x

Foto untuk lomba menulis cerpen Indonesiana.

Iklan

inka alisya

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 19 November 2021

Sabtu, 20 November 2021 11:44 WIB

New Life for Ardi

#Fiksi #Topik_Utama Manusia ialah tempat khilaf dan salah, begitu juga dengan Ardi. Ia hanya manusia biasa yang dapat melakukan kesalahan. Membuat kesalahan adalah wajar, yang tak wajar adalah jika kesalahan yang sama di ulangi terus menerus. Ini adalah kisah pendek bagaimana Ardi memperbaiki semua kesalahannya, belajar dari itu semua dan yang terpenting tidak mengulanginya.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

New Life for Ardi

 

Tubuh Ardi bersimbah peluh hingga menetes ke bola matanya membuat mata Ardi perih hingga kerap kali harus dikedip-kedipkan. Entah karena keringat atau sore itu hari yang terlalu berat bagi Ardi, air matanya pun malah ikut mengalir.  

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

 

Ardi adalah pribadi yang jujur dan pekerja keras, namun karena hal itulah ia tak kunjung naik jabatan, itu karena para atasannya adalah orang-orang yang korup dan menganggap Ardi sebagai ancaman. Hari ini pun berkali-kali para atasannya mencari-cari kesalahan Ardi serta memberinya tugas yang tak masuk di akal, hal itu membuat Ardi kadang kala berpikir ingin menyerah pada sifat jujur yang dimilikinya. Namun meskipun berkali-kali berpikir demikian pada akhirnya ia tetap teguh pada kejujuran.

 

 

Kini Ardi tengah berdiri tepat didepan pintu rumahnya sembari membenarkan kerah yang kusut setelah dicengkram atasannya di kantor. Setelah merasa rapi ia pun tersenyum manis dan membuka pintu.

 

“Ayah pulang,” ucap Ardi sesaat setelah membuka pintu.

 

Lili putrinya yang berusia tujuh tahun itu pun keluar dari kamar berlari kearah Ardi dan berhambur memeluknya.

 

“Ayah ayo ke kamar, Lili mau memperlihatkan sesuatu!” ajak Lili sembari menuntun sang ayah.

 

Dikamar telah tertempel gambar Ardi yang dibuat Lili untuknya. Ardi pun tersenyum, ia merasa beban seberat apapun dapat dengan mudah dimurnikan oleh anak semata wayangnya.

 

“Ngomong-ngomong ibu kemana?” tanya Ardi sembari membuka dasinya.

 

“Didapur, ibu sedang masak.” jawab Lili sembari meneruskan gambar sang ibu yang sedang dibuatnya.

 

Ardi pun bergegas ke dapur dan memeluk istrinya yang sedang memasak dari belakang , sang Istri hanya tersenyum dan mengusap lengan suaminya lembut.

 

“Kamu sudah lihat gambar wajah aku yang dibuat Lili?”

 

“Belum mas, tapi kok kamu saja sih yang dibuatkan?”

 

“Kamu juga dibuatkan kok, cantik sekali pokoknya!”

 

Sinta yang mendengarnya pun merasa senang lalu bergegas pergi dengan cepat menuju kamar, namun naas sesampainya di kamar ia menemukan Lily telah tergeletak bersimpuh darah.

 

“Mas!!!”

 

-

 

Keesokan harinya Ardi terus melamun, memikirkan putri kesayangannya yang sedang terbaring di rumah sakit dan biaya operasi yang jauh diluar kemampuannya. Sebanyak apapun ia memikirkan solusinya yang ada dipikirannya hanyalah pinjaman kantor yang tak memiliki bunga.

 

“Masuk,” perintah Joko direkturnya pada Ardi yang baru saja tiba di muka pintu.

 

“Ada apa?” tanya Joko sinis.

 

“Saya mau ambil pinjaman kantor pak,” ungkap Ardi

 

“Berapa?”

 

“Seratus juta,”

 

“Kamu piker seratus juta sebanding dengan kinerja burukmu?”

 

Selama ini Joko selalu salah paham akan Ardi yang sering dijelek-jelekkan oleh para atasannya, padahal Ardi adalah orang yang mengerjakan semuanya dengan tepat waktu dan sempurna.

 

“Tapi pak say-“

 

Belum selesai bicara ucapan Ardi dipotong oleh Joko.

 

“Dua puluh juta atau tidak sama sekali,”

 

Ardi mengucapkan terima kasih dan keluar dari ruangan Joko dengan lesu, di lorong tak sengaja ia bertemu Doni rekan seangkatannya yang sudah naik pangkat jauh di atas Ardi. Siapa yang menduga bahwa ini akan menjadi pertemuan yang paling ia sesali di kemudian hari.

 

“Ardi? Mukamu kenapa kusut sekali?”

 

Ardi pun ikut pergi ke ruangan Doni dan menceritakan semuanya, Doni lalu memberikan solusi tak terduga pada Ardi. Korupsi, itulah solusi yang diberikan Doni padanya.

 

Kata-kata Doni terngiang-ngiang di benaknya. “Semua orang di kantor ini sudah pernah melakukannya selama bertahun-tahun tanpa ketahuan, tahu Ivan devisi 2 kan? Tahun lalu dia korupsi untuk naik haji, seratus juta itu angka yang kecil!”

 

Ardi menggeleng-gelengkan kepalanya berusaha membersihkan pikiran kotor di otaknya dan lanjut bekerja, disaat gundah seperti ini ia biasanya melakukan panggilan video bersama putri dan istrinya, namun kini jika Ardi melakukannya ia hanya akan semakin sedih.

 

-

 

Kesana-kemari Ardi meminta bantuan, entah itu sanak saudara atau rekan sejawat, tapi tak ada yang mau membantunya. Meskipun sebenarnya rekan-rekannya mampu membantu Ardi mereka enggan membantunya karena bagi mereka Ardi yang jujur lagi-lagi hanyalah benalu. Sudah lelah ke sana-kemari Ardi pun pergi ke rumah sakit, dilihatnya sinta sedang duduk di depan ruang rawat inap putrinya.

 

“Bagaimana keadaan Lili?” tanya Ardi pada sang istri yang bersandar lemas ke kursi.

 

“Dokter bilang paling lama lusa harus operasi, mas sudah dapatkan uangnya ‘kan?” tanya Sinta putus asa dengan mata berkaca-kaca.

 

Ardi tersenyum tipis. “Sudah,”

 

“Syukurlah,” jawab Sinta lalu menangis sesenggukan lalu memeluk Ardi.

 

Sinta tak tahu bahwa sebenarnya Ardi belum dapat uang operasi..

 

-

 

Ini adalah kali pertama bagi Ardi diperlakukan hangat oleh para atasan, setelah pesannya semalam pada Doni kini Ardi resmi menjadi bagian dari mereka.

 

“Sudah sadarkan? Idealis zaman sekarang itu hanyalah belenggu,” ucap Doni sambil memberikan uang kes seratus juta pada Ardi.

 

Ardi hanya diam tak menanggapi, yang ada di pikirannya hanyalah Lili dan Lili. Setelah merasa cukup mendengarkan omong kosong Doni, Ardi pun pamit dan pergi ke ruangannya dengan gelisah.

 

-

 

 

Lili telah sukses di operasi, keadaannya berangsur membaik. Keluarga Ardi mulai Kembali ceria seperti dulu lagi, semuanya sama, kecuali fakta bahwa Ardi kini telah menjadi pelaku korupsi.

 

Tiga bulan kemudian Ardi membeli sebuah mobil baru, Sinta ikut senang namun ia juga sempat menaruh sedikit curiga pada suaminya, namun ia segera menepis kecurigaannya dan memilih percaya bahwa suaminya adalah orang bersih dan jujur.

 

“Perusahaan mas akhir-akhir ini baik sekali, selain dapat pinjaman kantor sekarang mas jadi sering dapat bonus!” ucap Sinta sembari bersandar pada suaminya.

 

“Iya,” jawab Ardi singkat.

 

“Aku tidur duluan ya,” lanjut Ardi sembari menarik selimutnya lalu memejamkan mata.

 

“Mas,” panggil Sinta dengan nada lirih.

 

“Maaf ya aku malah menekanmu waktu kamu sedang mencari biaya operasi, pasti kamu juga pusing..”

 

“Tak usah dibahas, ayo tidur.” Ajak Ardi.

 

“Tapi..”

 

“Kamu kan tahu mas cape, besok kerja! Malah bicara hal tak penting.”

 

Sejak melakukan korupsi pikiran Ardi jadi sering gelisah, ia jadi orang yang sensitif dan tidak pengertian pada Sinta sang istri. Mereka pun kerap kali bertengkar dan membuat Lili ketakutan, bahkan semalam untuk pertama kalinya Ardi menampar Sinta.

 

-

 

 

Pada awalnya Ardi korupsi karena di desak keadaan namun kini hal itu tampaknya telah menjadi kebiasaan. Besok adalah hari audit, sudah seminggu semua orang di kantornya sibuk memanipulasi ini itu termasuk dirinya. Bahkan faktanya Ardi adalah pelaku korupsi terbanyak bulan ini setelah membeli rumah di perumahan mewah.

 

 

Sinta tengah menonton televisi dengan nyaman sebelum akhirnya suara ketukan pintu menginterupsi. Ia pun bangun dari sofa mewah nya dan berjalan menuju pintu, ia ingat hari ini adalah hari pengambilan iuran sampah. Namun ternyata bukannya tukang sampah yang menyambanginya, melainkan pembersih manusia sampah, KPK.

 

Ardi ditangkap karena ketahuan melakukan tindak pidana korupsi, satu persatu penggelapan dana nya terungkap ke permukaan. Namun hanya Ardi yan terseret, semua rekan kerja dan atasan nya bersih-bersih saja.

 

“Satu, menyatakan terdakwa Ardi Nugraha S.E., terbukti secara sah dan meyakinkan melakukan tindak pidana..”

 

Suara hakim terdengar semakin samar di telinga Sinta, sembari merangkul putrinya ia berusaha menegarkan diri.

 

-

 

Baru setengah bulan dari empat tahun yang harus ia jalani di penjara, berat sekali sampai Ardi mungkin sudah gila bila tak ada Sinta yang sering mengunjungi dan menyemangatinya. Ia bersyukur memiliki istri sebaik Sinta disisinya serta menyesali perilaku buruknya di masa lalu pada sang istri.

 

Selain itu ia beberapa kali di kunjungi Salman sahabat lamanya sekaligus hakim yang menangani Kasus Ardi. Salman meminta maaf karena tak membantunya saat Lili masuk rumah sakit dulu, Jika tahu ia pasti akan membantunya. Ardi merasa bodoh tak ingat pada orang sebaik salman waktu itu..

 

Dalam sel Ardi bertaubat dengan sungguh-sungguh, semakin lama ia seperti pribadi baru yang terlahir kembali, tak seperti pada kebanyakan orang enam bulan saja di penjara sangat mujarab bagi Ardi. Hanya rindunya pada putri semata wayangnya lah yang membuatnya merana, bahkan setiap malam ia harus tidur sembari memeluk foto putrinya.

 

Malam ini pun sama, sehabis beribadah ia tidur sambail memeluk foto sang putri. Sebelum tidur ia berdoa agar bertemu Lili dalam mimpi..

 

-

 

“Ayah ayo ke kamar, Lili mau memperlihatkan sesuatu!” ajak Lili sembari menuntun sang ayah.

 

‘Eh?’

 

‘Apa ini mimpi?’

 

Ardi melamun, mimpinya terasa begitu nyata. Setelah akhirnya sadar ia pun menanyakan keberadaan istrinya.

 

“Ibu mana sayang?”

 

“Didapur, ibu sedang masak.” jawab Lili sembari meneruskan gambar ibu yang sedang dibuatnya.

 

‘Jawabannya pun persis seperti yang dulu Lili katakan..’

 

Ia bergegas ke dapur dan melihat Sinta sedang memasak, ia pun berlari memeluknya dan terus meminta maaf.

 

“Maaf..”

 

“Maaf..”

 

“Maaf..”

 

“Maaf..”

 

Sinta heran dengan perilaku suaminya dan mulai curiga, ia pun melepas pelukan Ardi dan bertanya, “Kamu selingkuh ya mas?”

 

“Sembarangan, gini-gini mas itu setia!”

 

Sinta lega dengan jawaban suaminya lalu segera kembali memeluknya.

 

Mimpi Ardi terasa begitu nyata, terlalu nyata dan semakin nyata. Hingga Ardi akhirnya sadar bahwa ini adalah kenyataan. Dan Jika ini memang benar kenyataan..

Ia segera berlari ke kamar Lili dan menemukan Lili sedang batuk darah, ia datang lebih cepat dari sebelumnya jadi sekarang ia bisa melihat kejadian yang tak sempat dilihatnya.

 

Ardipun segera membawa Lili ke rumah sakit, setelah itu ia mencoba meminjam uang pada Salman yang di kehidupan sebelumnya beberapa kali mengunjunginya di penjara, ia ingat salman bilang padanya untuk meminta bantuan salman kapan saja,

 

Operasi berjalan mulus, Ardi memeluk Sinta erat-erat sembari terus menyenandungkan kata syukur. Ia berjanji di kehidupan kedua nya ini ia akan menjadi pribadi yang jauh lebih baik dan teguh pada kejujurannya, semanis apapun korupsi terlihat ia percaya itu hanya tampilan luarnya.

 

 

***

 

 

-Spin Off-

 

“Di, katanya proyek nanti tak terlalu diawasi..”

 

Belum selesai Dadan bicara Ardi menghentikannya. “Stop!”

 

“Kalau kamu macam-macam, aku akan jadi orang pertama yang membongkarnya!” lanjut Ardi tegas, membuat Dadan hanya bisa manyun.

 

“Ya sudah, kalau begitu bagaimana kalau kita ngopi pulang kerja?” tawar Dadan dengan mata berbinar.

 

“Tak bisa, sudah janji makan malam di rumah pada Sinta.”

 

“Kafe itu pelayan nya cantik-cantik ‘loh!” goda Dadan.

 

“Istriku lebih cantik,” jawab Ardi sambal tetap fokus pada pekerjaannya.

 

Kehidupan Ardi jauh lebih baik dari kehidupannya yang dulu. Di kantor, selain kejujurannya yang kian kuat Ardi pun semakin berani dan tegas, ia bahkan membuat Joko akhirnya mengakui kemampuannya. Kehidupan rumah tangganya pun baik-baik saja, Sinta bahkan makin menempel padanya. Lili? Lili jadi anak yang sehat dan ceria, wajahnya makin mirip ibunya.

Setelah menjalani kehidupannya dengan baik semakin hari Ardi semakin yakin bahwa satu kebaikan akan membawa banyak kebaikan dan satu kejahatan akan membawanya pada lebih banyak lagi kejahatan lalu menenggelamkannya dalam penderitaan yang amat dalam.

 

-Tamat-

 

 

 

 

 

Ikuti tulisan menarik inka alisya lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

5 hari lalu

Bingkai Kehidupan

Oleh: Indrian Safka Fauzi (Aa Rian)

Sabtu, 27 April 2024 06:23 WIB

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

5 hari lalu

Bingkai Kehidupan

Oleh: Indrian Safka Fauzi (Aa Rian)

Sabtu, 27 April 2024 06:23 WIB