x
difabel
Oleh: News BM3

Kamis, 21 April 2022 16:52 WIB

Pak Warsito, Menjalani Hidup Tanpa Kaki dengan Berjualan Pisau Cukur di Persimpangan Jalan

Terik matahari siang pada persimpangan jalan Jogokaryan terdapat sosok luar biasa dalam semangat meski berada dalam kondisi fisik yang tidak sempurna. Dari puluhan ribu orang memenuhi jalan tersebut dalam rangka berburu takjil terdapat disudut pandang seorang pria paruh baya dengan kaki palsu sedang duduk menjajaki jualannya. Warsito (44) adalah difabel tanpa kedua kaki berjualan pisau cukur dan korek api yang sering mangkal di persimpangan jalan Jogokaryan. Meski terik matahari menyengat kulitnya tanpa ampun, meski Langkah dari kaki buatannya kerap kali goyah. Tapi pak Warsito enggan menyerah atas ujian yang diberikan oleh Allah SWT kepadanya. Saat ditemui tim BM3 ditempat biasa beliau berjualan, pak Warsito menyambut tim BM3 dengan ramah penuh hangat. Senyum yang ikhlas dari raut muka yang teduh menggambarkan ketabahan hati serta ketangguhan jiwa yang ia miliki. Meski kesusahan ia menyambut salam jabatan tangan tim BM3. Pak Warsito memiliki penyakit Eosinofilia dimana terdapat tingginya kadar eosinophil dalam darah. Dampak dari penyakit tersebut mengakibatkan kaki pak Warsito harus diamputasi pada Desember 2018 silam. “Ya mau gimana lagi mba, Allah menitipkan takdir ini kepada saya ya artinya saya harus mampu menghadapinya. Ya dikuat-kuatkan mba walau pengennya nyerah” ungkap beliau sambil memberikan satu set pisau cukur untuk pengendara yang membeli sembari menunggu lampu berwarna hijau. Tidak mudah bagi pak Warsito dalam menerima keadaan yang berubah begitu drastis dalam hidupnya. Dimana situasi yang telah direncanakan dengan matang tentunya jika masih ada kedua kaki yang sehat. Namun semua berubah dengan cepat, semua terjadi begitu saja akibat keterbatasan ekonomi dalam mengecek kesehatan lebih cepat dari yang sudah terjadi. Pak Warsito harus terbaring di dipan kayu dalam rumahnya nyaris 2 tahun lamanya. Keterpurukan yang menyelimuti pak Warsito juga berimbas kepada anak dan istri yang sedang kehilangan nakhoda kapal keluarga dalam mengarungi Samudra kehidupan. Surtini (42) istri Warsito dalam segala kekurangannya namun jelas ia sebagai wanita yang kuat lagi tabah, wanita yang enggan tunduk dari ganasnya kehidupan dan pantang sekali-kali mengumpat kehidupan meski ditekan kehidupan sedemikian rupa. Surtini menguatkan sang suami, Warsito, untuk tetap bertahan dan berjuang dalam menyelesaikan tugasnya di dunia ini. “kita harus kuat mba, kita harus terus berjuang, berdua sampai tua, sampai mati. Karena masih ada anak-anak yang Allah titipkan kepada kita untuk kita jaga sepenuh tenaga. Sebisa mungkin semampu mungkin mba” begitulah kalimat yang sering diungkapkan Surtini kepada sang suami dalam masa keterpurukan mereka beberapa tahun lalu saat ditemui di kediaman pak Warsito dan keluarga. Kesan rumah yang sederhana dengan penghuni 4 manusia yang luar biasa. Pak Warsito, istri dan kedua anaknya berteduh di rumah berukuran 4x7 meter persegi warisan dari mertua di salah satu ruas gang Jalan Brigjen Katamso. Setiap hari pak Warsito harus mangkal ke persimpangan Jalan Jogokaryan dengan mengendarai sepeda motor yang dimodifikasi menyerupai becak agar seimbang untuk dikendarai dengan keterbatasan beliau. Dengan dagangan yang disuplai dari kenalannya daerah Bantul, ia sangat bersyukur masih diberi kesempatan dalam berkerja untuk memenuhi kebutuhan keluarga. “alhamdulillah sudah berjalan 3 bulan usaha jualan pisau cukur dan korek api ini saya jalani mba, bersyukurnya saya dibantu oleh yang punya produk ini untuk dijualkan tanpa harus ada agunan. Ya walaupun keuntungannya ga seberapa, kalau rame ya bisa dapat 20 ribu, kalau sepi bisa dapat 6 ribu. Ya di syukurilah mba, Namanya juga jualan” ungkap Pak Warsito sembari membereskan dagangannya. Sedangkan Surtini membantu keluarga dengan menjadi buruh cuci, ia mengetuk pintu tetangga dan menanyakan, “adakah baju kotor yang bisa saya cuci?”. Sebagai uapaya meringankan beban keluarga dalam menjalani kehidupan ini. jelas saja tidak seberapa penghasilan dari buruh cuci ini. sebab tidak setiap hari ada pakaian yang bisa ia cuci. “Sekali nyuci dapatnya 15 ribu rupiah mba, itupun ga setiap hari. Paling 3 hari sekali 4 hari sekali. Jadi uang 15 ribu itu ya dihemat-hemat untuk makan” katanya sambil membantu suaminya membenahi dagangan yang akan dijual suaminya sore ini. Dari pak Warsito dan keluarga kita dapat belajar bahwa perjuangan itu harus dilakukan semaksimal mungkin. Meskipun harus terseret-seret meskipun harus bercucuran darah. Sebagaimana yang ditulis Pram pada halaman terakhir di bukunya Bumi Manusia “Kita sudah melawan nak nyo, sebaik-baiknya, sehormat-hormatnya”. Baitul Maal Merapi Merbabu (BM3) mengajak seluruh masyarakat untuk membantu pak Warsito untuk merayakan hari leberan dengan program Bingkisan Lebaran Bahagia untuk Lansia dan Difabel. Seluruh donasi akan disalurkan untuk pak warsito dan difabel lainnya yang membutuhkan. Semoga rezeki yang kita sisihkan menjadi amal jariyah dan alasan kita bertemu di surganya Allah SWT.

Oleh: Sholikin bin lamno

Jumat, 10 Desember 2021 07:59 WIB

Inspirasi Pembelajaran PJOK dalam Penguatan Literasi Numerasi

Keterampilan numerasi sering kali didengar di masyarakat namun dalam pelaksanaannya terdapat banyak sekali miskonsepsi terhadap keterampilan numerasi. Salah satu miskonsepsi yang sering terjadi di masyarakat adalah konsep numerasi seringkali disamakan dengan konsep pembelajaran matematika sehingga masyarakat menganggap bahwa keterampilan numerasi hanya dapat diajarkan melalui matematika. Keterampilan numerasi memang tidak dapat dipisahkan dari pembelajaran matematika karena memiliki landasan pengetahuan dan keterampilan yang sama dengan matematika. Namun bukan berarti keterampilan numerasi hanya menjadi tanggung jawab pengajaran matematika saja. Keterampilan numerasi dapat diajarkan melalui disiplin ilmu yang lain agar siswa memiliki peluang dapat menerapkan keterampilan numerasi melalui pemahaman dan pengetahuan dari disiplin ilmu yang berbeda sehingga keterampilan numerasi sangat penting diajarkan kepada peserta didik melalui mata pelajaran selain matematika. Apabila keterampilan numerasi tidak diajarkan serta diimplementasikan pada mata pelajaran yang lain tentu siswa akan kesulitan dalam menerapkan konsep matematika dalam menyelesaikan berbagai permasalahan di dunia nyata karena tidak terlatih menggunakan matematika di bidang pelajaran lain. Dalam mengajarkan keterampilan numerasi pada mata pelajaran lain perlu adanya modifikasi dalam pengembangan metode pembelajaran. Salah satu mata pelajaran yang dapat menumbuhkan keterampilan numerasi adalah pembelajaran olahraga. Terdapat berbagai pengembangan metode pembelajaran olahraga agar mampu menumbuhkan keterampilan numerasi. Harapan penulis, pengembangan metode ini dapat menjadi inspirasi bagi Bapak/Ibu Guru PJOK dalam mengembangkan pembelajaran PJOK yang mampu menguatkan keterampilan numerasi pada peserta didik.