Komunikasi Dakwah

Jumat, 14 Juni 2024 10:01 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content0
img-content
Iklan
Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Para sejarahwan membagi periode dakwah yang dilakukan oleh Nabi Muhammad  SAW kedalam beberapa tahapan. Dakwah secara luas mulai dilakukan di periode Madinah setelah kaum muslimin mempunyai kekuatan dan disegani di Jazirah Arab.

KOMUNIKASI DAKWAH

Universitas Islam Negri Abdurrahman Wahid Pekalongan

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

[email protected], [email protected]

 

Abstrak

Dakwah adalah sebuah proses untuk menyampaikan pesan-pesan Ilahiyah kepada orang lain . supaya pesan yang disampaikan dapat meresap dan dipahami dengan baik, sebelum melakukan dakwah, seorang da’I harus mempunyai ilmu untuk menguasai komunikasi yang efektif. Nabi Muhammad SAW, Nabi yang diutus oleh Allah, mempunyai tugas paling penting, yaitu membawa pesan-pesan dakwah, Beliau melaksanaan dakwahnya selama 23 tahun.

Para sejarahwan membagi periode dakwah yang dilakukan oleh Nabi Muhammad  SAW kedalam beberapa tahapan. Dakwah tahap pertama dilakukan dengan cara sirriyah atau tertutup pada lingkungan keluarganya  sendiri, dakwah ini memang belum cukup menghasilkan, tahap berikutnya adalah dakwah secara jahriyah (terang-terangan). Dakwah secara luas mulai dilakukan di periode Madinah setelah kaum muslimin mempunyai kekuatan dan disegani di Jazirah Arab  dan pada akhirnya dakwah islam dapat diterima.

            Peran kerasulullah ini dapat menjadi tauladan bagi para da’i yaitu dengan menuntun, menyampaikan dan memberikan contoh melalui komunikasi dakwah, menyampaikan risalah dakwah yang baik akan membawa dampak yang baik untuk jamaah (mad;u). Dengan demikian komunikasi menjadi peranan yang sangat penting pada saat menentukan dan memastikan seorang da’i  untuk menyampaikan dakwahnya secara produktif, efektif, dan efisien tujuan yang telah ditentukan. Tanpa adanya komunikasi maka proses berdakwah tidak akan berjalan dengan baik, dalam konteks ini maka dapat dipastikam proses komunikasi dalam dakwah  adalah proses komunikasi yang dilakukan secara terus menerus.

Kata kunci : Peran, Komunikasi dan Komunikasi Dakwah

 

 

Pendahuluan

Menjalankan tugas untuk melakukan transformasi dalam masyarakat adalah sebuah tantangan yang kompleks. Mengajak orang menuju perilaku yang baik dan mencegah mereka dari melakukan yang buruk adalah bagian dari prinsip amar makruf nahi mungkar, yang menjadi tanggung jawab kita sebagai umat Muslim untuk terus berdakwah di tengah masyarakat. Namun, dakwah saat ini menghadapi berbagai tantangan yang semakin beragam seiring dengan kemajuan zaman yang semakin modern.

Perkembangan zaman membawa perubahan dalam pola pikir dan budaya masyarakat, dengan munculnya budaya materialistik yang dominan. Masyarakat cenderung mencari hiburan yang mudah diakses, terutama dengan kemudahan teknologi seperti televisi, internet, dan ponsel pintar. Informasi yang tersebar luas di internet, mulai dari hiburan hingga konten pornografi, memberikan dampak yang signifikan terhadap perilaku dan moral masyarakat.[1][2]

Unsur-unsur Dakwah

Unsur-unsur dakwah adalah komponen-komponen yang selalu ada dalam setiap kegiatan dakwah. Unsur-unsur tersebut adalah da’i (pelaku dakwah), mad’u (mitra dakwah), maddah (materi dakwah), wasilah (media).[3]

  1. Da’i (Pelaku Dakwah)

Da’i adalah orang yang melakukan dakwah baik menggunakan lisan atau tulisan baik perbuatan dan baik secara individu, kelompok atau berbentuk organisasi maupun lembaga. Apabila kembali kepada Al-Qur’an dapat disimpulkan bahwa pelaku dakwah pertama itu adalah Nabi Muhammad saw.[4] Kata da’i ini secara umum sering disebut dengan sebutan mubaligh (orang yang menyempurnakan ajaran Islam) namun sebenarnya sebutan ini konotasinya sangat sempit karena masyarakat umum cenderung mengartikan sebagai orang yang menyampaikan ajaran Islam melalui lisan seperti penceramah agama, khatib (orang yang berkhutbah), dan sebagainya. Sehubungan dengan hal tersebut, dalam buku Ilmu Dakwahkarya Moh. Ali Aziz terdapat pengertian para pakar dalam bidang dakwah, yaitu:

  • Hasyimi, juru dakwah adalah penasihat, para pemimpin dan pemberi ingat, yang memberi nasihat dengan baik yang mengarah dan berkhutbah, yang memusatkan jiwa dan raganya dalam wa’ad dan wa’id (berita gembira dan berita siksa) dan dalam membicarakan tentang kampung akhirat untuk melepaskan orang-orang yang karam dalam gelombang dunia.
  • Nasaraddin Lathief mendefinisikan bahwa da’i itu ialah muslim dan muslimat yang menjadikan dakwah sebagai suatu amaliah pokok bagi tugas ulama. Ahli dakwah adalah da’i, mubaligh mustamain (juru penerang) yang menyeru mengajak dan memberi pengajaran dan pelajaran agama Islam.
  • Natsir, pembawa dakwah merupakan orang yang memperingatkan atau memanggil supaya memilih, yaitu memilih jalan yang membawa pada keuntungan.[5]
  1. Mad’u (Mitra Dakwah atau Penerima Dakwah)

Unsur dakwah yang kedua adalah mad’u, yaitu manusia yang menjadi sasaran dakwah atau manusia penerima dakwah, baik sebagai individu maupun sebagai kelompok, baik manusia yang beragama

Islam maupun tidak, atau dengan kata lain manusia secara keseluruhan. Mad’u (mitra dakwah) terdiri dari berbagai macam golongan

manusia. Sedangkan Muhammad Abduh, dalam buku Ilmu Dakwahkarya Moh. Ali Aziz membagi mad’u menjadi tiga golongan, yaitu:

  • Golongan cerdik cendekiawan yang cinta kebenaran, dan dapat berpikir secara kritis, cepat menangkap persoalan.
  • Golongan awam, yaitu kebanyakan orang yang belum dapat berpikir secara kritis dan mendalam, belum dapat menangkap pengertian-pengertian yang tinggi.
  1. Maddah (Materi Dakwah)

Unsur lain yang selalu ada dalam proses dakwah yaitu maddahatau materi dakwah. Maddah adalah masalah isi pesan atau materi yang disampaikan da’i pada mad’u. Dalam hal ini sudah jelas bahwa yang menjadi maddah adalah ajaran Islam itu sendiri. Wardi Bachtiar dalam bukunya Metode Penelitian Dakwahmenjelaskan bahwa, materi dakwah tidak lain adalah al-Islam yang bersumber dari al-Qur’an dan Hadits sebagai sumber utama yang meliputi aqidah, syari’ah, dan akhlak dengan berbagai macam cabang.

  1. Wasilah (Media Dakwah)

Unsur dakwah yang keempat adalah wasilah (media dakwah), yaitu alat yang dipergunakan untuk menyampaikan materi dakwah (ajaran Islam) kepada mad’u.[6]Menurut Asmuni Syukir dalam bukunya Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam, mengatakan bahwa Media Dakwah adalah segala sesuatu yang dapat digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan dakwah yang telah ditentukan. Media dakwah ini dapat berupa barang (material), orang, tempat, kondisi tertentu dan sebagainya.[7] Pembahasan media dakwah akan dijelaskan lebih mendasar pada poin berikutnya.

  1. Thariqah (Metode Dakwah)

Dari segi bahasa metode berasal dari dua kata yaitu “meta” (melalui) dan “hodos” (jalan, cara). Dengan demikian metode dapat diartikan sebagai cara atau jalan yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan.[8] Dengan demikian, sesuai dari definisi dakwah yang dipaparkan di atas, maka pengertian metode dakwah oleh M. Munir dalam bukunya Metode Dakwah yang menyatakan bahwa metode dakwah adalah cara-cara tertentu yang dilakukan oleh seorang da’i (komunikator) kepada mad’u untuk mencapai suatu tujuan atas dasar hikmah dan kasih sayang.

Strategi Dakwah

Strategi adalah perencanaan yang berisi rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan dakwah tertentu. Strategi pada hakekatnya adalah perencanaan (planning) dan manajemen (management) untuk mencapai suatu tujuan. Di samping itu dapat pula berarti kemampuan yang terampil dalam menangani dan merencanakan sesuatu. Sedangkan tujuan suatu strategi ialah untuk merebut kemenangan atau meraih suatu hasil yang diinginkan. Strategi dakwah sebagai metode, siasat, taktik atau manuver yang di pergunakan dalam aktivitas (kegiatan dakwah). Strategi dakwah adalah merupakan suatu metode, siasat, taktik yang dipergunakan dalam aktifitas atau kegiatan dakwah, yang peranannya sangat menentukan dalam proses pencapaian tujuan dakwah. Seiring dengan berkembangnya zaman, globalisasi sebagai fenomena terbuka luasnya ruang dan waktu bukan hanya sebuah keniscayaan yang tidak dapat ditampik, melainkan juga menguntungkan bagi interaksi peradaban seluruh umat manusia. Kemunculannya menjadikan globalisasi sebagai sebuah ideology bagi masyarakat masa kini yang juga disebut sebagai masyarakat informasi, sehingga memilih dan menggunakan media dakwah yang tepat sudah merupakan keharusan dan tuntutan zaman.[9]

Macam-Macam Strategi Dakwah

Al-Bayanuni membagai strategi dakwah dalam tiga bentuk:

  1. Strategi Sentimental (al-manhaj al-‘athifi)

Strategi Sentimental adalah dakwah yang memfokuskan aspek hati dan menggerakkan prasaan dan bathin mitra dakwah. Memberi mitra dakwah nasihat yang mengesankan, memanggil dengan kelembutan, atau memberikan pelayanan yang memuaskan merupakan metode yang dikembangkan dalam strategi ini. Strategi ini sesuai untuk mitra dakwah yang terpinggirkan (marginal) dan dianggap lemah, seperti kaum perempuan, anak-anak, orang yang masih awam, para muallaf (imannya lemah), orang-orang miskin, anakanak yatim dan lain sebagainya. Strategi sentimentil ini diterapkan oleh Nabi SAW saat menghadapi kaum musyrik Mekah. Tidak sedikit ayat-ayat Makkiyah (ayat yang diturunkan ketika Nabi di Mekah atau sebelum Nabi SAW hijrah ke Madinah) yang menekankan aspek kemanusiaan (humanisme), semacam kebersamaan, perhatian kepada fakir miskin, kasih sayang kepada anak yatim, dan sebagainya. Ternyata, para pengikut Nabi SAW pada masa awal umumnya berasal dari golongan kaum lemah. Dengan strategi ini, kaum lemah merasa dihargai dan kaum mulia merasa dihormati.

  1. Strategi Rasional (al-manhaj al-‘aqlī)

Strategi Rasional adalah dakwah dengan beberapa metode yang memfokuskan pada aspek akal pikiran. Strategi ini mendorong mitra dakwah untuk berpikir, merenungkan, dan mengambil pelajaran. Penggunaan hukum logika, diskusi, atau penampilan contoh dan bukti sejarah merupakan beberapa metode dari strategi rasional.

  1. Strategi Indrawi (al-manhaj al-hissy)

Strategi ini juga dapat dinamakan dengan strategi eksperimen atau strategi ilmiah. Ia didefinisikan sebagai sistem dakwah atau kumpulan metode dakwah yang berorientasi pada pancaindra dan berpegang teguh pada hasil penelitian dan percobaan. Di antara metode yang di himpun oleh strategi ini adalah praktik keagamaan, keteladanan, dan pentas drama. Dahulu, Nabi SAW mempraktekkan Islam sebagai perwujudan strategi inderawi yang disaksikan oleh para sahabat. Para sahabat dapat menyaksikan mukjizat Nabi SAW secara langsung, seperti terbelahnya rembulan, bahkan menyaksikan Malaikat Jibril dalam bentuk manusia. Sekarang, kita menggunakan al-Qur’an untuk memperkuat atau menolak hasil penelitian ilmiah. Pakar tafsir menyebutnya dengan Tafsir „Ilmi. Adnan Oktar, penulis produktif dari Turki yang memakai nama pena Harun Yahya, menggunakan strategi ini dalam menyampaikan dakwahnya. M. Quraish Shihab, pakar tafsir kenamaan dari Indonesia, juga sering menguraikan hasil penemuan ilmiah saat menjelaskan ayat-ayat alQur’an

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Kesimpulan

 

Dakwah dalam Ilmu Komunikasi dapat dijelaskan bahwa Hakikat ilmu dakwah adalah seuntai ilmu yang bersumber dari teks dan tradisi Islam. Ilmu ini dikembangkan oleh umat Islam yang berupaya mengembangkan dakwah Islam secara sistematis dan terorganisir. Manfaatnya adalah untuk memahami kebenaran dakwah sebagai bagian dari pelaksanaan tugas dakwah. Sementara komunikasi dakwah merupakan kegiatan penyampaian pesan-pesan ilahi (maddah) yang disampaikan oleh Da’I kepada mad’u dengan tujuan agar mad’u dapat melaksanakan pesanpesan tersebut sesuai dengan alquran dan sunnah (amal shaleh).

Kita dapat melihat bahwa dakwah memerlukan pemahaman yang mendalam tentang berbagai unsur dan strategi komunikasi yang terlibat di dalamnya. Unsur-unsur dakwah seperti referensi, komunikator, pesan, komunikan, media, konteks, dan feedback semuanya saling terkait dan memainkan peran penting dalam mencapai tujuan dakwah yang diinginkan.

Dalam berdakwah, penting untuk memiliki keikhlasan, kejelasan pesan, pengetahuan yang mendalam tentang agama, dan kemampuan untuk menyesuaikan pendekatan komunikasi dengan karakteristik pendengar. Strategi dakwah seperti memberikan kesaksian, memberi contoh, menggunakan kelembutan dalam menyampaikan pesan, serta memahami tabiat kejiwaan komunikasi pendengar, semuanya merupakan upaya untuk meningkatkan efektivitas dakwah.

Terakhir, seorang dai harus memiliki kesadaran untuk mengelola dorongan-dorongan pribadi dan memastikan bahwa kegiatan dakwah dilakukan semata-mata untuk mencari ridha Allah SWT, bukan untuk kepentingan pribadi atau ego. Dengan demikian, dakwah dapat menjadi sarana untuk memperkuat ketakwaan dan mencapai kebaikan di dunia dan akhirat. Dalam kesimpulan, dakwah bukanlah sekadar menyampaikan pesan-pesan agama, tetapi juga melibatkan pemahaman yang mendalam tentang komunikasi, kemampuan untuk beradaptasi dengan berbagai situasi dan pendengar, serta kesungguhan untuk berjuang demi kebaikan umat manusia.

 

 

 

 

 

Daftar Pustaka

 

Hamdan Daulay, Evi Septiani. Komunikasi dan Dakwah: Strategi Komunikasi dalam Penguatan Wawasan Keislaman Remaja”. Kalijaga Journal of Communication, Vol 2. No. 1, (2020) Hal. 17-18

M.Munir. Metode Dakwah, Cet ke-3, Jakarta: Kencana.2009,hlm 6.

Murniaty Sirajuddin “Pengembangan Strategi Dakwah Melalui Media Internet (Peluang dan Tantangan),”Al-Irsyad Al-Nafs Jurnal Bimbingan Penyuluhan Islam 1,no.1 (2014) : 17

 

 

Bagikan Artikel Ini
img-content
Muh.Fikry Haikal

Penulis Indonesiana

0 Pengikut

img-content

Komunikasi Dakwah

Jumat, 14 Juni 2024 10:01 WIB

Baca Juga











Artikel Terpopuler