x

Ernst Hemingway. Ilustrasi oleh: Oleh Lloyd Arnold | Wikipedia

Iklan

Bambang Udoyono

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 3 Maret 2022

Jumat, 24 Februari 2023 08:19 WIB

Kiat Menulis Kehidupan Menurut Ernest Hemingway

Banyak sekali orang ingin menulis. Bagaimana kiat menulis kehidupan menurut Hemingway?

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Kiat Menulis Kehidupan Menurut Ernest Hemingway

Bambang Udoyono

 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Penulis adalah pengamat sekaligus pembaca.  Sesungguhnya kegiatan menulis berangkat dari kedua kegiatan utama itu.  Dari kegiatan membaca para penulis mendapatkan pamahaman teori dan penguasaan masalah. Dari kegiatan pengamatan mereka mendapatkan keterangan dan data spesifik tentang sebuah aspek kehidupan atau kealaman.  Perbedaannya ada pada bidangnya. Ada yang membaca dan mengamati bidang sosial, humaniora, dan kealaman. Kombinasi kedua kegiatan itu mereka olah secara intensif dalam pikiran mereka lantas mereka tuangkan dalam tulisan, baik fiksi maupun non fiksi.

 

Nah bagaimana kiatnya menulis tentang kehidupan?  Jawaban seriusnya tentu panjang sekali. Dibutuhkan sebuah buku untuk menjawabnya dengan tuntas. Tapi paling tidak kita bisa belajar secara singkat dari kata mutiara seorang penulis kelas dunia dari negeri Paman Sam. Ernest Hemingway adalah seorang novelis dan cerpenis yang memenangi hadiah Nobel sastra pada tahun 1954.

 

Hemingway pernah mengatakan demikian. “In order to write about life first you must live it.” (Agar bisa menulis kehidupan pertama kali kamu harus menjalani kehidupan).  Apa maksudnya?

 

Untuk membantu memahami kata Mutiara Hemingway ini saya menghubungkannya dengan kata Mutiara Maulana Jalaludin Rumi, sang sufi kondang dari Konya, Turkiye.  Dia memiliki kata Mutiara dalam maknanya. “Every mortal will taste death but only some will taste life.” (Semua mahluk hidup akan merasakan kematian, api hanya sedikit yang benar benar hidup)  demikian kita kita terjemahan kata Mutiara Rumi.

Maka timbul pertanyaan lebih lanjut, apa maksud Rumi?

 

Saya memiliki tafsir tentang kata Mutiara Rumi tersebut. Saya yakin bahwa Rumi ingin mengatakan bahwa hanya sedikit manusia yang hidupnya benar benar dinamis.  Kehidupan sebagian besar orang tidak memiliki dinamika sama sekali.  Hidup mereka statis saja. Hanya begitu begitu saja. Jadi sejatinya mereka mati dalam hidup. Orang yang benar benar dinamis hanya sedikit.

 

Orang yang hidupnya dinamis adalah orang yang penuh enerji. Dia selalu aktif, kreatif dan pro aktf mengatasi masalah. Bukan hanya masalah pribadinya sendiri, tapi bahkan masalah perusahaan, atau masalah masyarakat. Mereka menjadi pemecah masalah. Mereka memberi sumbangan konstruktif untuk masyarakat.

 

Sila lihat di masyarakat. Anda akan menemukan orang yang memberi sumbangan dalam berbagai bidang spesifik. Ada orang yang menyumbang dalam bidang kebudayaan, sosial politik dll. Jangan hanya diartikan uang saja sumbangannya. Bisa juga berujud pemikiran, ihtiar, dsb. Pengurus masjid misalnya, adalah orang yang memberikan waktu, tenaga, pikiran, ihtiarnya untuk masyarakat.

 

Orang orang yang seperti itu, dalam hemat saya, adalah orang orang yang memiliki bahan baku banyak untuk menulis tentang kehidupan.  Tapi mengapa tidak semua orang yang dinamis hidupnya bisa menulis?  Demikian mungkin Anda menyanggah.  Ya karena mereka hanya punya bahan baku saja. Kalau mereka tidak memiliki keterampilan teknis menulis maka bahan baku itu tidak akan jadi tulisan.

 

Jadi agar mampu menulis tentu saja seseorang harus memiliki banyak bahan baku dan memiliki keterampilan teknis menulis. Kalau ingin menulis tentang kehidupan, menurut Hemingway kita harus menjalani kehidupan. Kita harus dinamis menurut Maulana Jalaludin Rumi.      

Ikuti tulisan menarik Bambang Udoyono lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler