Anak Bapak
Pada 15 tahun silam, ketika tahun ke-9 usiaku, mahligai kami yang semula sunyi mendadak bising dipenuhi tangisan bayi dalam gendongan ibu. Ibu muncul di depan pintu sembari memandangi ayah dan menghampirinya dengan takut-takut. “Maaf.” Ibu menyambut ayah dengan berlutut. Satu tangannya melingkar di kaki ayah. Ibu tersedu sedan, sedangkan ayah menegang dengan raut muka yang tidak terbaca. Naluriku mengatakan ada yang salah. Sepasang purnamaku menatap mereka silih berganti, tapi tetap saja aku tidak mengerti.