Menemukan Ekspresi Diri AMPK Melalui Seni Bersama Bright Canvas
2 jam lalu
Program Bright Canvas IPB University mengajak anak-anak Panti Darushsholihin mengenal diri, berani berekspresi, dan belajar lewat karya seni.
***
Suara tawa dan goresan kuas memenuhi ruang tengah Panti Darushsholihin siang itu. Di atas kertas putih besar, seorang anak menggambar rumah dengan pintu berwarna biru, dikelilingi taman kecil. “Ini rumah aman aku,” katanya pelan, tanpa menoleh dari karyanya. Di sekelilingnya, anak-anak lain sibuk mencampur warna, menempel kertas, atau sekadar mengamati hasil karya teman di sebelahnya. Tak ada yang berlomba menjadi paling bagus, mereka hanya belajar mengekspresikan diri.
Pemandangan sederhana ini menjadi inti dari Bright Canvas, program ciptaan mahasiswa IPB University yang tergabung dalam tim PKM-PM. Program ini mengajak anak-anak yang Memerlukan Perlindungan Khusus (AMPK) di Panti Darushsholihin untuk menyalurkan emosi, mengenali diri, dan menumbuhkan kecerdasan spasial melalui seni. Di balik kegiatan yang penuh warna ini, tersimpan kisah mendalam tentang upaya membangun ruang aman bagi anak-anak yang pernah mengalami trauma dan kehilangan.
Rajwa Mutiara, ketua tim Bright Canvas, masih ingat betul bagaimana ide itu muncul. “Kami awalnya ingin membantu anak-anak jalanan di sekitar stasiun, tapi setelah riset dan diskusi, kami sadar bahwa yang dibutuhkan bukan sekadar bantuan materi. Anak-anak ini butuh ruang untuk merasa ‘ada’, untuk bisa bicara lewat warna,” ujarnya. Dari pemikiran itu, lahirlah Bright Canvas yang berfokus pada ekspresi diri melalui pendekatan seni dan kecerdasan spasial yang berbasis pengalaman.
Setiap pertemuan di Bright Canvas memiliki cerita sendiri. Ada sesi di mana anak-anak diminta menggambar “tempat paling nyaman” versi mereka. Ada yang menggambar sawah, ada yang membuat pantai, dan ada pula yang menggambar momen bersama keluarganya. Dalam setiap garis dan warna, tersimpan perasaan yang mungkin sulit mereka ungkapkan dengan kata-kata.
Para mentor tidak hanya mengamati hasil karya, tetapi juga mendengarkan cerita di baliknya. “Seni jadi jembatan. Kadang anak-anak tidak bisa bilang mereka sedih atau takut, tapi kita bisa tahu dari pilihan warna atau bentuk yang mereka buat,” tutur Bimo Wibisono, salah satu anggota tim PKM Bright Canvas.
Metode yang digunakan dalam Bright Canvas berakar pada Kolb’s Experiential Learning, di mana anak-anak diajak untuk mengalami, merefleksi, memahami, dan kemudian menerapkan pembelajaran dalam kehidupan. Lewat permainan warna, miniatur ruang, hingga peta emosi, mereka belajar mengelola perasaan dan mengenali perspektif diri dengan cara yang menyenangkan.
Namun, perjalanan ini tidak selalu mudah. Anak-anak dengan latar belakang berbeda sering kali memerlukan waktu untuk merasa aman dan percaya. “Membangun kedekatan itu kuncinya. Kami banyak ngobrol ringan, main bareng, atau sekadar menggambar di lantai bersama mereka. Dari situ, kehangatan tumbuh,” kata Atha Nabilah, anggota tim lain yang bertugas mengelola dinamika kelompok.
Di akhir sesi, salah satu anak menunjukkan gambarnya pada mentor . “Ini momenku bersama keluarga saat aku masih SD, aku jadi kangen keluargaku,” ujarnya malu-malu. Momen kecil seperti itu menjadi tanda keberhasilan yang tak bisa diukur dengan angka, bentuk nyata dari pemulihan dan keberanian.
Program Bright Canvas kini terus dikembangkan agar bisa berlanjut meski tanpa kehadiran tim. Para mahasiswa menyiapkan pedoman mitra, policy brief, agar pendamping panti dapat melanjutkan kegiatan secara mandiri. Mereka juga membuka peluang kolaborasi dengan berbagai pihak agar pendekatan ini dapat diterapkan di lebih banyak komunitas anak.
Bagi tim Bright Canvas, pengalaman PKM-PM ini bukan sekadar proyek pengabdian, melainkan proses tumbuh bersama anak-anak. “Kami belajar tentang arti empati, tentang bagaimana seni bisa menyembuhkan,” ucap Rajwa Mutiara. “Kalau anak-anak bisa tersenyum dan merasa aman lagi, itulah kemenangan terbesar kami.”
Instagram : @brightcanvas.ipb
#PKMPMPendanaan2025 #BrightCanvas #IPBUniversity #Ekspresi Diri #Kecerdasan Spasial

Penulis Indonesiana
0 Pengikut
Baca Juga
Artikel Terpopuler