Sulitnya Memahami Hak Asasi Manusia di Negeri yang Buta Warna Sosial
2 jam lalu
Memahami hak asasi manusia seperti melihat pelangi, ia penuh warna, kompleks, dan butuh kepekaan.
***
Kasus boikot Trans7 menyusul tayangan yang dianggap melecehkan pesantren, bukan hanya soal media dan umat. Ini adalah cermin retak pemahaman kita tentang hak asasi manusia (HAM), bukan sekadar dalam teks hukum, tapi dalam hidup sosial sehari-hari. Kita hidup di negeri yang buta warna sosial: tak mampu melihat keberagaman sebagai kekuatan, dan mudah panik terhadap warna yang berbeda dari dirinya sendiri.
HAM bukan hanya tentang kebebasan berekspresi, tapi juga tentang penghormatan terhadap martabat orang lain. Sayangnya, kita kerap memilih salah satu dan menutup mata terhadap lainnya. Media menuntut kebebasan, sementara publik menuntut kehormatan, keduanya sah, tapi saling bentrok tanpa pemahaman.
Psikolog Jonathan Haidt dalam bukunya The Righteous Mind menyebutkan bahwa konflik moral sering terjadi karena perbedaan fondasi nilai. Bagi sebagian, kritik adalah bentuk cinta namun bagi sebagian yang lain, kritik dianggap penghinaan. Carl Rogers menyebut bahwa komunikasi yang sehat membutuhkan empati tanpa syarat. Namun dalam kasus Trans7, baik media maupun publik gagal menunjukkan itu. Diskusi berubah menjadi serangan balik, klarifikasi dibalas dengan pemboikotan. HAM di Indonesia kerap dijadikan simbol politik atau perlawanan, bukan inspirasi etis.
Menurut Michael Ignatieff, HAM bisa menjadi "bahasa global" yang kosong jika tidak membumi. Kasus ini membuktikan, kita bisa bicara soal “kebebasan” dan “martabat” tanpa pernah benar-benar mencoba memahami posisi pihak lain.
Memahami hak asasi manusia seperti melihat pelangi, ia penuh warna, kompleks, dan butuh kepekaan. Sayangnya, kita hidup di tengah masyarakat yang buta warna sosial: hanya melihat apa yang nyaman, menolak apa yang berbeda.Boikot Trans7 adalah alarm, bukan sekadar soal siapa yang benar dan siapa yang salah, akan tetapi soal sejauh mana kita bisa menghargai perbedaan tanpa harus saling membungkam.
Seperti kata Amartya Sen: Justice is not about ideals alone, but about removing injustice in real terms.
Sudah saatnya kita melek warna, agar HAM tidak hanya jadi wacana, tapi jadi cara hidup bersama.

Penulis Indonesiana
0 Pengikut
Baca Juga
Artikel Terpopuler