x

Ilustrasi anak bermain game di smartphone. huffingtonpost.com

Iklan

Muhammad Aliem

Pegawai BPS Kab.Barru
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Hoaks dan 'Pengemis' Like di Media Sosial

Menurut data dari Internet World Statistics, Pengguna internet di Indonesia sebanyak 78 juta orang (30,5 persen). Indonesia berada di posisi ke-8 di dunia

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Perubahan zaman sangat terasa sebagai akibat dari kemajuan teknologi. Smartphone  harga  murah ditunjang dengan harga kuota internet  lumayan terjangkau. Akibatnya, pengguna internet melonjak tajam di Indonesia. Di balik itu, terdapat efek negatif seiring ramainya pengguna media sosial.

Pada 2015, Indonesia menduduki peringkat ke-8 sebagai pengguna internet terbesar di dunia, menurut data dari Internet World Statistics. Di Asia, Indonesia adalah pengguna internet terbesar ke-4 setelah Tiongkok, India, dan Jepang. Hal ini adalah indikasi masuknya Era keterbukaan informasi dan penerimaan masyarakat terhadap perkembangan teknologi dan perubahan menuju masyarakat informasi. Dikutip dari publikasi Statistik Telekomunikasi Indonesia 2015.

Media sosial digandrungi dan menciptakan  dunia semu. Orang yang dikenal pendiam dan tertutup di kehidupan nyata, bisa berubah  menjadi seorang "pemangsa" di media sosial. Sebagian besar dari mereka menggunakan akun palsu sehingga bebas mengekspresikan diri tanpa terbebani tanggung jawab sosial.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Jika dicermati, akun palsu ini yang membuat dan menyebarluaskan berita bohong atau hoaks. Mereka berlindung di balik akun bodong. Identitasnya tidak diketahui sehingga dengan mudah membuat berita yang dapat memecah belah masyarakat. Mereka membuat isu sensitif, semisal tentang agama dan suku yang menyulut emosi para pembacanya.

Ironinya, para pelaku pembuat dan penyebar berita hoaks ini terorganisir. Anggotanya bertugas menyebar di media sosial. Alasannya, ratusan juta penduduk Indonesia adalah pengguna aktif media sosial. Parahnya lagi, sebagian besar penggunanya adalah mereka yang memiliki tingkat pengetahuan literasi rendah. Jarang membaca, kurang pengetahuan, tapi dengan cepat membagi sebuah berita tanpa mengecek kebenarannya terlebih dahulu.

Sisi lain dari perkembangan media sosial adalah munculnya keinginan penggunanya untuk diakui keberadaannya. Hampir seluruh aktivitas kehidupan sehari-hari diabadikan melalui bidikan kamera kemudian di-posting di media sosial. Tak hanya satu, bisa dua, tiga bahkan lebih, media sosial yang digunakan sebagai ajang bersosialisasi.

Menurut Prof Rhenald Kasali, telah terjadi esteem economy   yang melanda para pengguna media sosial. Mereka menunggu pengakuan dari orang lain. Saat foto dan status media sosial dibagikan, mereka akan menunggu pengakuan berupa "like" maupun komentar. Sembari menunggu tanggapan dari netizen, wajahnya bisa saja manyun jika tidak satupun memberi "like". Tapi, seketika senyum merekah dengan banyaknya tanggapan dari orang lain.

Dengan banyaknya pengguna media sosial dan aplikasi internet lainnya, maka kebutuhan kuota data internet juga meningkat tajam. Hal ini diperkuat oleh data BPS, yaitu dari rilis pertumbuhan ekonomi. Laju pertumbuhan PDB menurut lapangan usaha tertinggi adalah lapangan usaha informasi dan komunikasi. Triwulan III - 2017  dibandingkan Triwulan III-2016 sebesar 9,35 persen.

Kuota internet mungkin sudah menjadi kebutuhan primer. Lihat saja keseharian netizen, mulai dari bangun pagi hingga tidur kembali mereka selalu bersama smartphone. Tentu saja dengan aplikasi media sosial di dalamnya. Makan pun serasa hambar tanpa kuota internet. Biasanya, tangan kanan menyuap makanan, dan tangan lainnya memegang ponsel pintar. Pengguna media sosial dimanjakan oleh berbagai fasilitas pendukung di dalamnya.

Di balik efek negatif, media sosial masih menyimpan harapan. Syaratnya, para penggunanya harus pintar menggunakannya. Sektor perekonomian ditunjang oleh internet dan media sosial. Toko online  menjamur baik bisnis start up  maupun melalui grup jualan online. Keterbukaan informasi dapat menambah wawasan dan pengetahuan. Serta menjadi media penguat persatuan di tengah keberagaman. Mari kita menjadi pengguna media sosial yang bijak dan santun.(*)

Ikuti tulisan menarik Muhammad Aliem lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler