Saya adalah mahasiswa Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta pada Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, dengan konsentrasi pada Program Studi Bimbingan dan Penyuluhan Islam. Selama menjalani studi, saya aktif dalam berbagai kegiatan organisasi, baik intra maupun ekstra kampus, sebagai bagian dari proses pengembangan kapasitas diri dan kontribusi sosial. Dalam ranah organisasi intra kampus, saya terlibat di Himpunan Mahasiswa Program Studi (HMPS) Bimbingan dan Penyuluhan Islam, khususnya di Departemen Keislaman. Keterlibatan ini memberi saya ruang untuk memperkuat pemahaman keagamaan dan nilai-nilai dakwah yang inklusif di lingkungan akademik. Di luar struktur organisasi kampus, saya merupakan kader aktif Gerakan mahasiswa nasional Indonesia (GmnI) Komisariat UIN Jakarta dan saat ini mengemban amanah sebagai Bendahara Umum. Peran ini memperluas wawasan saya dalam advokasi sosial serta gerakan mahasiswa berbasis ideologi kerakyatan dan nasionalisme. Selain itu, saya juga cukup aktif dalam Komite Mahasiswa dan Pemuda Anti Kekerasan (Kompak), sebuah forum yang berfokus pada upaya pencegahan dan penanggulangan berbagai bentuk kekerasan, baik dalam lingkup kampus maupun masyarakat luas. Keterlibatan saya dalam berbagai organisasi ini merupakan bentuk komitmen untuk mengintegrasikan nilai-nilai keislaman, keilmuan, dan kemanusiaan dalam praktik nyata kehidupan mahasiswa.
Revolusi! Tak Ada Jalan Tengah!
1 hari lalu
Aku, kita, dan kalian sama-sama muak dengan apa yang menimpa negara kita. Tibalah saatnya untuk menggelorakan "Revolusi!".
***
Sudah satu minggu lamanya aksi terus diteriakan dan kita menyaksikan juga wajah asli negara kita tercinta—rakyat dipukuli, pelajar ditangkap, aktivis dikrimanlisasi, pengemudi ojol tewas dilindas mobil lapis baja. Sementara itu, DPR membuat rekayasa seolah-olah mendengar aspirasi mahasiswa padahal yang diundang dan turut menghadirinya hanyalah gembong pengkhianat gerakan.
Kita saksikan bersama seseorang yang bernama Ihdan menyatakan diri sebagai perwakilan Dema PTKIN se-Indonesia. Ia pernah menjabat sebagai ketua Dema UIN Jakarta. Selama menjabat Dema UIN Jakarta tidak pernah andil dalam setiap konsolidasi dan aksi, namun ia selalu lincah mengambil posisi ketika mendapatkan sorotan media.
Kita turut mendengar juga pernyataan bodoh dari Ketum PB HMI, "Massa aksi yang turun kejalan ber-IQ rendah", seperti terlihat dalam siaran langsung yang ditayangkan stasiun televisi.
Sangat miris ketika media televisi bungkam dikendalikan, CCTV dimatikan, fitur live TikTok dihapuskan, serta bukti represi dihilangkan ketika rakyat tertindas bercucuran darah. Tapi begitu satu halte terbakar kamera langsung siaga, headline mendramatisasi, dan framing diarahkan agar rakyat menilai demonstran sebagai biang kerusuhan.
Apapun benar-benar mereka usahakan guna menutupi bukti agar rakyat tak melihat bahwa aparat negara adalah anjing-anjing kelas berkuasa.
Kita sama-sama tahu bahwa demokrasi ala borjuasi hanya melahirkan tunjangan pejabat, janji kosong, dan peluru karet. Rakyat pekerja butuh demokrasi sejati, demokrasi yang membongkar kekuasaan lama, bukan memolesnya.
Dipa Nusantara Aidit selama hidupnya selalu mengingatkan bahwa musuh rakyat adalah oligarki dan borjuasi komprador yang menjual negeri ini. Marx melalui materialisme dialektis mengajarkan bahwa sejarah adalah sejarah perjuangan kelas, bahwa setiap benturan sosial lahir dari kontradiksi antara penindas dan yang ditindas. Hanya dengan memahami hukum gerak kontradiksi inilah rakyat dapat mengubah dunia, bukan dengan doa atau ilusi, melainkan dengan organisasi dan perjuangan revolusioner.
Untuk dapat mewujudkan perjuangan revolusioner yang telah digelorakan sebelumnya tentulah kita perlu wadah yang dapat mewujudkan semangat revolusi kita. Saya rasa paham Marxisme-Leninisme merupakan suatu jawaban yang tepat untuk memberi arah yang konkret terhadap perjuangan revolusioner negara ini karena solusi yang diberikan tidak hanya berhenti pada protes atau tuntutan moral.
Sudah banyak perlawanan yang dilakukan namun sayang beribu sayang semua jalan yang diambil tidak melahirkan sebuah pembaharuan. Dari kompromi hingga reformasi saya rasa kita bisa sepakati bersama bahwasanya dua pilihan yang lalu bukanlah jalan yang tepat. Jalan kompromi dengan borjuasi hanya berujung pada kekalahan. Jalan reformasi hanya menghasilkan kosmetik politik. Jalan yang tepat bagi Indonesia adalah solusi Bolshevik, jalan Lenin, jalan Revolusi Oktober 1917, jalan rakyat pekerja yang menghancurkan negara lama dan membangun negara buruh-tani.
Bangkitlah, rakyat pekerja! Satukan diri dalam organisasi revolusioner. Hancurkan negara borjuis dan dirikan negara pekerja. Mari kita satukan visi dan misi melalui jalan pembentukan partai pelopor yang berdisiplin besi, yang memimpin blok buruh-tani-miskin kota dalam perjuangan revolusioner untuk merebut kekuasaan politik dari tangan oligarki komprador.
Lenin mengajarkan bahwa tanpa partai revolusioner tidak ada revolusi, dan tanpa perebutan kekuasaan, penderitaan rakyat hanya akan diputar ulang dan membuat rakyat terus terjebak dalam lingkaran setan penindasan struktural. Maka dari itu sejatinya kita harus membangun organisasi bawah tanah maupun terbuka, mendidik kader dalam teori dan praktik, mengonsolidasikan kekuatan massa melalui front persatuan, dan pada akhirnya menyiapkan perebutan alat-alat produksi agar berpindah ke tangan rakyat pekerja.
Di situlah sosialisme menjadi jawaban konkret, tanah untuk tani, pabrik untuk buruh, negara untuk rakyat. Hanya dengan menghancurkan negara lama yang jadi alat borjuasi dan menggantinya dengan kediktatoran proletariat. Sewaktu kekuasaan di negeri ini dijalankan oleh mayoritas kelas pekerja barulah keadilan sosial dapat benar-benar lahir di bumi Indonesia.
Tolong digarisbawahi dan ingatlah selalu! Tidak ada yang namanya jalan tengah. Selama alat-alat produksi dikuasai segelintir elite, rakyat akan terus ditindas. Kita hanya punya dua pilihan: terus diinjak atau bangkit melawan.

Penulis Indonesiana
1 Pengikut

Revolusi! Tak Ada Jalan Tengah!
1 hari lalu
Delapan Dekade Merdeka, Delapan Puluh Tahun Terjerat
Minggu, 10 Agustus 2025 20:48 WIBBaca Juga
Artikel Terpopuler