x

Sorang anak yang sedang ketakutan di dalam kegelapan

Iklan

Devis Saputra

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 23 November 2021

Minggu, 28 November 2021 16:47 WIB

Meringkuk Takut

Rasa takut melawan kerajaan malam yang penuh hal mistis rasa cemas takut dan menegangkan semua tercampur aduk dalam pikiran dalam sebuah pencarian yang hampir tak berujung ruang dan waktu

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Meringkuk Takut

     Waktu senja telah berakhir.Suara Kenthongan terdengar samar dari kejauhan pertanda waktu maghrib telah tiba.Pintu dan jendela rumah sudah mulai ditutupi rapat – rapat.Kelalawar pun sudah terbangun dari tidurnya.Beterbangan mencari mangsa dengan iringan suara hewan malam di dalam kegelapan.Seperti biasa, aku yang selalu ditugaskan oleh Ibu mengambil minyak tanah di belakang rumah untuk menyalakan beberapa sentir sebagai penerangan.Aku berjalan melewati dapur dan tempat penyimpanan padi.Berbekal sebuah senter yang kupegang,aku bergegas mengambil minyak tanah yang berada di belakang pintu kemudian masuk kembali.Tapi entah kenapa malam itu terasa begitu berbeda.Bulu kuduk ku tiba – tiba berdiri ditambah tiupan angin datang membelai kepala,membuat kakiku sedikit gemetaran.Langkah kaki yang menyeret ranting dan dedaunan kering terdengar jelas di telinga.Lama – kelamaan suara langkah semakin dekat.Lalu saat diriku mencoba menoleh ke jendela dekat karung padi yang tersusun cukup tinggi, aku dikejutkan dengan bayangan hitam yang menempelkan dirinya ke jendela rumah,kemudian tak lama ia memukul jendela yang kacanya sudah agak retak itu. Aku mendengar suara manusia yang berteriak padaku. 

“Oii ,ada orang tidak di rumah ,teras kalian masih gelap tolong nyalakan sentirnya,minyak tanahnya sudah habis,”

huh..aku lega ternyata itu suara dari seorang pria tua yang bertugas menjaga keamanan desa ini,namanya adalah Pak Muheni.Jenggot putih yang panjang dengan ikatan rambut menjuntai ke belakang menjadi ciri khas menonjol dari dirinya.Pak Muheni sudah menjaga Desa Bajang sejak Ibuku masih kecil.Ia tak hanya menjaga desa ini dari komplotan maling tetapi juga menjaga dari hal – hal yang dianggap mistis.Salah satu hal mistis yang menjadi buah bibir di masyarakat adalah Kolong Wewe.Dari kabar yang pernah ku dengar jika anak kecil masih berada di luar pada waktu maghrib maka anak tersebut akan diambil oleh Wewe untuk diasuh sementara.Tentu saja aku tidak percaya tentang hal itu,karena sudah banyaknya omongan – omongan orang tua yang semacamnya keluar masuk di telingaku.aku yakin hal itu pasti hanya untuk menakut-nakuti anak – anak agar mereka mau pulang ke rumah sebab hari sudah mulai gelap.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

“Bapak ada di rumah ?”tanya Pak Muheni pada Ibu.

“Bapak masih di sawah pak,katanya sawahnya sedang kering, sekarang mungkin lagi mencari air,”jawab Ibu.

“Nanti tolong sampaikan ke bapak kalau sudah pulang disuruh berkumpul ke rumah Pak RT,buat ikut membantu mencari anak yang hilang diculik Wewe,” kata Pak Muheni.

”Innalillahiwainnailahi rojiuun ,siapa yang diculik Pak?Apa ada yang liat dia diculik Wewe?” tanya Ibu.

“Itu anaknya Bu Tur katanya tadi sore sekitar jam setengah enam disuruh ke kebun buat manggil bapaknya supaya pulang, tapi sampai sekarang anaknya belum juga sampai rumah padahal bapaknya udah pulang dari tadi,”sahut Pak Muheni.

Aku dan Ibu sangat terkejut mendengar berita itu.Aku kenal dengan anak yang diculik tersebut.Namanya Diro adik kelasku.”Ini sih pasti ulah si Wewe itu yang suka menculik anak pas maghrib,”sambungnya.

Hal itu mengingatkanku kepada buah bibir yang diperbincangkan hangat di desa ini.Kakiku kembali bergetar,rasa takut yang menyelimuti, mengalahkan nyali sambil bertanya dalam hati “Apakah Wewe memang benar ada? atau ini hanya opini Pak Muheni saja yang selalu dikaitkan dengan hal – hal ghaibnya itu? jika bukan diculik,lantas kemana hilangnya Diro ini?”.

     Pak Muheni lalu meninggalkan rumah kami dengan tergesa – gesa,menuju rumah warga lain untuk mengumumkan kepada warga agar menyalakan lampu sentir atau obor untuk penerangan dan menyuruh kaum wanita tetap di rumah menjaga anak – anaknya.Sedangkan kaum pria ikut membantu pencarian.

     Akhirnya Bapak pulang bersamaan dengan kenthongan masuk waktu salat isya.Sampai rumah Ibu menyambut dan langsung memberitahu semua yang diceritakan Pak Muheni.Tak sempat makan malam,Bapak langsung mengganti pakaian dan membasahi dahaga dengan segelas air putih kemudian bergegas menuju rumah Pak RT.Aku bimbang antara ingin ikut mencari karena rasa penasaranku dan ketakutan masih saja berkelahi dalam benakku.Walau sempat beberapa kali melarang untuk ikut,pada akhirnya Bapak membawaku dan Ibu untuk mencari Diro.

     Pencarian pun dilakukan,sudah lebih dari lima jam kami melakukan pencarian mengelilingi desa dan perkebunan.Genggaman tangan Bapak terasa basah oleh keringat yang terus bercucuran.Mata Ibu yang belo sudah tak terlihat karena ngantuk yang sudah terlalu dalam.Bibir Bu Tur dan Pak Darno suami Bu tur yang terus komat-kamit memanjatkan doa berharap segera bertemu dengan anak semata wayangnya itu.Sedangkan aku yang terdiam masih tidak percaya adanya wewe yang menculik bocah seumuranku.Bagaimana jika Diro tidak diculik oleh wewe tetapi para penculik yang telah membawanya pergi jauh meninggalkan desa ini.Sesuatu yang belum diketahui dan tanpa bukti tetapi seenaknya mengaitkan dengan hal mistis kemudian memengaruhi pikiran semua orang,dasar pria tua berjenggot putih.Pak Muheni masih dengan tenangnya membakar beberapa batang rokok sambil memegangi sebuah obor yang apinya mulai mengecil.Tetapi usaha yang kami lakukan hasilnya nihil.Diro belum juga ditemukan.Padahal waktu sudah menujukkan pukul dua belas malam.Kami beristirahat sejenak sambil memikirkan cara lain untuk mendapat titik terang.Pak Muheni berkata bahwa jika seorang anak diculik oleh Wewe maka keberadaan ia disembunyikan tidak akan jauh dari rumah.Kemudian Pak RT mengusulkan untuk seluruh warga agar membunyikan suara – suara bising dengan harapan wewe akan takut dan segera memberikan anak tersebut.

     Setelah mencari kembali sambil membunyikan suara – suara dari alat – alat dapur,salah satu warga yang sedang buang air kecil, tak disangka malah menemukan bocah di dalam tanaman teh – tehan dekat dengan sebuah sumur milik Bu Tur.Bukan lain bocah tersebut ternyata adalah bocah yang sedang kami cari.Diro ditemukan dengan keadaan kotor seperti habis bergulingan di tanah,mulutnya penuh dengan kotoran sapi,kelakuannya juga sangat aneh.Ia seperti orang bingung,matanya melotot dan mulutnya tidak bisa berkata.Bu Tur dan Pak Darno lantas memeluknya dengan erat, tangis mereka mencairkan suasana yang semula terasa sangat menegangkan.Semua senang usaha mereka untuk menemukan Diro akhirnya membuahkan hasil.Tak lama kemudian suara ayam jantan berkokok terdengar seakan turut bahagia dengan bertemunya Diro dengan keluarga.Suara kenthong berbunyi lagi menandakan pencarian kami telah berakhir.Semua opiniku tentang kebohongan – kebohongan itu akhirnya dipatahkan oleh seorang lelaki paruh baya penyelamat desa.Apalagi diperkuat dengan kejadian yang telah dialami Diro yang kusaksikan dengan mata kepalaku sendiri.Ternyata mitos – mitos yang disampaikan orang tua kita itu tidak sepenuhnya salah dan kita tidak bisa menyalahkan mitos yang sepenuhnya bohong.Sebab dibalik itu semua selalu ada pelajaran yang diambil untuk kebaikan bersama.

Ikuti tulisan menarik Devis Saputra lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

Sabtu, 27 April 2024 14:25 WIB

Terkini

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

Sabtu, 27 April 2024 14:25 WIB