Tiga Bianglala - Persahabatan Para Korban Perundungan
6 jam lalu
Novel ini menggambarkan persahatan 3 gadis kecil korban perundungan untuk bertahan dan saling menyemangati.
Judul: Tiga Bianglala
Alih Bahasa: Misna Mika
Tahun terbit: 2013
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Tebal: 304
ISBN: 978-979-22-9919-9
Sangat menarik untuk membaca bagaimana tiga anak yang termarjinalkan bahu-membahu sehingga bisa bertahan. Ketiga gadis kecil itu adalah Itut, Manna dan Meimei. Ketiganya adalah siswa sebuah SD di Palembang. Itut berasal dari keluarga yang sangat miskin. Manna adalah anak yang terpaksa terpisah dari ayahnya, karena ibu tirinya tak menghendakinya. Sedangkan Meimei – anak gadis keturunan Tionghoa, dipingit orangtuanya karena takut dirundung kawan-kawan pribuminya. Tiga gadis kecil ini berkawan untuk saling melindungi.
Itut tumbuh dalam keluarga yang sangat miskin. Ayahnya pekerja serabutan. Ibunya bekerja sebagai tukang jahit. Saudara Itut banyak. Semuanya membutuhkan makan. Sering Itut tidak kebagian makan sehingga kelaparan. Beberapa kali ia harus ke sekolah tanpa sarapan. Saat pulang ke rumah sepulang dari sekolah, kadang ia juga tak mendapati nasi di meja makan. Kelaparan membuat Itut kreatif dengan cara yang salah. Ia beberapa kali mencuri buah milik tetangganya. Kadang berhasil, kadang ketahuan. Saat ketahuan, Itut akan dimaki-maki. Bukan hanya Itut, ibunya pun ikut dimaki-maki. Penderitaan Itut semakin dalam saat ayahnya meninggal karena kecelakaan kerja.
Itut sebenarnya bukan anak bodoh. Ia lambat belajar karena lapar.
Manna terpaksa tinggal bersama nenek tirinya. Ibunya meninggal. Ibu tirinya tidak menyukainya. Manna tingga pada keluarga nenek tirinya. Manna kurang mendapat kasih sayang dari ayahnya, karena ayahnya bekerja di kota dan hanya sesekali mengunjunginya. Meski tidak semiskin Itut, Manna kadang juga tidak kebagian makanan karena harus bersaing dengan adik-adik ibu tirinya. Manna adalah teman setia Itut. Mereka berdua selalu bersama. Mereka melawan teman-teman sekelasnya yang sombong, yang suka mengejek mereka berdua. Karena Manna sering berkelahi demi membela Itut, Manna dibenci oleh gurunya. Ia sering mendapatkan hukuman karena melawan teman sekelasnya yang sombong karena anak orang kaya.
Kesetiakawanan Manna kepada Itut ditunjukkan saat ayah Manna datang mengunjunginya. Manna mengajak Itut untuk makan nasi padang, ikut dibelikan sepatu dan berbagi baju. Sebuah persahabatan yang mengharukan.
Meimei anak yang cerdas tapi penyendiri. Teman-teman sekelasnya menjuluki Meimei sebagai anak aneh, karena tidak pernah bergaul dengan teman-teman sekelasnya. Ia penyendiri di sekolah. Di rumah, ia tak pernah bermain dengan anak-anak tetangganya. Si bintang kelas ini akhirnya berteman dengan Itut dan Manna. Jika Manna membantu Itut dalam hal perundungan, MeiMei membantu Itut untuk mengerti pelajaran di sekolah. Meimei juga membagi bekalnya kepada Itut dan Manna, sehingga kedua sahabatnya ini bisa mendapatkan makanan yang layak.
Sangat menarik untuk membaca bagian ketika Itut dan Manna bermain ke rumah Meimei. Ternyata ayah, ibu dan nenek Meimei sangat senang keduanya main ke rumahnya. Mereka sangat ramah. Bahkan mereka membiarkan keduanya main di kamar Meimei dan makan bersama dengan Meimei.
Misna Milka menambahi kisah tiga sahabat ini dengan kejadian-kejadian di kelas, di sekolah dan di saat sore setelah sekolah usai. Persahabatan dan persaingan untuk mendapat perhatian dari para teman sekolah lawan jenis menambah novel ini semakin menarik. Misna Milka berhasil menggambarkan bagaimana eksklusifitas bisa diatasi jika mereka bersatu. 953

Penulis Indonesiana
2 Pengikut
Baca Juga
Artikel Terpopuler