Lupa kata sandi Tempo ID anda?
Belum memiliki akun? Daftar di sini
Sudah mendaftar? Masuk di sini
Hampir sebulan, saya dihantui puisi Emily Dickinson yang berjudul Because I could Not Stop for Death. Dan pada minggu sebelumnya, saya dan seorang sahabat bercakap-cakap tentang kematian di tengah keramaian kafe, lalu berlanjut di depan gedung mall yang tampak menua dan sekarat. Saya merenungi keduanya dan menemukan bahwa mungkin saja kematian dan cinta secara intrinsik saling terikat sejauh keduanya membuat seseorang memikirkan tentang eksistensinya. Bahwa kita bisa menjadi saksi atas kematian atau cinta, tetapi sebagai peristiwa itu sendiri, baik kematian atau cinta ketika hadir dalam sudut pandang orang pertama akan membawa seluruh totalitas keterlemparan eksistensi kita kedalam kehidupan dan dunia kepada penyadaran seakan-akan kita tiba pada satu momen ini. Yang satu membawa pada akhir, yang lain membawa pada permulaan, tetapi kedua-keduanya mempertemukan kesementaraan eksistensi dengan keabadian dan ketakterhinggaan.
Mengapa kita pergi camping? Apakah untuk kembali ke alam atau ke alam liar yang dikenal baik oleh insting jauh sebelum peradaban?
Opini tentang filsafat dan menjadi manusia yang berarti.