Lupa kata sandi Tempo ID anda?
Belum memiliki akun? Daftar di sini
Sudah mendaftar? Masuk di sini
Apa jadinya jika kota Bandung dipotret melalui baris-baris haiku? Sebagai warga Bandung, izinkan saya mengajak pembaca untuk mengunjungi kembali ikon dan tempat bersejarah di kota kembang ini dalam ruang puitik. Meskipun saya sendiri tidak mencoba mengungkap sisi lain dari tempat-tempat tersebut, tetapi ketika menulisnya saya merasa seperti baru menemukan kembali lokasi yang diungkapkan dalam haiku dengan suara masa lalu yang masih bisa kita dengar ceritanya sampai hari ini.
September dan jelang musim hujan, peristiwa guguran kisah-kisah tentang silam menuju tenggelam di antara hujan untuk kehendak bertutur bagaimana membasuh yang lampau. Cahaya surya perlahan menghilang, dan masih tetap merunduk di sisi langit barat. Semacam musim narasi melankoli bagi perangkai kisah-kisah mitologi. Dan, di kembang Asteria untuk awal September, suatu pengulangan memaknai satu-satunya gigil kebijaksanaan, ada berbagai cuplikan yang emosional, yang seakan dikembalikan ke dalam asingnya rasa kesedihan atas berbagai kematian, tergenggam sebagai hal-hal yang tidak lagi ngeri selain duka tentang yakin, bahwa; satu-satunya pengabdian cinta bagi yang peka dan abadi telah hilang arti.
Betapa rentannya nalar menangkap bahasa komunikasi dan berujung pada evolusi sia-sia. Malam kembali hadir dengan nuansa yang meluruhkan gumpalan amino kuasa. Tapi mungkin saja, dalam lelap luruh, yang tidak singgah tetaplah nalar bagaimana membuat teh hangat dari daun-daun jujube, sebab buah-buahan lebih menggiurkan, rupa warisan legenda apel atas rapuhnya jiwa nusia.
Komitmen dalam suatu hari pada delapanbelas Agustus. Ya, bisa jadi, itulah yang tertanam di proses hidup paska pesta akbar tentang peristiwa merdeka. Pun, pada satu-satunya komitmen, yang terbaik takkan mudah terpatahkan, mengukir bagaikan endapan pertahanan kesadaran tanpa membutuhkan filosofi terumit selain praktek nyata menjadi merdeka dalam kebersamaan. Apakah saya telah jujur memahami rasa para veteran tentang “merdeka” dan “cinta”?
Hubungan sebab akibat kehidupan. Jadilah sebab untuk akibat yang bermanfaat agar hidup lebih berarti. Jika tidak dapat menjadi sebab yang baik maka ambilah peran yang dapat merubah akibat menjadi lebih baik.
Musisi Billy Surya Dilaga baru saja merilis album bertajuk “Breathe”. Album tersebut rilis sekaligus mengawali era baru terhadap dirinya. Seperti apa fakta-faktanya?
esai pendek berisi pengalaman dan boleh dikata renungan penulis tentang eksistensi manusia berhadapan dengan absurditas