Lupa kata sandi Tempo ID anda?
Belum memiliki akun? Daftar di sini
Sudah mendaftar? Masuk di sini
Bekalangan ini meme di dunia politikus kian merebak. Fenomena ini apakah dapat disebut penghinaan, atau justru menjadi peluang untuk personal branding?
Mendengar kata politik tentu kita sudah tidak asing lagi, perpolitikan adalah yang paling menarik sejak dulu hingga saat ini. tentu tidak terlepas dari peran bahasa dalam menjalankan sistem politik. bahasa menjadi media yang paling mudah untuk menggerakan sistem perpolitikan. serta meme yang bisa menambah kesan intik, humor, serta sindiran untuk perpolitikan yang sedang terjadi.
Meme merupakan sebuah gambar yang terdapat teks di dalamnya, di mana pada meme memiliki makna-makna, baik kesan, satir dan sarkas.
Politik bahasa merupakan salah satu unsur untuk menarik masyarakat, bukan hanya melalui bajasa tapi juga melalui meme sebagai hiburan dalam dunia politik
Dibandingkan beradu argumen yang memerlukan pemikiran, menyerang dengan meme vulgar dianggap jauh lebih gampang untuk dilakukan dengan efek layaknya hantaman palu besar. Penyerang tak perlu bersusah payah menyusun argumen, tak perlu menghimpun data pendukung.
Tanpa sikap legowo dalam politik, seorang ketua umum (ketum) Parpol akan memendam amarah dan dendam kesumat.
Fenomena meme menandai the power of millennials dalam menyuarakan kritik sosial dan merangsang kepekaan terhadap isu-isu terkini.
Kini meme-meme mengenai Mukidi pun menyerbu media sosial, dengan tema orang yang pusing karena WA-nya kebanjiran cerita Mukidi hingga soal Pilkada Jakarta.
Gaya guyonan yang diembuskan meme menjadi begitu beragam, dari sindiran, sarkasme, sekadar pelesetan, sampai pada kekonyolan ala Srimulat.
Rakyat banyak merespons sidang Mahkamah Kehormatan Dewan dengan cara yang kreatif.