Piksel dan Kekuasaan: Politik, Ideologi, dan Isu Sosial dalam Video Game

2 jam lalu
Bagikan Artikel Ini
img-content
Iklan

Setiap dunia virtual membawa pesan tersirat. Dari pengawasan otoriter di Watch Dogs hingga peringatan ekologis dalam Horizon Forbidden West,

Pada tahun 2025, video game telah menjadi panggung kompleks bagi pergulatan nilai-nilai masyarakat modern dimana tempat di mana politik, ideologi, dan komentar sosial hidup berdampingan di balik wujud hiburan digital. Bermain game kini bukan lagi aktivitas pasif; melainkan bentuk partisipasi dalam diskursus nyata mengenai kekuasaan, moralitas, dan kemanusiaan.​

Game sebagai Teks Politik

Setiap dunia virtual membawa pesan tersirat. Dari pengawasan otoriter di Watch Dogs hingga peringatan ekologis dalam Horizon Forbidden West, politik dalam game tidak hanya muncul dalam cerita, tetapi juga dalam mekanika, pilihan pemain, dan desain level. Game mengajarkan lewat emosi dan konsekuensi, bukan ceramah. Pemain berubah menjadi warga digital yang membuat keputusan etis di dunia simulasi.​

Sifat interaktif ini memberi game kekuatan unik yaitu mempersuasi lewat pengalaman. Saat Papers, Please memaksa kita menolak imigran yang putus asa, atau Cyberpunk 2077 menggugat batas kemanusiaan dan teknologi, kita dihadapkan pada dilema moral yang tidak bisa diberikan oleh film atau buku.​

Gerakan Digital dan Pertarungan Ideologi

Dalam era digital yang dipenuhi aktivisme, video game juga berperan sebagai ruang baru untuk menyuarakan gerakan sosial. Tahun ini, protes lingkungan hingga kebebasan berpendapat muncul di dunia maya  mulai dari Minecraft hingga Animal Crossing. Game menjadi wadah perlawanan, simbol solidaritas, maupun propaganda.​

Namun, tidak semua energi digital digunakan dengan niat baik. Laporan terbaru 2025 memperingatkan peningkatan radikalisasi melalui komunitas gaming online, di mana ideologi ekstrem disebarkan secara halus lewat obrolan dan konten komunitas. Hal ini menuntut tanggung jawab bersama dalam menciptakan dan memainkan game.​


Refleksi terhadap Nilai-Nilai Indonesia

Indonesia memiliki posisi penting dalam wacana ini. Studio lokal seperti Mojiken dan Toge Productions membuktikan bahwa identitas nasional dapat tumbuh di ruang global. Game seperti A Space for the Unbound dan Coffee Talk memancarkan nilai kehangatan, empati, dan semangat gotong royong. Mereka menunjukkan bahwa kedalaman budaya bisa dikemas dalam bentuk hiburan tanpa kekerasan berlebihan atau ideologi asing.​

Meski begitu, arus globalisasi membawa juga nilai-nilai yang mungkin tidak sejalan dengan prinsip Pancasila. Banyak game asing menonjolkan individualisme ekstrem dan kekerasan sebagai simbol kekuatan, bertolak belakang dengan falsafah kebersamaan dan keadilan sosial yang menjadi jantung moral bangsa.

Pemerintah Indonesia kini mulai sadar akan pentingnya kesadaran budaya dalam bermain. Melalui peluncuran Indonesia Game Rating System (IGRS) tahun 2025, negara menegaskan bahwa industri game seharusnya tumbuh sejalan dengan etika, moral, dan nilai-nilai budaya nasional.​


Kesimpulan: Sikap Warga dan Gamer Indonesia

Sebagai warga dan gamer Indonesia, sikap terbaik bukanlah larangan total, melainkan bermain dengan kesadaran. Game bukan musuh, tapi cermin memantulkan citra kemanusiaan kita.

Hindari sepenuhnya bila game mempromosikan kebencian, vulgaritas, atau ideologi yang melawan nilai kemanusiaan. Namun, mainkan dengan hati-hati jika game itu menantang kita berpikir, berempati, atau mengkritisi kekuasaan sebab di situlah letak nilai seni sejatinya.

Generasi muda Indonesia harus memahami bahwa menekan tombol “Start” berarti juga memulai percakapan tentang keadilan, empati, dan identitas. Masa depan industri game Indonesia tidak hanya soal pemrograman, tetapi juga tentang bagaimana kita memilih untuk bermain dan memahami maknanya.

Bagikan Artikel Ini

Baca Juga











Artikel Terpopuler