Kesunyian yang Bicara dalam Cerpen Malam Berkabung karya Bur Rasuanto

Kamis, 3 Juli 2025 10:35 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content
ada haru dalam malam
Iklan

Pandangan saya terhadap Malam Berkabung yang tak setenang malam

Sepi yang Lebih Dalam dari Malam

Dalam cerpen Malam Berkabung, Bur Rasuanto membawa kita menapaki malam yang tidak hanya sunyi, tetapi juga sarat dengan rasa kehilangan yang membeku. Walau teks lengkap cerpen ini tidak mudah dijumpai, jejak atmosfer dan makna di balik judulnya sudah cukup mengajak pembaca untuk merenung dalam.

Saya membayangkan sosok buruh, atau seseorang dari kelas bawah yang berduka bukan hanya atas kematian seseorang, tetapi juga atas hilangnya harapan.

Malam dalam cerpen ini tidak sekadar latar waktu, melainkan simbol keterasingan sosial dan batin yang berkabung secara perlahan. Inilah yang membuat saya merasa cerpen ini bukan sekadar kisah personal, tapi juga narasi kolektif tentang penderitaan yang diam-diam merundung banyak jiwa. 

Bur Rasuanto: dari Kilang ke Kertas

Bur Rasuanto bukan nama asing dalam khazanah sastra Indonesia tahun 1960-an hingga awal 1980-an. Ia bukan hanya pengarang, tetapi juga buruh pabrik yang hidup dan bekerja di tengah kerasnya realitas industri. Lahir di Palembang pada 6 April 1937, Bur mengawali kiprahnya sebagai pegawai di kilang minyak PT Stanvac. Kehidupan sehari-harinya yang bersinggungan langsung dengan buruh dan konflik kelas memberikan napas yang autentik dalam karya-karyanya.

Cerpen-cerpennya, seperti Discharge, Ethyl Plant, dan Pertunjukan, sarat akan kritik sosial dan menggambarkan realitas dengan jujur tanpa kehilangan sentuhan estetika. Maka, ketika saya membaca Malam Berkabung  terasa sekali bahwa Bur sedang berbicara dari luka yang ia sendiri rasakan atau saksikan dan bukan sekadar fiksi rekaan.

Malam dan Luka yang Tak Terdengar

Yang paling menggugah dari cerpen ini adalah penggunaan malam sebagai simbol utama. Malam bukan hanya ruang gelap, melainkan ruang psikis. Ia memuat kesendirian, ketakutan, kenangan, dan kehilangan. Bur Rasuanto tidak bermain-main dengan metafora berlebihan; justru kesederhanaan gaya bahasanya yang membuat luka terasa nyata. Seolah-olah tidak ada yang bisa dikatakan oleh tokohnya, namun semua pembaca bisa merasakan apa yang sedang dihimpitnya. Saya pribadi merasakan bahwa cerita ini seperti doa tanpa suara, atau ratapan dalam diam dan di situlah keindahan tragisnya.

Kenapa Cerpen Ini Relevan Hari Ini

Bagi saya Malam Berkabung tidak hanya menjadi refleksi tentang duka personal, tetapi juga sebuah kritik sosial yang terus relevan. Dalam dunia kerja modern yang masih memperlakukan manusia sebagai mesin produksi, kisah ini menjadi pengingat bahwa di balik pekerjaan, ada manusia dengan luka, kehilangan, dan beban psikis yang tak terlihat. Cerpen ini juga menyentuh isu tentang kesehatan mental, keterasingan sosial, dan empati antar manusia, tema yang makin penting di tengah dunia yang kian sibuk dan tak peduli.

Menggenggam Sunyi Bur Rasuanto

Sebagai pembaca, saya merasa bahwa Malam Berkabung adalah salah satu cerpen yang mampu menyampaikan lebih banyak dari apa yang tertulis. Bur Rasuanto tidak hanya menulis cerita, tetapi juga menyampaikan denyut batin masyarakat kelas bawah dengan kejujuran yang menyentuh. Meskipun karyanya jarang dibicarakan dalam arus utama sastra populer hari ini, “Malam Berkabung” layak dibaca ulang, dibicarakan, dan diapresiasi sebagai karya sastra yang mencerminkan wajah kehidupan yang mungkin tidak kita lihat setiap hari, tetapi nyata dan mendalam.

 

Referensi:

Ensiklopedia Sastra Indonesia. “Bur Rasuanto.” ensiklopedia.kemdikbud.go.id. Diakses 2 Juli 2025, dari [https://ensiklopedia.kemdikbud.go.id/sastra/artikel/Bur\_Rasuanto](https://ensiklopedia.kemdikbud.go.id/sastra/artikel/Bur_Rasuanto)

Redaksi Horison. “Malam Berkabung (Cerpen).” Majalah Sastra Horison, Edisi Oktober 1966. Arsip cetak.

Warung Arsip. “Karya-Karya Bur Rasuanto.” Diakses 2 Juli 2025, dari [https://warungarsip.co/tag-produk/bur-rasuanto/](https://warungarsip.co/tag-produk/bur-rasuanto/)

 

Bagikan Artikel Ini
img-content
Aisha Nada Zahra

Mahasiswa Universitas Nurul Huda

0 Pengikut

Baca Juga











Artikel Terpopuler