Dalam Bus Kota

Rabu, 17 November 2021 05:54 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content
Iklan

               Suatu siang di penghujung tahun 1999,

               Bus kota ekonomi  jurusan Cicaheum – Cibeureum yang baru tiba di terminal Cicaheum langsung di buru penumpangnya. Mereka berusaha masuk ke dalam bus secepat mungkin, sehingga terjadi saling seret menyeret dan mengadu otot. Di sini berlaku hukum rimba, yang kuat yang berhasil lolos.  Kondektur pun kewalahan mengahadapi penumpang yang berjibaku layaknya pasukan berani mati. Teriakan kondektur untuk antri  seperti semilir angin di telinga calon penumpang. Yang akhirnya, dia pun menyerah membiarkan semuanya terjadi layaknya air yang mengalir.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

                Setelah penuh, bus pun melaju. Kemudian berdatangan para pengamen dan pedagang asongan yang setengah memaksa penumpang untuk membeli dagangannya. “Silahkan Bapak, Ibu, Teteh-Teteh, dan Aa melihat dulu barangnya. Obat mual, penahan lapar….permen berbagai macam rasa….hanya 250 saja!” teriak pedagang tersebut sembari meletakkan tiga jenis permen pabrikan yang di stapler menjadi satu di atas paha para penumpang. Setelah beberapa menit menunggu, dia akan kembali membawa permen tersebut. Biasanya ada beberapa penumpang yang membeli, karena harganya lebih miring di banding di warung. Pengamen pun tak kalah saing dengan pedagang asongan. Dengan suara sumbang dia bernyanyi dengan lantang. Tak peduli telinga penumpang yang kesakitan mendengar nyanyiannya. Hal tersebut di perburuk dengan  asap rokok dari seorang bapak-bapak setengah baya yang membuat kesal seorang ibu muda.  Ibu itu membuka jendela bus lebar-lebar karena asap rokok membuatnya terbatuk-batuk. Seketika angin pun berhembus ke dalam bus bersama debu jalanan dan asap knalpot. Semakin bus melaju penumpang pun semakin berjejal seperti ikan pindang dalam dandang.

                Sementara itu seorang pemuda yang berdiri dekat sopir bus menyadari kekeliruannya karena salah jurusan. Dengan datar dia menemui kondektur meminta uangnya kembali sembari mengunyah manisan kedongdong, “maaf Pak, saya minta ongkos saya kembali. Saya kira ini jurusan Leuwi Panjang!”. Dengan muka kesal kondektur pun memberikan uang yang dia minta sebesar Rp 300 sembari berkata, “Makanya, lihat-lihat dulu kalau mau naik bus!”. Si pemuda hanya terkekeh kemudian turun.

                "Beureum...Beureum...Alun-Alun... Pasar Baru !", kondektur meneriakkan rute yang akan di lalui bus.

                Di daerah Cicadas dua orang pelajar SMU berlari-lari mengejar bus kota.  Mereka sudah terlatih menaiki bus kota yang sedang melaju.  Berlari seperti itu membuat mereka terengah-engah. Tapi senyum kepuasan tergambar di wajahnya, mereka berhasil mengejar dan menaiki bus kota layaknya matador yang telah menaklukan seekor banteng.

                Bus terus melaju melewati jalan Kiaracondong, jalan Jakarta , kemudian kembali lagi ke jalan Ahmad Yani. Seorang bayi yang di gendong ibunya menangis. Seluruh pandangan dalam bus tertuju pada ibu tersebut. Spontan ibunya menyusui meskipun sambil berdiri, karena tidak kebagian tempat duduk. Tidak ada satupun yang peduli. Saat ada seorang bapak yang turun, seorang  perempuan berusia 26 tahun menyuruh si ibu menempati tempat duduk tersebut. Tetapi,  belum juga si ibu mengiyakan, seorang laki-laki sudah nyelonong duduk. Si perempuan menghardik laki-laki tersebut bahwa tempat duduk itu untuk si ibu. Dengan bijaksana, si ibu berkata bahwa ia sebentar lagi turun.

                “Ibu turun dimana?”, kata laki-laki tersebut dengan angkuh.

                “Di Katapang”, jawab si Ibu.

                “Ooh …sebentar lagi. Tanggung kalau duduk juga”, jawab si laki-laki dengan santainya.

                Si ibu diam membusu, sementara si perempuan mendelik kearah laki-laki tersebut.

                Di depan laki-laki tersebut, seorang bapak tengah membaca koran yang di belinya tadi saat menaiki bus. Bapak itu berusaha membacanya meskipun beberapa kali terkena seretan penumpang lain sehingga si bapak nampak seperti memainkan accordion. Si laki-laki tadi mencoba ikut membaca koran si bapak. Dan, saat si bapak tersadar bahwa ada yang ikut mengintip korannya, seketika itu juga langsung melipat korannya dan mengempit di antara keteknya.

               Bus menepi saat tiba di daerah Katapang. Ibu dengan bayinya dan dua pelajar SMU  turun di daerah ini bersamaan dengan naiknya penumpang baru. Bus pun sedikit longgar di banding sebelumnya.

                Di alun-alun Bandung, penumpang yang turun dan naik saling beradu otot, sama-sama tidak mau mengalah. Bus kota tersebut memiliki dua pintu, tetapi penumpang lebih suka beradu otot di banding tertib mengikuti aturan pintu masuk dan pintu keluar. Kondektur dan sopir sudah lelah untuk mengingatkan. Mereka pun akhirnya hanya duduk sembari berbincang-bincang.

                Di jalan Sudirman macet tak terelakkan lagi karena selain banyak simpangan juga jalur padat di jalan Otista. Matahari yang bersinar terik dan banyaknya penumbang membuat udara semakin panas. Satu-satunya penghibur adalah udara dari jendela bus yang di buka lebar-lebar. Tapi, saat macet, hanya asap knalpot yang terhirup bersamaan dengan berbagai macam bau keringat. Saat itu yang bisa di lakukan hanyalah mengelap keringat, mengipas—ngipas badan dengan buku atau koran untuk mendinginkan suasana dan pikiran. Karena kejadian yang sepele bisa membuat naik darah seperti yang terjadi pada bapak berbadan besar yang celananya kena tetesan air pempek dari seorang pelajar SMP.  Plastik yang berisi pempek itu ternyata bocor . Berulang kali si pelajar tersebut memnita maaf sampai akhirnya si bapak pun melemah dan memaafkan meskipun dengan muka cemberut.

                bus kota perlahan melaju, merayap seperti seekor kura-kura, berusaha keluar dari kemacetan. Setelah akhirnya tiba di tujuan akhir, Cibeureum.

 

 

                                                                                                                                                

Bagikan Artikel Ini
img-content
Fitri W

Penulis Indonesiana

0 Pengikut

img-content

Titik

Minggu, 28 November 2021 14:58 WIB
img-content

Wajah Dalam Foto

Kamis, 18 November 2021 07:51 WIB

Baca Juga











Artikel Terpopuler