x

Iklan

margaretha diana

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Penjara Tanpa Kapasitas

bobroknya moral masyarakat dan penjara yang over capacity

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

“ What you do not want done to yourself, do not do to others.”

Bagi para pembaca buku-buku Confucius, rasa-rasanya kalimat diatas bukanlah kalimat yang asing. Ya, itu adalah salah satu Golden Rule yang dibuat oleh Confucius semasa menjabat sebagai Menteri Kehakiman di negara Lu (Cina). Confucius, dikenal sebagai salah seorang yang bijak, bukan hanya di jamannya, tapi buah pemikirannya masih dipakai dan dipelajari sampai sekarang.

Di Cina sendiri, salah satu Golden Rule of Confucius diatas, sempat dipraktekan pada masa pemerintahan Dinasti Han yang lumayan panjang. Yaitu masa tahun 206 SM sampai dengan 220 M. Seperti kita tahu, daratan Cina di masa lampau, seringkali mengalami pergolakan dan perebutan kekuasaan antar suku. Itulah mengapa, ada masing-masing dinasti yang berbeda yang menorehkan sejarahnya.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Prinsip diatas, sayangnya, banyak yang melupakannya di masa ini. Saat masing-masing orang merasa paling benar dan paling berhak akan sesuatu. Dan itulah repotnya, jika sudah seperti itu, maka efek sampingnya adalah, banyaknya orang yang merasa kekurangan, merasa harus memiliki lebih dari orang lain, kemudian mencari pembenaran atas semua yang dilakukan, dan berujung pada satu kata, yaitu kejahatan.

Tadi siang, bobolnya Rutan Sialang Bungkuk, Pekanbaru, Riau, sempat menimbulkan banyak tanda tanya besar, kok bisa, sampai 200an napi memberontak untuk kemudian kabur bersama-sama. Bahkan banyak peristiwa miris yang kemudian berlanjut sebagai efek samping kaburnya para napi tersebut. Salah satunya peristiwa penyanderaan salah seorang anak kecil berumur 9 tahun di sekitar lokasi lapas. Yang berujung pada banyaknya warga yang mengeroyok tiga orang napi yang sedang menyandera anak kecil tersebut.

Rutan kelas II ini memang menurut informasi, sudah over capacity. Hal yang sebenarnya banyak ditemui di rutan-rutan di negara ini. Banyak sekali rutan yang berisi tahanan melebihi dari kapasitas tahanan yang ditampung. Bahkan boleh dibilang, hampir 90% lapas dan rutan yang ada di negara ini over capacity. Contohlah beberapa waktu lalu, sempat ada ”permintaan” dari Kalimantan kepada Menkumham Yasona Laoly, bahwa di Kaltim dan Kaltara, rutan dan lapas yang ada, hanya berkapasitas 3.021 orang, sementara pada kenyataannya, mereka ’terpaksa’ menampung sebanyak 9.795 orang narapidana dengan berbagai latar belakang kejahatan.

Selama ini, mungkin banyak yang tidak tahu, bahwa satu penjara, bukanlah ’rumah’ bagi napi dengan berbagai latar belakang kejahatan. Seperti kita tahu, napi remaja pun harus dipisah dengan napi dewasa, bukan hanya napi perempuan dan napi laki-laki. Belum lagi, napi dengan latar belakang narkoba, memang sebaiknya dipisah dengan napi yang latar belakang kejahatannya adalah membunuh. Tapi, saat kita bicara kapasitas dan kualitaas penjara yang ada, maka walahualam hal tersebut bisa dipraktekan.

Tahun 2016, pemerintah menganggarkan 11,3 trilliun untuk Kemenkumham, sementara untuk tahun ini, pemerintah hanya menganggarkan 9,3 trilliun. Di saat pemerintah giat-giatnya membangun infrastruktur, rupanya pembangunan rutan masih luput dari perhatian. Entah karena saking banyaknya cerita ’miring’ tentang rutan, seperti napi yang mendapat fasilitas plus-plus, napi narkoba yang masih bisa menjalankan bisnis narkobanya dari dalam lapas, napi yang bisa’jalan-jalan’ di luar lapas, sampai napi yang ternyata masih bisa order seorang psk untuk memuaskan nafsunya, hingga pemerintah seolah enggan ’melirik’ kenyataan bahwa rutan dan lapas yang ada sekarang ini, sudah amat sangat memprihatinkan.

Beberapa waktu lalu, pemerintah Belanda dan beberapa negara di Eropa, memakai penjara-penjara mereka yang kosong, untuk menampung pengungsi dari negara-negara timur tengah. Melihat kenyataan bahwa penjara bisa sampai kosong, sedangkan disini, seolah semua berlomba untuk menghuninya, miris rasanya. Apa iya, moral masyarakat kita semakin kesini semakin bobroknya, sehingga pemerintah perlu membangun lebih banyak lapas untuk ”dihuni”  oleh masyarakatnya?

Entahlah...

Ikuti tulisan menarik margaretha diana lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

1 hari lalu

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

1 hari lalu