Tekad Kuat Dokter Stephanie , Wujudkan Kepedulian Saat Pandemi

Senin, 29 November 2021 05:59 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content0
img-content
Iklan
Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Ibarat petir menyambar di siang bolong, pandemi datang membawa virus Covid – 19. Kesehatan, menjadi hal yang paling penting. Pasalnya, virus mematikan tersebut bisa menyerang kapan dan siapa saja. Disinilah petugas kesehatan berperan, sebagai garda terdepan, melakukan penanganan. Tanpa mengenal lelah, mereka mengurus masyarakat yang dinyatakan positif Covid – 19 dan harus menjalani isolasi di rumah sakit.

Ibarat petir menyambar di siang bolong, pandemi datang membawa virus Covid–19. Kesehatan, menjadi hal yang paling penting. Pasalnya, virus mematikan tersebut bisa menyerang kapan dan siapa saja. Disinilah petugas kesehatan berperan, sebagai garda terdepan, melakukan penanganan. Tanpa mengenal lelah, mereka mengurus masyarakat yang dinyatakan positif Covid–19 dan harus menjalani isolasi di rumah sakit. 

Pertanyaannya, siapa yang memperhatikan mereka? Sementara, para petugas kesehatan ini mengemban tugas yang sangat berat, karena bisa saja virus Covid–19 menulari mereka. Pemikiran ini, membayang–bayangi Stephanie Cecillia Munthe dan melatarbelakangi dirinya membuat yayasan non profit bagi tenaga kesehatan. Yaitu,  Medical Talk and Communication.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Organisasi yang didirikannya ini terfokus pada kebutuhan para pekerja medis salah satunya dengan menyumbangkan persediaan logistik seperti minuman kesehatan dan pembersih tangan. Memang terlihat sederhana, namun sangat bermakna dimana gotong royong, dan sikap kepedulian yang tinggi harus dikedepankan untuk menghadapi pandemi.

Dokter gigi cantik ini, secara tegas menyatakan komunitas tersebut juga terbentuk karena, dirinya menilai ada kesenjangan di antara tenaga kesehatan. Dia dan rekan-rekannya pun, ingin meningkatkan awareness atau kesadaran akan semangat kolaborasi antar nakes. “Banyak sekali masalah-masalah manajemen pelayanan kesehatan, seperti miskomunikasi antar tenaga kesehatan. Kurang adanya respect antar profesi kesehatan,yang mengakibatkan pelayanan kesehatan itu tidak optimal," Ucap Stephanie.

Senyumnya terlihat merekah, organisasi yang dirintis Finalis Puteri Indonesia, bersama rekan rekannya ini resmi menjadi sebuah yayasan di tahun 2020. Tekad mereka yang kuat, berikut upaya tanpa mengenal lelah yang dilakukan ternyata membuahkan hasil. Yayasan tersebut, terbangun dengan empat divisi.

Pertama research, dimana para tenaga kesehatan yang menjadi member bisa mendapatkan pelatihan untuk penulisan artikel ilmiah. Dan berkolaborasi, dengan profesi kesehatan lainnya. Kedua empowerment, para nakes diberdayakan untuk bisa aktif dalam mengedukasi tengang kesehatan di media sosial, menjadi moderator atau host sebuah acara. Selain itu para nakes juga mendapatkan pelatihan komunikasi, public speaking, soft skill atau kemampuan non teknis lainnya.

Ketiga advokasi, yaitu mendukung para nakes dengan mengadakan virtual health education di tengah pandemi. Dulu sebelum pandemi, organisasi ini memang sudah aktif melakukan bakti sosial. Kadang, bekerja sama dengan Pemprov DKI Jakarta dan sektor lainnya. Keempat, kolaborasi dimana Medical Talk and Communication bekerja sama di berbagai sektor. Mulai dari pemerintahan, sampai ke sektor masyarakat lainnya untuk mengadakan kampanye tentang kesehatan di masa pandemi COVID-19.

Apa yang dilakukan Stephanie secara jelas membuktikan, bahwa kaum wanita berdaya dan bermanfaat bagi sesama. Hal ini tentunya, merupakan wujud nyata dari revolusi mental yang patut ditiru terutama oleh generasi muda. Niscaya, usaha yang dilakukan thidak akan mengkhianati hasil.

Bagikan Artikel Ini

Baca Juga











Artikel Terpopuler