saya seorang tenaga pengajar di SMP Negeri 22 Bandar Lampung. saat ini menjadi Ketua MGMP PAI Kota Bandar Lampung, Pengurus APKS PGRI Propinsi Lampung. Pengurus Forum Guru Motivator Penggerak Literasi (FGMP;) Lampung. \xd Guru Penggerak angkatan 7 dan Pengajar Praktik angkatan 11 kota bandar Lampung.\xd saya aktif menulis di berbagai media elektronik daerah/nasional

Perang Iran-Israel: Drone Senjata Sunyi yang Mengguncang Dunia

Kamis, 19 Juni 2025 10:36 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content
Senjata Masa Depan
Iklan

Perang Iran-Israel menjadi pelajaran bahwa drone bukan sekadar mesin terbang. Ia adalah simbol dari pergeseran cara dunia berperang.

Oleh : Herimirhan 

Dalam lanskap peperangan modern, peluru bukan lagi satu-satunya bahasa kekerasan. Suara deru pesawat tempur kian bersaing dengan dengung sunyi teknologi nirawak bernama drone. 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Perang Iran-Israel baru-baru ini menjadi titik balik yang menegaskan bahwa medan tempur masa kini tak selalu dipenuhi prajurit gagah berani, tetapi bisa digerakkan oleh benda kecil yang melayang diam-diam di angkasa.

Iran, dengan strategi militer asimetrisnya, mengejutkan dunia dengan meluncurkan serangan drone massal ke arah wilayah Israel. Ratusan drone, dalam berbagai jenis dan kapasitas, dikirim seperti kawanan lebah pembawa bom. 

Meskipun sebagian berhasil dicegat oleh sistem pertahanan udara Israel dan sekutunya, seperti Iron Dome dan aliansi radar Amerika-Inggris, namun pesan strategisnya sangat jelas era drone sebagai senjata penghancur negara sudah tiba.

Efektivitas Biaya dan Psikologis

Apa yang membuat drone menjadi senjata ampuh tak sekadar kekuatannya menghancurkan, tetapi efektivitas biayanya. Dibandingkan jet tempur multimiliar dolar, satu unit drone bisa diproduksi dengan biaya yang jauh lebih rendah. 

Sementara pihak lawan harus mengeluarkan biaya sangat tinggi untuk menangkisnya, baik dengan rudal antipesawat, sistem radar canggih, maupun tenaga ahli.

Selain itu, efek psikologis dari serangan drone tidak bisa disepelekan. Warga sipil hidup dalam bayang-bayang benda asing yang bisa datang kapan saja dari langit, tanpa suara, tanpa peringatan. Rasa gentar yang muncul tak kalah dengan ledakan itu sendiri.

Perang Tanpa Tentara

Perang konvensional umumnya menampilkan adu strategi antarpasukan. Namun dengan drone, sebuah negara bisa menyerang tanpa mengirimkan seorang pun tentaranya ke garis depan. Ini bukan hanya mengurangi risiko korban jiwa di pihak penyerang, tetapi juga menciptakan dilema etis dalam perang modern: apakah teknologi ini akan mematikan rasa kemanusiaan dalam konflik ?

Perang Iran-Israel mengajarkan bahwa kini bukan lagi soal siapa yang memiliki lebih banyak pasukan atau tank, melainkan siapa yang lebih cepat, lebih pintar, dan lebih inovatif dalam memanfaatkan teknologi.

Ancaman Global. Siapa Selanjutnya ?

Yang patut dikhawatirkan bukan hanya Iran atau Israel, tetapi efek domino dari pembelajaran militer global. Negara-negara lain, bahkan kelompok non-negara seperti milisi bersenjata atau organisasi teroris, bisa mempelajari dan mereplikasi strategi ini. Serangan skala kecil dengan drone murah bisa melumpuhkan instalasi penting seperti pembangkit listrik, pelabuhan, atau bandara.

Dengan teknologi komersial yang semakin mudah diakses, bukan hal mustahil drone akan menjadi alat sabotase yang dipakai dalam konflik domestik, terorisme, atau bahkan perang saudara.

Urgensi Regulasi dan Etika

Dunia perlu mempercepat langkah dalam membuat regulasi internasional mengenai penggunaan drone dalam konflik. Tanpa aturan yang mengikat, drone bisa menjadi senjata yang digunakan tanpa batasan moral, menyerang tanpa identitas, dan menebar ketakutan tanpa tanggung jawab.

PBB dan badan-badan keamanan internasional harus menyadari bahwa potensi destruktif drone tak kalah besar dari senjata kimia atau nuklir dalam konteks destabilisasi wilayah. Dunia tidak boleh hanya mengejar kecanggihan teknologi, tetapi juga memperkuat etika penggunaannya.

 

Indonesia, Belajar dari Jauh

Sebagai bangsa yang menjunjung kedaulatan dan perdamaian, Indonesia juga harus belajar dari dinamika ini. Pertahanan siber dan sistem anti-drone harus mulai dipikirkan, bukan hanya untuk keperluan militer, tetapi juga untuk menjaga objek vital nasional dari kemungkinan serangan masa depan.

Lebih dari itu, Indonesia harus aktif dalam diplomasi internasional untuk mendorong pengendalian teknologi militer nirawak. Jangan sampai kita terlambat menyadari bahwa drone bukan hanya alat pengintai, tetapi senjata pemusnah strategis.

 

Drone Bukan Sekadar Mesin

Perang Iran-Israel menjadi pelajaran bahwa drone bukan sekadar mesin terbang. Ia adalah simbol dari pergeseran cara dunia berperang. Ketika benda kecil bisa melumpuhkan negara, maka pertanyaan besar pun muncul: apakah kita sedang menuju masa depan yang lebih aman, atau justru zaman baru kehancuran senyap?

Drone telah menjelma menjadi senjata ampuh penghancur negara. Dan kita, sebagai bagian dari warga dunia, harus memutuskan: apakah kita akan mengatur mereka, atau membiarkan langit menjadi ancaman baru yang tak terbendung ?

Bagikan Artikel Ini

Baca Juga











Artikel Terpopuler