Pertemuan Semesteral: Tananua Ajak Pengelolaan Laut secara Berkelanjutan
Kamis, 3 Juli 2025 10:36 WIB
Pertemuan semestral yang berlangsung di Desa Malawaru, Kecamatan Nangapanda, menjadi momentum reflektif dan evaluatif terhadap dampak program
Ende, Malawaru, 2 Juli 2025 - Enam tahun pelaksanaan program Pengelolaan Kelautan dan Perikanan Berbasis Masyarakat oleh Yayasan Tananua Flores (YTNF) bekerja sama dengan Blue Ventures menunjukkan hasil yang signifikan dalam mendorong keberlanjutan ekosistem pesisir dan peningkatan kesejahteraan nelayan lokal. Pertemuan semestral yang berlangsung di Desa Malawaru, Kecamatan Nangapanda, menjadi momentum reflektif dan evaluatif terhadap dampak program sekaligus perencanaan tindak lanjut kolaboratif dengan berbagai pihak.
Menurut Pius I Jodho Kooordinator Program Yayasan Tananua Flores (24/6) Menjelaskan Program tersebut lahir dari keprihatinan atas degradasi sumber daya pesisir akibat praktik penangkapan destruktif seperti pemboman ikan dan penggunaan potasium, serta eksploitasi pasir dan batu secara berlebihan. Koordinator Program Kelautan dan perikanan Tananua Flores itu menekankan empat pilar utama dalam implementasi program Pertama, Pengelolaan Perikanan Berbasis Masyarakat, Kedua, Pengamanan Hak Akses (Secure Right), Ketiga, Inklusi Finansial (Financial Inclusion), Keempat, Ketahanan Pangan (Food Security)
“Keempat pilar ini tidak berdiri sendiri, tapi saling menopang untuk menjawab persoalan kemiskinan dan kerusakan lingkungan secara terpadu,” ujar Koordinator Program YTNF.
Selain itu, Dirinya berharap agar dengan pelaksanaan kegiatan Semesteral berasama antara petani dan nelayan dapat merefleksi bersama terkait dengan Kegiatan konservasi lingkungan baik di darat maupun dilaut. Koordinator Program itu juga mengucapkan apresiasi dan berterimah kasih kepada pemerintah desa Malawaru yang telah setia menjadi tuan rumah dalam pelaksanaan kegiatan pertemuan petani dan nelayan.
Jangkauan dan Dampak Program Perikanan
Program ini dimulai di Lingkungan Arubara dan Desa Persiapan Maurongga (Kecamatan Nangapanda), kemudian diperluas ke Kecamatan Ndori, Kecamatan Nangaroro, dan Kecamatan Keo Tengah (Kabupaten Nagekeo). Sampai kini, program mendampingi 36 nelayan di Arubara, 13 nelayan di Maurongga, serta kelompok nelayan dan pengawas di enam desa lainnya, termasuk Podenura dan Kotodirumali.
Dari Pendataan yang dilakukan Yayasan Tananua Flores saat ini Sebanyak 479 nelayan terlibat aktif dalam pendataan perikanan gurita sejak Januari 2023. Total hasil tangkapan mencapai 49.305 kg, dengan nilai ekonomi mencapai Rp 1,39 miliar. Di antaranya, gurita (Octopus cyanea) menyumbang porsi terbesar yakni 45.205,6 kg dengan pendapatan Rp 1,31 miliar.
Harga rata-rata per trip nelayan mencapai Rp 204.385, dengan penggunaan alat tangkap ramah lingkungan seperti pocong tiruan, ganco, dan baka besi.
Pendekatan Inovatif: Sistem Buka Tutup dan LMMA
Salah satu inovasi utama adalah implementasi sistem buka tutup area tangkapan. Sebanyak 31 kali penutupan sementara dilakukan di area seluas 2.315,95 hektar, serta penutupan permanen seluas 135,51 hektar.
Model ini mengacu pada siklus hidup gurita Octopus cyanea yang pendek (±12 bulan) dengan produktivitas tinggi (150.000 – 170.000 telur/betina). Pendekatan ini telah mengubah pola pikir nelayan dan memberikan ruang bagi regenerasi sumber daya laut.
Selain itu, YTNF memfasilitasi pembentukan kelompok Locally-Managed Marine Area (LMMA) dan Kelompok Pengawas Masyarakat, yang secara aktif menjaga ekosistem dan memastikan implementasi sistem pengelolaan berjalan baik. Kolaborasi dengan pemangku kepentingan — camat, kepala desa, mosalaki, hingga tokoh agama — menjadi kekuatan sosial dari program ini.
Oleh : JFM

Penulis Indonesiana
0 Pengikut

Gerakan Konservasi Bersama di Ende untuk Merawat Bumi dan Menabur Masa Depan
Rabu, 9 Juli 2025 14:19 WIB
Pertemuan Semesteral: Tananua Ajak Pengelolaan Laut secara Berkelanjutan
Kamis, 3 Juli 2025 10:36 WIBBaca Juga
Artikel Terpopuler