aspal Buton akan menaikkan pertumbuhan ekonomi daerah dengan sangat pesat

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Siapakah diantara kita yang tidak mengenal Aspal Buton? Anak-anak kelas IV Sekolah Dasar sudah diajarkan bahwa aspal alam ditambang di pulau Buton Sulawesi Tenggara. Indonesia memiliki sumber daya alam yang sangat melimpah, dan seharusnya kekayaan alam ini sudah dapat dimanfaatkan untuk kemakmuran bersama seluruh rakyat Indonesia. Hal ini telah diatur dalam UUD 1945 Bab XIV, Pasal 33 ayat 3, yang berbunyi “Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”.Bagaimanaimplementasinya Pasal ini? Apa yang sudah kita peroleh dari sumber daya alam Indonesia yang sangat melimpah ini? Apa yang sudah diperoleh negara asing dari sumber daya alam Indonesia yang sangat melimpah ini? Siapakah yang paling diuntungkan dari sumber daya alam Indonesia yang sangat melimpah ini? Apakah rakyat Indonesia atau negara asing? Ini merupakan “Pekerjaan Rumah”bagi wakil-wakil rakyat yang duduk di Dewan Perwakilan Rakyat untuk menjawabnya. Tetapi yang jelas pada saat ini kemakmuran bersama seluruh rakyat Indonesia masih jauh daripencapaiannya. Bahkan keadaan sekarangini justru semakin memprihatinkan, dimana sudah sangat sulit untuk mencari lapangan kerja. Padahalsetiap tahun banyak lulusan pelajar dan mahasiswa yang mencari kesempatan bekerja untuk mengamalkan ilmu yang sudah dipelajarinya dengan susah payah di bangku sekolah dan kuliah.

Pada kuliah“Studium Generale” yang diadakan pada tanggal 12 November 2016 di Kampus ITB Bandung, Bapak Wakil Menteri ESDM Ir. Archandra Tahar M.Sc, Ph.D, yang juga merupakan alumnus ITB jurusan Teknik Mesin angkatan 1989, memaparkan tetang “Peranan Teknologi Dalam Pengolahan Energi dan Mineral, Serta Tantangan Pemanfaatannya di Indonesia”. Yang menarik untuk disimak adalah pentingnya teknologi, proses bisnis, dan sumber daya manusia dalam membangun dan mengembangkan industri minyak dan gas, dan mineral. Dan agar suatu industri dapat bertahan lama, maka industri tersebutharus mampu melibatkan kontribusi dan partisipasi dari masyarakat setempat agar dapat menggerakkan perekonomian di daerah sekitarnya. Di samping ituperanan yang tidak kalah pentingnya adalahperanan investasi asing yang harus memiliki prioritas utama dalam implementasinya sebagai berikut:

  1. Menciptakan lapangan kerja yang luas
  2. Menaikkan pertumbuhan ekonomi dengan menghentikan produk impor, dan menggantikannya dengan produk dalam negeri
  3. Menggunakan teknologi yang mumpuni.

Apabila kita kaitkan ke 3 hal tersebut di atas dengan rencana pembangunan dan pengembangan industri Aspal Buton yang merupakan industri yang sangat strategisuntuk kemakmuranbersama seluruh rakyat Indonesia ini, maka semua faktor tersebut sudah dapat terpenuhi.

Pembangunan dan pengembangan industri Aspal Buton akan menciptakan lapangan kerja yang banyak sekali atau boleh dikatakan sebagai industri yang padat karya. Apabila pada saat ini batuan Aspal Buton baru ditambang tidak lebih dari 100 ribu ton per tahun, maka apabila nanti pembangunan dan pengembangan industri Aspal Buton sudah berjalan, maka untuk dapat memproduksi 250 ribu ton pertahunAspal Buton“full” ekstraksi, akan dibutuhkan 1 – 1,5 juta ton per tahun batuan Aspal Buton, dengan asumsi kandungan bitumennya 20 – 25%. Oleh karena itu untuk dapat melaksanakan pekerjaan penambangan bahan baku batuan Aspal Buton saja sudah akan ada peningkatan volume pekerjaan yang sangat signifikan. Jadi bisa dibayangkan betapa banyaknya tenaga kerja yang akan dibutuhkan hanya untuk melaksanakan pekerjaan penambangan batuan Aspal Butonsaja. Ini belum termasuk lagi pekerjaan-pekerjaan dan pengadaan jasa-jasa lainnya untuk mendukung infrastuktur, sarana dan prasarana operasi penambangan dan operasi pengolahan ekstraksi Aspal Buton. Dan apabila kita ingin memproduksi 1 juta ton per tahun Aspal Buton”full” ekstraksi untuk dapat memenuhi 100% swasembada aspal untuk memenuhi kebutuhan aspal dalam negeri, maka hal ini akan membutuhkankurang lebih 6 juta ton per tahun bahan baku batuan Aspal Buton. Apakah kita masih mampu membayangkan berapa banyaknya jumlah lapangan kerja yang akan tercipta untuk dapat memenuhi semua kebutuhan batuan Aspal Butonyang sangat besar ini? Mungkin saja skala dari pembangunan dan pengembangan industri Aspal Buton ini nantinya akan tidak kalah besarnya dengan skala dari industri penambangan tembaga PT Freeport di Timika Papua.Oleh karena itu, jangan sampai sumber daya alam yang sangat melimpah di pulau Buton ini jatuh ke tangan Negara asing lagi. Apabila industri Aspal Buton jatuh ke Negara asing, lalu apa yang masih kita miliki? Harga diri sebagai suatu Negara yang berdaulat?

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Pembangunan dan pengembangan industri Aspal Buton akan menaikkan pertumbuhan ekonomidaerahdengan sangat pesat, karena dampaknyaakan sangat luar biasa daribesarnya jumlah pemasukan daerah dalam bentuk Pendapatan Asli Daerah (PAD). Disamping itu apabila seluruh aspal minyak impor sudah dapat digantikan dengan Aspal Buton “full” ekstraksi, maka hal ini akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi secara Nasional, karena Indonesia sudah tidakperlu mengimpor aspal minyak lagi. Pada saat ini Indonesia masih mengimpor aspal minyak sebesar kurang lebih 1 juta ton per tahun atau setara dengan Rp. 10,8 Triliun per tahun. Untuk dapat menggantikan 1 juta ton per tahun aspal minyak impordengan 1 juta ton per tahun Aspal Buton“full” ekstraksi akan dibutuhkan kurang lebih 6 juta ton bahan baku batuan Aspal Buton dengan asumsi kandungan bitumen 20 – 25% Sumber daya alam di pulau Buton mendukung untuk dapat swasembada pengadaan Aspal Buton“full” ekstraksi, karena cadangan Aspal Buton berjumlah 650 juta ton, dan dengan demikian Indonesia akan mampu memproduksi Aspal Buton“full”ekstraksi selama lebih dari 600tahun.

Teknologi “Hydrocarbon Recovery”dari Eco Logic Environmetal Engineering Inc. untuk mengekstraksi batuan Aspal Buton yang mengunakan prinsip kerja “Solvent Extraction”merupakan teknologi yang mumpuni, karena efektif, efisien, dan ekonomis. Yang membuat teknologi “Hydrocarbon Recovery” ini sangat spesial adalah karena pelarutnya (solvent) adalah sangat luar biasa, dimana pelarut ini tidak terbakar, tidak beracun, dan bukan turunan dari minyak bumi. Dengan demikian pelarutnyaadalah ramah lingkungan, dan tidak bergantung kepada harga minyak bumi. Selain itu, pelarut yang hilang dalam proses ekstraksi hanya 3% per siklus, dan dapat mengekstraksi hampir 100% bitumen untuk mendapatkan perolehan yang maksimal. Meskipun teknologi ini masih dalam bentuk “Pilot Project”, tetapi untuk dapat ditingkatkan ke skala komersial hanya memerlukan sedikit modifikasi, karena kunci keberhasilan dari proses ekstraksi ini sebenarnya sangat bergantung dari kecanggihan pelarutnya.

Dengan demikian faktor-faktor pendukung untuk dapat segera merealisasikan pembangunan dan pengembangan industri Aspal Buton sebenarnya sudah dapat dipenuhi semuanya. Namun yang harus menjadi perhatian kita bersama adalah bahwa batuan Aspal Buton tidak boleh lagi dijual dalam bentuk bahan mentah, tetapi harus sudah diolah dan dimurnikan terlebih dahulu untuk dapat meningkatkan kebermanfaatannya dan nilai tambahnya, sehingga keuntungan yang akan diperoleh juga akan berlipat ganda. Semakin panjang rantai pengolahan yang dapat dilakukan, maka akan semakin banyak keuntungan yang akan diperoleh. Hal ini memang sudah sesuai dengan Undang-Undang Minerba No. 4 tahun 2009 dan Peraturan Pemerintah No. 1 tahun 2014.

Apabila kita bandingkan antara pembangunan dan pengembangan industri Aspal Buton dengan industri minyak dan gas, maka industri Aspal Buton tidaklah terlalu rumit dan berisiko. Industri minyak dan gas adalah sangat berisiko, karena dalam melakukan kegiatan eksplorasi dan pemboran memerlukan biaya yang sangat tinggi, padahal minyak dan gas yang dicari belum tentu akan didapatkan. Potensi cadangan minyak dan gas sekarang sudah berada di daerah lepas pantai, di laut dalam sekitar 5 ribu meter, sehingga resiko bisnis yang harus dikelolaadalah sangat besar dan kompleks. Sedangkan untuk industri Aspal Buton, deposit batuan Aspal Butonterdapat di daratan dan hanya terletak 1,5 meter di bawah permukaan bumi, dan mudah sekali untuk dieksploitasi dan diproduksi. Dengan perkataan lain, industri minyak dan gas adalah industri yang “padat teknologi”, sedangkan industri Aspal Buton adalah industri yang “padat karya”. Dan hal inilah yang perlu mendapat perhatian secara khusus dari Pemerintah, karena industri Aspal Butonsangat strategis untuk menciptakan banyak lapangan kerja yang sangat dibutuhkan oleh rakyat Indonesia pada saat ini, sehingga dengan demikian akan menaikkan pertumbuhan ekonomi di daerah sekitarnya.

Aspal Buton“full” ekstraksi selain dapat digunakan untuk menggantikan aspal minyak impor untuk pembuatan jalan-jalan dan infrastruktur, dapat juga digunakan untuk keperluan produk-produk industri lainnya, seperti untuk pembuatan kokas briket dari batubara. Ir. Suganal, seorang Peneliti dari Badan Penelitian dan Pengembangan Teknologi Mineral dan Batubara, sudah menemukan metoda untuk membuat kokas briketdari batubara non coking Indonesia. Kokas briket ini diperlukan untuk industri pengecoran besi, dimana pada saat ini kokas briket masih diimpor dari luar negeri. Diharapkan penemuan ini dapat menggantikan kokas briket impor. Namun dalam pembuatan kokas briket dalam negeri ini masih ada kendala-kendala, karena apabila akan menggunakan aspal minyak impor sebagai perekat (binder), maka untuk pebuatan dalam skala industri masih dinilai tidak ekonomis. Dengan demikian solusi alternatifnya yang terbaik adalah harus menggunakan Aspal Buton“full” ektraksi yang harganya jauh lebih murah daripada harga aspal minyak impor.Alhasil, dua buah bahan mineral Indonesia, batubara dan Aspal Buton, dapat bersinergimenjadi produk kokas briket “made in Indonesia”untuk mengantikan kokas briket impor. Ini berarti kebermanfaatan dan nilai tambah dari kedua bahan mineral tersebut dapat ditingkatkan untuk mensubstitusi produk kokas briket impor. Dampak positip dari penemuan Bapak Ir. Suganal ini adalah dapat menaikkan pertumbuhan ekonomi yang sudah lama menjadi idaman bangsa dan rakyat Indonesia.

Rencana pembangunan dan pengembangan industri Aspal Buton pada saat ini masih berupa angan-angan. Padahal semua faktor-faktor pendukung sudah jelas dan nyata. Mengapa realisasi rencana pembangunan dan pengembangan industri Aspal Butonmasih mandeg dan jalan di tempat?Padahal bapak Presiden Joko Widodo sudah menginstruksikan Kementerian-Kementerian terkait untuk menghentikan impor aspal minyak yang selama ini digunakan untuk memenuhi kebutuhan aspal dalam negeri. Selanjutnya tahun 2016 pasokan aspal dalam negeri akan digantikan dengan Aspal Buton. Instruksi Presiden ini disampaikan pada saat menggelar pertemuan dengan para bupati dan walikota se Indonesia Timur di Istana Bogor awal Januari 2015.Apakah Bapak Presiden masih ingat dengan instruksi Bapak ini?Apakah Bapak Presiden masih ingat dengan misi dan visi Bapak mengenai Nawacita butir 7: Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor strategis ekonomi domestik? Bapak Presiden, rakyat menagih janji.

Yang perlu kita garis bawahi dari pernyataan Bapak Archandra dalam acara “Studium Generale” ini adalah bahwa energi panas bumi Geothermal perlu dikembangkan lebih jauh karena ini merupakan “Kearifan Lokal” dimana tidak setiap negara memiliki potensi Geothermal ini. Pak Archandra, lalu bagaimana dengan potensi Aspal Buton?Aspal Butonsudah tentu merupakan “Kearifan Lokal” dimana aspal alam Buton hanya terdapat di Pulau Buton saja. Hanya ada “satu” di dunia.Dan tidak ada di tempat lain yangmempunyai potensi aspal alam“sehebat” seperti yang terdapat di pulau Buton. Bukannya tidak mungkin dari batuan Aspal Buton yang mengandung hidrokarbon fase ringan ini masih dapat diekstraksi menjadi bahan bakar minyak (BBM).Tetapi mengapa Pemerintah masih saja mengabaikan hal yang “satu”ini?Mengapa ya .... ?

Jarak antara harapan dan kenyataan untuk pembangunan dan pengembangan industri Aspal Buton masih sangat jauh. Bangunlah Pemerintahku......!. Bangkitlah Indonesiaku ........!!. Kerja....!!!. Kerja....!!!. Kerja ......!!!. Kami siap mendukung mudemiuntuk mencapai kemakmuran bersama seluruh rakyat Indonesia.

 

Ikuti tulisan menarik Indrato Sumantoro lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu

Dalam Gerbong

Oleh: Fabian Satya Rabani

Jumat, 22 Maret 2024 17:59 WIB

Terkini

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu

Dalam Gerbong

Oleh: Fabian Satya Rabani

Jumat, 22 Maret 2024 17:59 WIB