Hutan Bernyanyi

Rabu, 24 Mei 2023 21:54 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content0
img-content
Iklan
Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Hutan Bernyanyi. Kenangan, angan tiba, ataupun telah lalu. Sederhana saja. Prosa atau puisi. Menulis kejujuran cerita perasaan. Salam kasih sayang saudaraku.

Angin berhembus mengalun gelombang laut lembut. Gemeresik nada bertaut paduan suara dedaunan berguguran. Gemeretak dahan ranting melenting menggeliat terpanggang tarian kemarau. Api berlenggak-lenggok kian kemari. Spesies mencapai kesadaran akhir nyanyian rindu. Huma-huma, kaum perdu penyimpan air, ilalang liar, panas bara berkejaran terus menari kian kemari, sekalipun bernada sumbang.

Habitat, berpindah-pindah, berlompatan, pepohonan memberi upaya oksigen. Berlarian binatang besar maupun kecil kian kemari. Para serangga beterbangan, menggenjot kemampuan mencapai oktaf dari lagu keselamatan. Kaum bunga tabah dalam bara, tetap bernyanyi riang dalam nada-nada akhir, sekalipun titik didih mencapai maksimal. Kaum benih ikhlas dalam debu memerah menghitam.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Para cacing penyubur tanah semakin khusyuk dalam lagu pujian harapan, menggali kedalaman panas bara, tak pernah berhenti. Sekalipun tanah menjadi arang jelaga. Semut-semut bahu membahu, estafet memanggul telur-telur harapan, kebersamaan senada dalam derap notasi mars keselamatan generasi unggul. Makin bersemangat sekalipun kematian massal terus bergelimpangan, tak ada kerisauan.

Kaum makhluk tumbuhan, kaum binatang tak pernah risau ketika perubahan iklam bukan akibat derita mereka. Bukan akibat kepandiran mereka. Bukan pula akibat kelalaian kaum serangga. Juga bukan karena kecerobohan kaum habitat, kaum spesies, ataupun kaum rerumputan, huma-huma atau kaum ilalang. Kesadaran kaum mereka sungguh senantiasa bersujud sebagaimana ketentuan nyanyian suci langit semesta.

Patuh pada kewajiban kewahyuan sebagaimana telah ditentukan-Nya. Tertulis dalam kitab-kitab kebijaksanaan di Planet Bumi, hingga membentuk semesta beserta segala isinya. Kesadaran, batas takdir alami, berkewajiban senantiasa memberi kesejahteraan, bagi makhluk lain lebih berinteligensi, di luar kaum tumbuhan, serangga, binatang, upaya tak terjadi kelangkaan, kemusnahan spesies, habitat hidup.

Ekosistem, mazmur patah tumbuh hilang berganti, sebagaimana ketentuan penciptaan, awal mula-Nya. Bertumbuh, memberi manfaat bagi semua makhluk hidup, sampai akhir dari kehendak peradaban semesta kini ataupun akan datang, hingga semesta lain di luar kemampuan penalaran sains makhluk Bumi, atau planet lainnya. Sains, tekno sosio ekologi semoga senantiasa tepat guna berbasis iman Ilahi, sebuah harapan.

Hutan, tidak menangis atau merana, meminta ampun akibat dosa atas perbuatannya. Hutan, tak pernah berdosa kepada siapapun, sekalipun pada seekor kepik. Meskipun, sang hutan tercabik-cabik deforestasi, teraniyaya oleh pembalakan liar, terpanggang api, gunung meletus, banjir bandang, gempa bumi, bencana iklim. Hutan, pelindung peradaban. Hutan, senantiasa memiliki kesadaran, Fitrah Ilahi. 

***

Jakarta Indonesiana, Mei 24, 2023.

Bagikan Artikel Ini
img-content
Taufan S. Chandranegara

Penulis Indonesiana

0 Pengikut

img-content

Eskrim Pop Up (37)

Rabu, 16 Oktober 2024 13:31 WIB

Baca Juga











Artikel Terpopuler