Wayang kulit adalah suatu seni pertunjukan tradisional yang tumbuh dan berkembang di Indonesia, terutama di Pulau Jawa. Dalam pertunjukannya, dalang akan menceritakan kisah-kisah seperti kisah raja, putri, raksasa, dan ksatria dengan menggunakan gerakan tangan cekatan dan narasi. Istilah "dalang" berasal dari kata ngudhal piwulang, yakni kata ngudhal berarti menyebarluaskan atau membuka dan piwulang berarti pendidikan atau ilmu. Sehingga dapat diartikan sebagai orang yang memiliki kelebihan ilmu dan membagikannya kepada penonton melalui pertunjukan wayang.
Wayang kulit memiliki arti sebagai suatu simbol dari kehidupan yang sifatnya rohaniah, karena dalam pertunjukan wayang kulit terdapat nilai kebijakan dan moral yang tersebar luas sampai kepelosok pedesaan.
Di era globalisasi ini, perkembangan teknologi kian berkembang dengan pesat sehingga dapat membawa kemudahan bagi generasi muda. Hal tersebut dapat terlihat dari banyaknya orang yang lebih memilih menonton acara hiburan melalui televisi yang dianggap mudah dicerna daripada pertunjukan wayang kulit yang lebih mengarah ke simbol-simbol dan susah untuk dicerna, sehingga sebagian generasi muda menjadi lebih dekat dengan kebudayaan asing dibanding dengan kebudayaan sendiri.
Sebagai seni pertunjukan tradisional, wayang kulit sampai saat ini masih tetap eksis dilihat dari berbagai aktivitas kepentingan masyarakat. Kepentingan tersebut mulai dari kepentingan ekonomi, pariwisata, religi, sosial budaya bahkan sampai ranah kepentingan politik. Di lingkungan keraton Jawa, seni pertunjukan wayang kulit sangat dekat dengan dunia politik dan kekuasaan. Seperti di Kabupaten Klaten yang mana para kaum elit politik menggunakan wayang kulit sebagai sarana penyampaian pesan politis, mulai dari pengokohan legitimasi, memori peristiwa politik sampai kampanye.
Pertunjukan wayang ini sudah ada sejak zaman pemerintahan Soekarno, dimana saat itu pertunjukan wayang sudah hidup dan berkembang dimasyarakat. Bahkan saat itu seni pedalangan menjadi tokoh penting dalam sebuah pementasan wayang. Adapun tugas dalang ini memiliki peran istimewa bukan hanya sekadar menyampaikan infomasi saja, namun juga sebagai penyalur keinginan dan harapan masyarakat dari bawah.
Dalam hal ini wayang kulit memiliki pengaruh yang cukup besar. Usaha memanfaatkan seni pewayangan untuk tujuan politik hanya dilakukan oleh pihak yang memiliki legitimasi public yang sangat besar. Pada pemilu pertama Orde Baru tahun 1971, dalang dimanfaatkan untuk melakukan kegiatan kampanye, sehingga tidak terlihat keselarasan cerita wayang yang sesungguhnya melainkan dikemas menjadi cerita yang berisi program-program pemerintah secara vulgar dan dilebih-lebihkan. Maka dari itu pesan-pesan pemerintah dalam pagelaran wayang kulit diekspresikan melalui dialog atau humor antar tokoh wayang, kalimat sindirian, bahasa isyarat, dan sebagainya dapat diterima oleh masyarakat.
Seiring perkembangan zaman, wayang tetap bertahan hidup dan terus mengalami perkembangan yang dipengaruhi oleh agama, serta nilai-nilai budaya yang masuk dan berkembang di Indonesia. Proses akulturasi ini berlangsung sejak lama sehingga seni wayang memiliki daya tahan dan daya kembang tinggi. Oleh karena itu kita sebagai generasi muda dan penerus bangsa ini harus melestarikan kesenian budaya yang sudah ada serta jangan sampai melupakan nilai-nilai luhur yang telah menjadi ciri khas dan karakter dari bangsa Indonesia itu sendiri.
Ikuti tulisan menarik Safira Mustafa lainnya di sini.