Mal Sepi, Saatnya Terkoneksi dengan MRT

Minggu, 15 Januari 2023 19:44 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content0
img-content
Iklan
Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Lima tahun terakhir mal-mal di Jakarta babak-belur terhempas Triple Disruption. Mereka harus bermetamorfose menjadi mal yang relevan bagi milenial/zilenial. Pemerintah telah memberikan insentif. Beberapa spot transit seperti stasiun MRT/ LRT udah diarahkan untuk pusat aktivitas dengan mix use.

Mal merupakan salah satu jenis dari pusat perbelanjaan yang secara arsitektur berupa bangunan tertutup dengan suhu yang diatur biasanya dengan tempratur udara yang sejuk sehingga membuat nyaman pengunjung untuk dapat betah berlama-lama dan memiliki jalur untuk berjalan jalan yang teratur sehingga berada di antara antar toko-toko kecil yang saling berhadapan. Biasanya sebuah mal memiliki gedung yang tinggi dan luas dimana umumnya memiliki 3 lantai atau lebih. Mal menjadi sebuah pusat perbelanjaan dengan kombinasi plaza sebagai kelompok satuan komersil yang dibangun pada lokasi yang direncanakan dan diorientasikan untuk pejalan kaki sehingga menjadikan pedestrian sebagai unsur utama. Salah satu upaya yang dapat kita lakukan untuk menarik perhatian masyarakat supaya naik transportasi umum yaitu interkoneksi yang bai kantar ruang public dan moda transportasi.

 

Mengapa Mal Menjadi Sepi?

Lima tahun terakhir mal-mal di Jakarta babak-belur terhempas Triple Disruption. Pertama, digital disruption dimana startup digital seperti tokopedia, shoope, lazada dan lainnya begitu cepat mengambil lahan mereka. Kedua, pandemic disruption dimana wabah Covid-19 mengharuskan pemerintah melarang konsumen datang ke tempat high-crowd seperti mal. Ketiga, millenial disruption dimana generasi mager (malas gerak) seperti milenial/zilenial makin malas ke mal karena kini belanja dilakukan melalui aplikasi perbelanjaan. Oleh karena itu mal-mal legendaris zaman dulu seperti Mal Blok M, Blok M Plaza, Plaza Semanggi, atau Ratu Plaza sepi bak kuburan.

Faktanya mal-mal di ibu kota tersebut bukan sepi dan terkapar hanya karena triple disruption, karena beberapa mal yang lain seperti Grand Indonesia, Mal Kelapa Gading, atau Mal Kokas masih tetap ramai. jadi, sumber persoalan sesungguhnya datang dari mal-mal itu sendiri yaitu mereka malas berubah dan tidak mau mengikuti arus perubahan. mereka tidak mampu merespon triple disruption sehingga tidak relevan lagi di pasar. Survival of the fittest, dimana hukum alam yang ada yaitu siapa yang beradaptasi dia akan bertahan. Sementara yang tidak, akan hilang ditelan zaman.

Mal tidak akan punah dan masih relevan dengan tren yang ada saat ini, dimana kita harus percaya adanya digital paradox. arti dari digital paradox yaitu semakin banyak kita hidup di alam digital, maka semakin kita merindukan alam fisikal. Jadi, semakin massif era digital, mal justru akan semakin penting berfungsi sebagai OASIS di tengah kepenatan kita tiap hari ada di alam digital. Hanya saja mal era kekinian tak lagi sama dengan mal jenis mal Glodok City di era 1980an atau mal Blok M di tahun 1990an.

Inilah tantangan terbesar mal-mal yang sepi bak kuburan. Mereka harus bermetamorfose menjadi mal yang relevan bagi milenial/zilenial. Pemerintah telah memberikan insentif. Beberapa spot transit seperti stasiun MRT/ LRT udah diarahkan utk pengembangan pusat aktivitas dengan mixed use. Mall akan tetap rame jika jualan fungsi, mixed use. Tidak melulu jualan space utk tenant, tapi mall yg homy.

 

Mal yang Terkoneksi dengan MRT

MRT atau Mass Rapid Transit merupakan sebuah sistem transportasi transit cepat yang menggunakan kereta rel listrik untuk jalannya. Dalam Bahasa Indonesia MRT juga dikenal dengan sebutan Moda Raya Terpadu atau Angkutan Cepat terpadu. Pengembangan MRT Jakarta mulai dilakukan sejak oktober 2014. Lalu, diresmikan pada 24 Maret 2019. Layanan MRT Jakarta ini diberi nama Ratangga, yang artinya kendaraan beroda atau kereta.

Sebenarnya, layanan MRT ini sudah dikroscek dan diusulkan sejak tahun 1980. Tetapi, rencana ini sempat tertunda karena krisis ekonomi dan politik yang terjadi tahun 1997-1998. Kini, akhirnya proyek MRT kembali diusulkan dan digarap oleh pemerintah, bahkan, saat ini MRT sudah mulai digunakan oleh masyarakat luas. Untuk satu ini, MRT akan bertolak dari Lebak Bulus ke Bundaran Hotel Indonesia. Sepanjang jalur tersebut, MRT akan berhenti di 13 titik stasiun. Berikut ini daftarnya:

• Stasiun Lebak Bulus

• Stasiun Fatmawati

• Stasiun Cipete Raya

• Stasiun Haji Nawi

• Stasiun Blok A

• Stasiun Blok M

• Stasiun Asean

• Stasiun Senayan

• Stasiun Istora

• Stasiun Benhil

• Stasiun Setiabudi

• Stasiun Dukuh Atas

• Stasiun Bundaran HI

Kehadiran berbagai pembangunan infrastruktur indonesia, tentu akan berdampak pada pertumbuhan usaha apalagi MRT yang dibangun terintegrasi dengan pusat-pusat perbelanjaan. Nah berikut mal yang sudah terkoneksi dengan MRT:

1. Blok M Plaza

Salah satu mal yang sudah terkoneksi dengan transportasi umum yaitu Blok M Plaza, dimana terdapat sky bridge dari stasiun Blok M. Bahkan dulu blok m plaza hampir mati dan sepi pengunjung, tetapi karena adanya mrt Jakarta blok m plaza menjadi ramai kembali. Bila dulu dinilai sepi, tapi kini pengunjung Mal Blok M Plaza meroket, bahkan bisa mencapai hingga 100%. Bagaimana tidak, Pusat perbelanjaan Blok M Plaza terintegrasi langsung dengan stasiun modal raya terpadu (MRT) Jakarta. Kehadiran MRT Jakarta ini sangat berdampak terhadap jumlah pengunjung Blok M Plaza. Salah satu dampaknya yaitu MRT bisa mendatangkan jumlah pengunjung sekitar 25.000 per hari dari sebelumnya yang hanya 15.000 per hari.

2. Fx Sudirman

Pusat perbelanjaan FX Sudirman atau FX juga menjadi salah satu mal yang terkena dampak positif hadirnya MRT, dimana FX Sudirman terintegrasi dengan MRT Senayan yang dapat meningkatkan jumlah pengunjung semakin memuncak setelah ada MRT. Peningkatannya yang mal ini dapatkan yaitu sekitar 25 persen dan ini terjadi sejak bulan Maret lalu. Hal ini sangat jelas berbeda jauh dari bulan februari yang hanya mengalami peningkatan sekitar 4 persen saja.

3. Plaza Indonesia

Pusat perbelanjaan kenamaan Plaza Indonesia juga menjadi mal yang mendapatkan dampak positif dengan hadirnya MRT. Mal ini semakin ramai baik untuk berbelanja atau hanya sekedar transit, namun beberapa isu menyebutkan bahwa plaza Indonesia menolak akses lansung underground dengan MRT karena mereka menilai bahwa pengguna MRT bukanlah market yang mereka tuju. Padahal terdapat kenaikannya sendiri sekitar 15-20 persen volume pengunjung ini tentunya akan meningkat pada saat liburan atau akhir pekan di plaza indonesia. Dimana peningkatan traffic pengunjung menjadi ramai sejak dilakukan uji coba MRT.

4. Grand Indonesia

Mal yang berada diseberang Plaza Indonesia ini juga mengalami hal serupa yaitu kecipratan untung dengan hadirnya MRT. Ramainya Gran Indonesia dihari biasa merupakan salah satu dampak terkoneksinya MRT, bila di komparasi ada kenaikan 17 persen setiap bulan nya. Sementara untuk weekdays 6 persen dibanding tahun lalu. Namun, sama halnya dengan Plaza Indonesia mal ini juga menolak adanya akses underground yang terhubung dengan MRT dengan alas an yang sama padahal hal ini dapat meningkatkan jumlah kunjungan pada mal tersebut.

5. Point Square Lebak Bulus

Setelah Blok M Plaza, kini Poins Square menjadi pusat perbelanjaan kedua yang terkoneksi langsung dengan MRT Jakarta. dimana salah satu cara untuk membuat suatu tempat ramai kembali yaitu dengan mempeebanyak dan memberikan kemudahan akses untuk transportasi umum. Cara ini dinilai sangat ampuh untuk membangkitkan Poins square Lebak Bulus.Skybridge dari Stasiun lebak bulus grab tersambung langsung ke transit plaza dan Lantai 3 Poins Square. Jembatan skybridge dengan Panjang 307,5 meter dan tinggi 5 meter. merupakan proyek dengan sumber dana dari private yang di kelolah oleh pihak swasta bukan dari pemerintah.

 

penulis: irfan falah juangar (mahasiswa Manajemen UPJ)

Bagikan Artikel Ini
img-content
Irfan Falah Juanggar

Penulis Indonesiana

0 Pengikut

img-content

Mal Sepi, Saatnya Terkoneksi dengan MRT

Minggu, 15 Januari 2023 19:44 WIB

Baca Juga











Artikel Terpopuler