raga kian mengerucut,
bagaikan efusif dan ekplosif yang saling bergantian arah,
terhempas dan kaku pada dinding-dinding kawah,
menunggu strato menguliknya jadi kisah.
benak bagai tertimpa reruntuhan gempa tektonik,
tak beraturan dan makin bergetar kencang,
seperti tumbukan energi lempeng benua dan samudra,
dan relung tak siap merefleksikannya.
mencari kedamaian dengan ramah,
seperti kesabaran speleothem,
membentuk stalaktit dan stalakmit menyatu,
untuk saling membisikkan: ada tetesan mineral di bola matamu.
Atambua, 31 Oktober 2019
Ikuti tulisan menarik Silivester Kiik lainnya di sini.