Kepala Kepolisian RI Jenderal Tito Karnavian membaca gelagat makar dalam rencana demonstrasi terkait dengan perkara penistaan agama oleh Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok. "Oleh karena itu, kami melakukan pencegahan dengan memperkuat pengamanan di gedung MPR/DPR," kata Tito di markasnya, Senin, 21 November 2016.
Menurut Tito, aksi demo yang akan dilaksanakan pada 25 November dan 2 Desember mendatang itu bukan semata-mata menuntut Ahok ditahan. Ada agenda terselubung dari kelompok tertentu untuk menggulingkan pemerintahan Presiden Joko Widodo. Skenarionya, para pendemo akan merangsek masuk dan "menguasai" gedung DPR.
"Perbuatan yang bermaksud menguasai itu jelas melanggar hukum. Kalau itu bermaksud untuk menjatuhkan atau menggulingkan pemerintah, jelas masuk makar," kata Tito.
Berikut ini indikasi yang dipaparkan Tito.
1. Pertemuan Tokoh Nasional
Pertemuan sejumlah tokoh nasional. Salah satunya di Hotel Balairung, Matraman, Jakarta Timur, pada 9 November lalu, yang dihadiri Ketua Umum FPI Rizieq Shihab, Ratna Sarumpaet, Munarman, dan lainnya. Menurut Koran Tempo (22 November 2016) Ratna dan Munarman mengelak membahas makar.
Baca Juga:Ahok Jadi Tersangka untuk Memisahkan Demo Murni dan Pemain Politik
2. Demo Menguasai Gedung DPR
Demonstran pada 25 November diminta merangsek masuk dan "menguasai" gedung DPR. Tito mengaku mengetahui adanya sejumlah pertemuan yang membahas soal rencana tersebut. "Rapat-rapat kita tahu sudah beberapa kali dilakukan untuk menguasai DPR dan menggerakkan massa," kata Tito.
3. Demonstran Bawa Bambu Runcing
Demonstran diminta membawa bambu runcing untuk melawan aparat. Bambu runcing bukan hal baru dalam demo menentang Ahok. Dalam demo 411, sejumlah demonstran ketahuan membawa bambu runcing yang digunakan untuk melukai aparat keamanan dari kepolisian dan TNI saat demo berujung rusuh.
Bahkan, selebritas dan calon Wakil Bupati Bekasi, Ahmad Dhani, mendukung pemakaian bambu runcing dan siap menjadi panglima bambu runcing dalam demo nanti. "Ide bambu runcing itu bagus juga menurut saya," ujar Ahmad Dhani seperti dikutip Tempo.co.
Baca Juga:
4. Rush Money
Di media sosial, muncul ajakan menarik uang secara besar-besaran (rush money) di bank hingga menjelang demonstrasi 25 November. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution menilai aksi itu sengaja dilakukan untuk membuat ekonomi goyah. Tapi, dia mengaku tidak tahu efek gerakan itu akan seperti apa, jika memang benar dilakukan. "Saya tidak tahu, tapi jangan lupa tergantung seberapa masif."
Otoritas Jasa Keuangan buru-buru menjernihkan masalah. "Pihak berwenang (kepolisian) sudah menyatakan itu sebagai informasi bohong atau hoax, jadi perbankan dan juga masyarakat tidak perlu khawatir," kata Direktur Departemen Pengawasan Bank (DPB) III OJK Jasmi.
Ikuti tulisan menarik Iwan Kurniawan lainnya di sini.