Perkembangan Bahasa Indonesia di Era Digital dan Globalisasi
Selasa, 22 Oktober 2024 18:53 WIB
Bahasa Indonesia memiliki peran dan pengaruh dalam kehidupan masyarakat
Bahasa Indonesia lahir pada 28 Oktober 1928. Pada saat itu, para pemuda dari berbagai pelosok Nusantara berkumpul dalam kerapatan pemuda dan berikrar (1) bertumpah darah yang satu, tanah Indonesia, (2) berbangsa yang satu, bangsa Indonesia, dan (3) menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia. Ikrar para pemuda ini dikenal dengan nama Sumpah Pemuda.
Unsur yang ketiga dari Sumpah Pemuda merupakan pernyataan tekad bahwa bahasa Indonesia merupakan bahasa persatuan bangsa Indonesia. Pada tahun 1928 itulah bahasa Indonesia dikukuhkan kedudukannya sebagai bahasa nasional. Bahasa Indonesia dinyatakan kedudukannya sebagai bahasa negara pada tanggal 18 Agustus 1945 karena pada saat itu Undang-Undang Dasar 1945 disahkan sebagai Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia. Dalam Undang-Undang Dasar 1945 disebutkan bahwa Bahasa negara ialah bahasa Indonesia (Bab XV, Pasal 36).
Keputusan Kongres Bahasa Indonesia II tahun 1954 di Medan, antara lain, menyatakan bahwa bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu. Bahasa Indonesia tumbuh dan berkembang dari bahasa Melayu yang sejak zaman dulu sudah dipergunakan sebagai bahasa perhubungan (lingua franca) bukan hanya di Kepulauan Nusantara, melainkan juga hampir di seluruh Asia Tenggara. Bahasa Melayu mulai dipakai di kawasan Asia Tenggara sejak abad ke-7.
Bukti yang menyatakan itu ialah dengan ditemukannya prasasti di Kedukan Bukit berangka tahun 683 M (Palembang), Talang Tuwo berangka tahun 684 M (Palembang), Kota Kapur berangka tahun 686 M (Bangka Barat), dan Karang Brahi berangka tahun 688 M (Jambi). Prasasti itu bertuliskan huruf Pranagari berbahasa Melayu Kuna. Bahasa Melayu Kuna itu tidak hanya dipakai pada zaman Sriwijaya karena di Jawa Tengah (Gandasuli) juga ditemukan prasasti berangka tahun 832 M dan di Bogor ditemukan prasasti berangka tahun 942 M yang juga menggunakan bahasa Melayu Kuna.
Perkembangan bahasa Melayu di wilayah Nusantara mempengaruhi dan mendorong tumbuhnya rasa persaudaraan dan persatuan bangsa Indonesia. Komunikasi antarperkumpulan yang bangkit pada masa itu menggunakan bahasa Melayu. Para pemuda Indonesia yang tergabung dalam perkumpulan pergerakan secara sadar mengangkat bahasa Melayu menjadi bahasa Indonesia, yang menjadi bahasa persatuan untuk seluruh bangsa Indonesia (Sumpah Pemuda, 28 Oktober 1928). Kebangkitan nasional telah mendorong perkembangan bahasa Indonesia dengan pesat.
Peranan kegiatan politik, perdagangan, persuratkabaran, dan majalah sangat besar dalam memodernkan bahasa Indonesia. Proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, 17 Agustus 1945, telah mengukuhkan kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia secara konstitusional sebagai bahasa negara. Kini bahasa Indonesia dipakai oleh berbagai lapisan masyarakat Indonesia, baik di tingkat pusat maupun daerah.
Sejak masa perkembangan awal sampai kini bahasa Indonesia memiliki beberapa jenis ejaan sebagai berikut.
1. Ejaan van Ophuijsen
Ejaan ini merupakan ejaan bahasa Melayu dengan huruf Latin. Charles Van Ophuijsen yang dibantu oleh Nawawi Soetan Ma’moer dan Moehammad Taib Soetan Ibrahim menyusun ejaan baru ini pada tahun 1896. Pedoman tata bahasa yang kemudian dikenal dengan nama ejaan van Ophuijsen itu resmi diakui pemerintah kolonial pada tahun 1901. Ciri-ciri dari ejaan ini yaitu:
- Huruf ï untuk membedakan antara huruf i sebagai akhiran dan karenanya harus disuarakan tersendiri dengan diftong seperti mulaï dengan ramai. Juga digunakan untuk menulis huruf y seperti dalam Soerabaïa.
- Huruf j untuk menuliskan kata-kata jang, pajah, sajang, dsb.
- Huruf oe untuk menuliskan kata-kata goeroe, itoe, oemoer, dsb.
- Tanda diakritik, seperti koma ain dan tanda trema, untuk menuliskan kata-kata ma’moer, ’akal, ta’, pa’, dsb.
2. Ejaan Republik (Ejaan Soewandi)
Ejaan Republik diresmikan 19 Maret 1947 menggantikan ejaan Van Ophuijsen. Ejaan ini juga dikenal dengan nama ejaan Soewandi karena dibuat oleh sebuah tim yang dipimpin Mr. Soewandi. Ciri-ciri ejaan ini yaitu:
- Huruf oe diganti dengan u pada kata-kata guru, itu, umur, dsb.
- Bunyi hamzah dan bunyi sentak ditulis dengan k pada kata-kata tak, pak, rakjat, dsb.
- Kata ulang boleh ditulis dengan angka 2 seperti pada kanak2, ber-jalan2, ke-barat2-an.
- Awalan di- dan kata depan di kedua-duanya ditulis serangkai dengan kata yang mendampinginya.
3. Ejaan Melindo (Melayu Indonesia)
Konsep ejaan ini dikenal pada akhir tahun 1959. Perkembangan politik yang kurang baik selama tahun-tahun berikutnya menjadikan ejaan ini urung digunakan.
4. Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (EYD)
Ejaan ini diresmikan pemakaiannya pada 16 Agustus 1972 oleh Presiden Republik Indonesia. Peresmian itu berdasarkan Putusan Presiden No. 57 Tahun 1972. Dengan EYD, ejaan dua bahasa serumpun, yakni Bahasa Indonesia dan Bahasa Malaysia dibakukan. EYD untuk bahasa Indonesia digunakan mulai 1972, sedangkan untuk bahasa Malaysia digunakan mulai 1973. Ciri-ciri khusus EYD, antara lain perubahan huruf tj menjadi c, ch menjadi kh, dj menjadi j, nj menjadi ny, sj menjadi sy, dan pembakuan penulisan kata depan dan awalan.
5. Ejaan Bahasa Indonesia (EBI)
Ejaan Bahasa Indonesia (disingkat EBI) adalah ejaan bahasa Indonesia yang berlaku sejak tahun 2015 berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 50 Tahun 2015 tentang Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia. Ejaan ini menggantikan Ejaan yang Disempurnakan.
Perbedaan Ejaan Bahasa Indonesia dengan Ejaan yang Disempurnakan adalah:
- Penambahan huruf vokal diftong. Pada EYD, huruf diftong hanya tiga yaitu ai, au, oi, sedangkan pada EBI, huruf diftong ditambah satu yaitu ei (misalnya pada kata geiser dan survei).
- Penggunaan huruf tebal. Dalam EYD, fungsi huruf tebal ada tiga, yaitu menuliskan judul buku, bab, dan semacamnya, mengkhususkan huruf, serta menulis lema atau sublema dalam kamus. Dalam EBI, fungsi ketiga dihapus.
5. Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (EYD Edisi V)
EYD Edisi V merupakan pemutakhiran dari ejaan sebelumnya. EYD Edisi V merupakan bentuk kaidah kebahasaan yang lebih adaptif, responsif, dan akomodatif sehingga pengguna bahasa dapat mengekspresikan pemikiran, ide, dan perasaannya dengan lebih tertib, baik, dan terarah.Jika dilihat perkembangan zaman maka digital dengan ejaan sangat berkaitan contohnya penggunaan komputer banyak menggunakan lambang atau simbol mengenai ejaan secara tidak langsung bahwa perkembangaan bahasa juga mengikuti zaman,dengan demikian Budi (2014) mengemukan bahwa booming era digital berpengaruh besar pada kehidupan pada kehidupan, pertumbuhan data dapa tiap menitnya merupakan hasil yang sangat mencengangkan sehingga dapat mempengaruhi kehidupan secara ekonomi, sosial, poitik, budaya hingga pendidikan. Secara sosial,interaksi-antara manusia berubah menjadi interaktif manusia secara media. Pertumbuhan digital difungsikan sebagai untuk menginformasikan, dengam mudahnya kita bisa mendapatkan informasi meskipun informasi tersebut tersimpan sangat jaul dan luas dengan adanya digital semua menjadi cepat untuk memperoleh informasi. Muhajir (2017) mengatakan bahwa perkembangan teknologi informasi dan komunikasi saat ini berkembang pesat menunjukan bahwa perkembangan menunjukan arah mobilitas yang sangat kompleks menebus batas ruang dan waktu. Penangan informasi ini meliputi pengambilan, pengumpulan, pengelolaan terknologi informasi dan komunikasi terbagi menjadi 2 yaitu:
tekonologi berarti perkembangan dari sebuah mesin dengan menggunakan proses yang menolong manusia untuk menyelesaikan masalah yang merupakan alat baru baru yang menggunakan proses dan prinsif yang signifikan. Yang kedua dan ketiga, yakni informasi dan komunikasi yang sangat berkaitan erat dengan data yaitu berupa proses penyampaian informasi yang berupa ide, gagasan dan pesan dari satu pihak kepada pihak lainnya.
Dengan kemajuan globalisasi saat ini, keberadaan bahasa Indonesia menjadi semakin populer. Namun, globalisasi sangat mempengaruhi keberadaan bahasa Indonesia dan menimbulkan berbagai masalah baru. Salah satunya adalah ketahanan bahasa Indonesia yang saat ini sedang mengalami penurunan serta munculnya istilah bahasa gaul, bahasa alay, dan lainnya.
Penggunaan bahasa Indonesia harus sesuai dengan kaidah dan struktur Ortografi Indonesia (EBI) yang baik dan benar. Penggunaan bahasa yang tepat dan benar sangat diperlukan untuk menunjukkan identitas suatu bangsa yang beradab. Selain itu, menggunakan bahasa Indonesia yang benar dan baik merupakan tanda cinta tanah air dan mewujudkan rasa nasionalisme.
Pemerintah telah melakukan berbagai upaya untuk menjaga konsistensi penggunaan bahasa Indonesia di berbagai media, di antaranya:
- Mengirimkan tenaga pengajar bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA) ke berbagai negara di dunia
- Membina sikap positif terhadap bahasa Indonesia melalui jalur media massa
Selain upaya pemerintah, masyarakat juga dapat berperan dalam menjaga konsistensi penggunaan bahasa Indonesia, di antaranya:
- Menanamkan rasa bangga terhadap bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dan identitas bangsa
- Menanamkan sifat disiplin pada berbahasa Indonesia
- Akrabkan diri dengan bahasa Indonesia baku
- Pahami definisi dan penggunaannya
- Pahami struktur kalimat dan tata bahasa
- Mengikuti dinamika perkembangan bahasa
- Biasakan banyak membaca
Bahasa Indonesia merupakan bahasa pemersatu, bahasa nasional, dan bahasa resmi bangsa Indonesia. Penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar sangat penting dalam berkomunikasi baik lisan maupun tulisan.
Dalam era digital yang terus berkembang, bahasa Indonesia mengalami transformasi yang signifikan. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi telah memberikan dampak yang luar biasa terhadap cara masyarakat menggunakan dan berinteraksi dengan bahasa. Meskipun membawa sejumlah tantangan, transformasi ini juga membuka peluang baru yang menarik untuk memperkaya dan memperluas kegunaan bahasa Indonesia di tengah arus globalisasi.
- Tantangan pertama yang dihadapi dalam transformasi bahasa Indonesia ialah pergeseran cara komunikasi. Perkembangan media sosial dan platform digital telah mengubah cara masyarakat berkomunikasi, baik secara lisan maupun tulisan. Penggunaan singkatan, emotikon, dan gaya bahasa yang santai menjadi hal yang umum di ruang digital dan pada beberapa kasus dapat menggerus kualitas bahasa yang benar dan baku. Akibatnya, di kalangan generasi muda terjadi penurunan kemampuan menulis dan berbicara secara formal, yang pada gilirannya dapat memengaruhi kemampuan mereka dalam berkomunikasi secara efektif di dunia profesional.
- Persaingan global juga menjadi tantangan yang signifikan dalam transformasi bahasa Indonesia. Dengan konektivitas global yang meningkat, masyarakat Indonesia dihadapkan pada pengaruh bahasa asing yang makin masif, baik dalam bentuk kata pinjaman, frasa, atau kosakata baru yang diperkenalkan melalui budaya populer atau industri global. Hal ini memicu kebutuhan akan adaptasi dan pembaruan konstan dalam bahasa Indonesia agar bahasa Indonesia dapat tetap relevan dan mampu bersaing dalam panggung global tanpa kehilangan identitas budayanya.
Meskipun demikian, transformasi bahasa Indonesia dalam era digital juga membawa peluang yang tak ternilai. Akses global yang lebih luas melalui internet memungkinkan bahasa Indonesia untuk meraih perhatian dunia internasional. Dengan memanfaatkan potensi tersebut, bahasa Indonesia dapat menjadi media untuk menyebarkan kekayaan budaya dan pengetahuan Indonesia kepada masyarakat global sehingga terbuka peluang bagi lebih banyak orang untuk belajar tentang keunikan dan keragaman budaya Indonesia.
Dengan kesadaran kolektif dan upaya bersama, transformasi bahasa Indonesia dalam era digital bukan hanya menjadi tantangan, melainkan juga peluang untuk memperkuat posisi bahasa Indonesia sebagai bahasa yang dinamis, relevan, dan berdaya saing di tengah perubahan global yang terus berlangsung. Dengan demikian, bahasa Indonesia dapat terus berkembang sebagai sarana untuk memperkuat identitas budaya dan memperluas hubungan Indonesia dengan dunia internasional
Pengaruh Bahasa Asing di Era Globalisasi Terhadap Bahasa Indonesia
Seiring dengan munculnya bahasa asing dalam kehidupan masyarakat maupun kalangan mahasiswa, banyak sekali pengaruh yang ditimbulkan oleh bahasa asing terhadap perkembangan bahasa Indonesia. Pengaruh tersebut ada yang berdampak positif dan juga ada yang berdampak negatif.
Dampak positifnya yaitu,
- Bangsa Indonesia dapat mengikuti perkembangan internasional dengan lancar dan mampu bersaing dengan negara lainnya.
- Penyerapan kata asing dapat memperkaya kosakata bahasa Indonesia.
Sedangkan dampak negatifnya yaitu :
- Penggunaan bahasa asing yang berlebihan dapat mengancam keberadaan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional. Bahasa Indonesia bisa tergeser oleh bahasa asing, terutama jika penggunaan bahasa asing tidak dikurangi atau diawasi.
Beberapa hal yang bisa dilakukan untuk menghadapi pengaruh negatif bahasa asing terhadap bahasa Indonesia, di antaranya:
Bahasa asing selalu lekat dengan istilah globalisasi. Namun tidak semua globalisasi memiliki dampak yang baik bagi masyarakat sehingga diperlukan adanya filterisasi atau penyaringan terhadap suatu budaya yang masuk.
Selain itu juga kita harus mulai menanamkan kecintaan terhadap bahasa Indonesia sedari dini. Sebagai insan akademis yang dianggap memiliki intelektual yang tinggi, ada baiknya jika kita dapat membagi kapan kita dapat menggunakan bahasa asing dan kapan kita harus menggunakan bahasa Indonesia.
Pelajar, mahasiswa dan juga seluruh warga negara Indonesia harus bisa membedakan mana pengaruh positif dan mana pengaruh negatif terhadap perkembangan bahasa Indonesia dari adanya bahasa Asing. Dengan mengetahui pengaruh positif inilah mahasiswa dan kalangan yang lainnya dapat membantu bangsa Indonesia untuk mempertahankan bahasa Indonesia dan mampu bertahan dari pengaruh negatif bahasa asing.

Penulis Indonesiana
0 Pengikut

Daftar Pustaka dan Sumber Kutipan Periodical
Jumat, 20 Desember 2024 21:09 WIB
Kutipan Langsung dan Kutipan Tidak Langsung
Jumat, 20 Desember 2024 21:08 WIBBaca Juga
Artikel Terpopuler