x

Iklan

Filumar

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 20 November 2021

Selasa, 7 Desember 2021 14:08 WIB

Prisoner

Sebuah cerita pendek hasil karya santri Misbahunnur. Yang dengan segala keterbatasan yang ada dalam pesantren, tidak membuat para santri berhenti menciptakan sebuah karya.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Prisoners ~Dream~Unpleasant Ecuality

 “Mimpi…

Adalah kunci,

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Untuk kita… menaklukan dunia…”

 Lagu yang terinspirasi dari sebuah novel bertajuk “Laskar Pelangi” ini terus berputar mengiang di otak Clarisa. Seolah-olah hanya itu yang ada di bumi kahyangan. Clarissa menyanyikan lagu itu dimana pun ia berada, baik dirumah, rumah sakit, Golden Triangle, kamar mandi, dapur, dan banyak lagi. Seorang perempuan remaja yang bermimpi untuk mempunyai kedua tangan yang lengkap. Ia mendapati tangan yang buntung akibat kecelakaan semasa kecilnya. Kesetaraan yang tidak menyenangkan. Namun memiliki tangan yang buntung bukanlah sebuah halangan untuk semangat Clarissa. Kedigdayaan hidup bukanlah jalan untuk hidup yang baik. Tapi semangat dan semangat dan estetika, adalah kesejatian hidup. Clarissa masih merasa bersyukur karena dibantu oleh kedua orang tuanya yang selalu mendukungnya.

 Clarissa adalah murid sekolah Bunxephille 01, di duduk di kelas 5. Namun, dia kurang diperhatikan, dia selalu dicaci oleh banyak orang.

“Haha dasar buntung!

Ga bisa megang ya! Haha.”

Kata- kata yang sering terlontar pada dirinya. Terkadang Clarissa menangis dan berpikir tentang ‘Memang, hidup adalah cobaan. Terkadang aku mengira bahwa tuhan lah yang tidak adil, tetapi kenyataan tidaklah begitu, justru tuhan tau mana yang terbaik untuk kita.’

Kata-kata itulah yang menjadi inspirasi dan semangat setiap Clarissa bersedih. Ibunya pasti mensehati. Seorang ibu pasti tahu mana yang terbaik untuk buah hatinya.

Hari itu adalah hari senin, mata pembelajaran yang ditunggu-tunggu. Ya, mata pelajaran kesenian. Clarissa sangat suka dengan hal-hal yang berkaitan dengan kesenian. Contohnya melukis.

KRIING...!

Bel sekolah sudah berdering, waktunya jam pelajaran ke-3. Suara langkah kaki Bunda Cantika terdengar menuju ruang kelas. “Selamat siang anak-anak! Materi kali ini bunda akan memberi kalian tugas melukis, sudah bunda beritahukan kan sebelumnya untuk membawa alat lukis masing-masing.” Dengan wajahnya yang selalu tampak riang.

“Ya kami membawanya bun!” Gema murid kelas 5 Bunexphile yang terbakar oleh semangat. “Mari kita mulai!” Bunda Cantika membalas.

Clarissa, juga yang lainnya mulai mengeluarkan alat lukis dari dalam tasnya masing-masing. Demikian pun Clarissa. Di tengah suara denting alat tulis yang dikeluarkan para murid kelas 5, Clarissa tampak kebingungan saat ia membuka tasnya.  Ia menyadari bahwa kuas miliknya tertinggal dirumah.

“Aduh… bagaimana ya… apa aku harus pinjam?” Ucap Clarissa pada dirinya. Disaat yang lain sudah mengeluarkan semua alat lukis yang mereka bawa, Clarissa mencari seseorang yang mau meminjamkan kuas padanya. Tapi sedari tadi Clarissa mondar-mandir meminjam kuas satu persatu kepada anak-anak yang lain, tidak kunjung dapat orang yang mau memimnjamkan kepadanya. Sampai pada bangku salah seorang murid yang bernama Kaila.

“Ini, aku ada dua, kamu boleh pinjam kok!”

“Wah! Terimakasih banyak Kaila!” Ucap Clarissa dengan girang.

“Tapi… maaf, bagaimana kamu akan melukis dengan..” Tanya Kaila dengan hati-hati.

“Tenang Kaila, tuhan masih memberiku sepasang kaki. Aku bisa menggunakannya untuk melukis.”

“Yasudah kalau begitu, Berjuanglah!” Kaila memberi Clarissa semangat.

Clarissa mengulang lagi prinsip pada dirinya. Kekurangan bukanlah sebuah halangan bagi seseorang untuk berkarya. Dengan 1 lengan yang dimiliki, Clarissa mulai melukis dengan dibantu kedua kakinya. Tidak tampak raut kesulitan apalagi menggerutu mengutuk nasib. Clarissa malah tampak sangan lihai dalam melukis meski ia memiliki kekurangan yang bagi kebanyakan orang akan sulit bila melukis dalam keadaan yang seperti itu.

Saat Clarissa menyelesaikan lukisannya, teman-teman Clarissa tampak kaget dengan hasilnya. Kagum melihat lukisan yang dibuat oleh seseorang yang selalu menjadi bahan olok karena kekurangannya mampu membuat sebuah lukisan yang sangat indah. Seorang wanita yang menghadap ke arah Aurora dengan tangah yang terangkat sedang mendengadah meminta doa kepada sang pengabul semua doa. Lukisan yang menggambarkan isi hati seseorang tersampaikan hingga yang melihat lukisan itu. Bahkan ketika Bunda Cantika melihat lukisan tersebut ia pun kagum dengan lukisan yang dibuat oleh Clarissa tersebut. “Lukisan yang sangat indah Clarissa! Dengan kekurangan yang dimilikimu kamu bisa melukis seindah ini, Maha suci Allah yang maha kuasa.” Ucapan dari rasa kagum Bunda Cantika membuat hati guru Seni Budaya Clarissa ini bergetar karena makna lukisan yang sangat dalam. Dengan hasil yang memuaskan dari lukisan Clarissa, Bunda Cantika memutuskan untuk mengikutsertakan Clarisa di lomba melukis internasional yang akan digelar 1 pekan lagi. Clarissa dengan rasa bangga atas dirinya sendiri merasa bangga dan terus-menerus berlatih untuk lomba yang akan diikutinya. Dibantu oleh Bunda Cantika yang selalu mendukungnya hingga semakin hari lukisan buatan Clarissa semakin indah.

Layaknya terang yang selalu diikuti bayangan. Nyatanya, ada 2 teman sekelas Clarissa yang tidak suka dengan prestasi yang dicapai Clarissa. Mereka berdua merasa iri terhadap Clarissa, yaps mereka adalah 2 sejoli yang biasa mendapatkan nilai melukis tertinggi di kelas Clarissa. Mereka bernama Chopin dan Beethoven. Berkat bakat melukis Clarissa yang tiba-tiba mengejutkan kelasnya, mereka berdua merencanakan suatu hal yang jahat terhadap Clarissa.

“Ergh..! Awas aja kamu Clarissa! Semoga di lomba nanti kamu kalah!” Ucap salah seorang dari mereka.

Hari itu telah tiba! Clarissa diantar oleh Bunda Cantika menuju gedung perlombaan digelar. Saking banyaknya peserta dan penonton yang hadir di tempat itu. Bunda Cantika hampir tidak mendapatkan tempat parkir.

Lomba pun dimulai, dengan berkat latihan Clarissa dengan Bunda Cantika, Clarissa melukis dengan begitu lihainya. Ia tampak sangat terbiasa melukis walau dengan menggunakan kedua kakinya. Semangat dan tekad yang luhur ia tumpahkan dalam lukisan yang ia buat.

Clarissa menghembuskan napas lega, lomba telah usai. Kini saatnya menunggu pengumuman pemenang lomba. Jantung Clarissa berdegup kencang ketika MC mulai membuka kalimat pertama yang akan memberitakan hasil penilaian juri kepada semua yang hadir di tempat itu. Satu persatu pemenang lomba sudah diumumkan, namun nama Clarissa tak juga terdengar hingga..

“…Juara 1 melukis dengan poin penilaian tertinggi diraih oleh.. Clarissa Drandanilla dari SD Bunxephile I! Mari kita beri tepuk tangan yang meriah!”

Clarissa merasa sangat gembira dengan pengumuman yang baru saja diumumkan oleh MC perlombaan. Begitu pula dengan Bunda Cantika, yang tak henti-henti menahan tangis haru dengan perasaan bangga terhadap murid didiknya.

“Silahkan kepada pemenang, Clarissa untuk maju ke depan dan mmengambil sertifikat dan uang tunai sebesar 300 juta rupiah!” Dengan bangga diiringi tangisan, Clarissa maju ke atas panggung.

Dari sisi penonton, Chopin dan Beethoven merasa sangat murka. Saking irinya dengan apa yang didapat Clarissa, kedua sejoli itu langsung memutuskan untuk menjalankan rencana jahat mereka. “Kita eksekusi dia di gedung tua sebelah saja oke!” Ujar Chopin dengan nada tinggi.

Tidak disangka, diam-diam kayla membuntuti dua sejoli tadi. Kayla menyadari sesuatu hal yang engerikan akan terjadi kepada Clarissa, karena sebelumnya kayla sudah tau kedua sejoli itu merasa iri kepada Clarissa dari sejak Clarissa mendapat pujian di kelas waktu itu.

“Selamat ya Clarissa atas kemenanganmu!” Basa basi Chopin kepada Clarissa.

“Untuk merayakan kemenanganmu, kita akan mengajakmu ke tempak yang menyenangkan, ayo ikut!” Bujuk Beethoven.

Mereka pun tiba di gedung tua sebelah gedung perlombaan. Pada awalnya Clarissa menolak ajakan mereka unntuk ikut. Tapi dengan bujukan dari 2 sejoli membuat Clarissa tidak bisa menolaknya.

DUAAK!

Chopin menendang Clarissa hingga ia terjatuh. “Haha rasakan! Emang enak?” Clarissa tergeletak diatas tanah tak berdaya. Beethoven mengeluarkan pisau dari balik bajunya dan berkata “Tanganmu sudah buntung, sekarang saatnya kedua kakimua yang hilang.”

“HENTIKAN!”

JLEB!

Kayla datang, ia menghalangi Beethoven. Namun, pisau yang ada di tangan Beethoven malah menancap tepat pada dada Kayla. Membuat darah terpancur kemana-mana. “Apa yang kau lakukan Hoven? Mengapa jadi Kayla?” Chopin menatap kearah tubuh Kayla yang kini sudah terbaring tidak berdaya di atas tanah. Beethoven langsung berlari meninggalkan Clarissa yang terkejut atas apa yang baru saja terjadi sembari memeluk tubuh Kayla, sedangkan Chopin masih terdiam disana berdiri mematung disamping Clarissa dan Kayla.

“KAYLA JANGAN PERGI!”

Teriakan sia-sia yang diucapkan Clarissa tak juga membuat darah Kayla berhenti mengalir keluar dari tubuhnya. Namun teriakannya terdengar sampai ke gedung perlombaan, membuat semua orang yang ada disana mendekati sumber suara Clarissa.

Tak lama, ada seseorang yang melapor kejadian tersebut hingga polisi pun mengamankan tempat kejadian perkara. Chopin ditangkap, sedangkan Beethoven masih dalam pencarian polisi.

Clarissa mendatangi prosesi pemakaman Kayla. Ia masih tidak bisa merelakan kepergian Kayla. Seorang teman yang rela berkorban demi Clarissa, kini diam kaku dibalut kain kafan. Namun noda kehidupan tetap berjalan.

“Kayla, terimakasih atas segala pegorbananmu, kebaikanmu akan selalu kukenang hingga akhir hayat nanti, semoga semua amal ibadahmu ditermia di sisi tuhan yang maha kuasa.”

Ikuti tulisan menarik Filumar lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

4 hari lalu

Hanya Satu

Oleh: Maesa Mae

Kamis, 25 April 2024 13:27 WIB

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

4 hari lalu

Hanya Satu

Oleh: Maesa Mae

Kamis, 25 April 2024 13:27 WIB