Musim Semi Pertama di Jepang

Senin, 15 November 2021 08:44 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content
Iklan

MUSIM SEMI PERTAMA DI JEPANG

KARYA: FEBRIANTI DWI AMALIYAH

            Aku berlari dengan penuh kecemasan. Bagaimana tidak! Sekarang sudah hampir jam 9. Kalau sampai telat dihari pertama masuk kerja, benar-benar sangat memalukan! Karena belum terbiasa berada disini, aku salah turun stasiun dan akhirnya tersesat. Aku menerobos keramaian orang yang berjalan ditrotoar. Pemandangan yang sangat asing dan udara musim semi yang baru pertama kali aku rasakan, tidak bisa aku nikmati. Pikiranku hanya tertuju pada tempat yang berada disebrang jalan sana. Sebuah gedung yang menjulang tinggi, memiliki 20 lantai dan berdinding kaca, disanalah tempat kerjaku mulai hari ini. Baru beberapa hari yang lalu aku tiba di negara yang asing ini. Aku bisa mencium aroma bunga sakura terbawa oleh angin segar saat sedang menunggu lampu merah untuk menyebrang jalan. Selama beberapa detik, aku terpesona dengan pemandangan yang sangat indah. Membuatku tersadar bahwa aku benar-benar berada di Jepang sekarang! Disepanjang jalan, bunga sakura yang berwarna pink bermekaran. Saat angin berhembus, kelopak bunganya ikut terbawa, menari-nari bersama angin yang menerbangkannya. Aku melihat kesekeliling dengan wajah yang sangat senang. Lalu aku langsung tersadar saat lampu sudah menjadi hijau dan mulai berlari lagi. Aku sedikit melirik jam tangan yang aku gunakan. Lima menit sebelum jam 9, aku sudah men-tap kartu karyawan sebelum menuju ke lift. Ada 2 orang laki-laki yang berdiri menunggu lift. Mereka berdua menyadari kehadiranku dan aku menyapa dengan ramah.

“Ohayogozaimasu”. Kataku sambil sedikit menundukkan badanku. Lalu membenarkan posisi kacamataku yang turun.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

“Ohayogozaimasu”. Kata laki-laki yang menggunakan kemeja biru dan dia tersenyum ramah.

Laki-laki yang satunya lagi, yang menggunkan kemeja berwarna putih hanya tersenyum tipis dan sedikit menundukkan badannya.

“Apa kamu karyawan baru disini?” Tanya Laki-laki kemeja biru itu.

“Iya, saya karyawan baru disini”. Jawabku dan saat itu juga pintu lift terbuka. Kami bertiga masuk ke lift itu. Saat aku ingin menekan tombol lantai 18, ternyata laki-laki kemeja putih sudah menekannya.

“Kamu di bagian apa?” Tanya laki-laki kemeja biru itu lagi.

“Saya di bagian Marketing”. Kataku.

“Hmm, Marketing”. Kata laki-laki kemeja putih dengan sedikit sinis dan melirik tajam kearahku.

Aku hanya mengangguk dan bingung. Apakah aku sudah melakukan sesuatu yang salah sampai dia harus melirikku dengan sangat tajam seperti itu?

“Aku Takamoto Izumi dari bagian IT Programer”. Katanya laki-laki kemeja biru memperkenalkan dirinya.

“Saya Anastasy Putri Cesillia, panggil saja Ana”. Kataku juga memperkenalkan diri.

“Okay Ana-chan. Kamu juga tidak perlu menggunakan keigo* saat berbicara denganku”. Katanya.

*Keigo adalah Bahasa formal yang menunjukkan rasa hormat dan kesopanan pada lawan bicara.

“Baiklah kalo gitu”. Kataku.

“Dan dia ini…” Kata Takamoto sambil menunjukkan kearah laki-laki kemeja putih.

“Saga Haruki”. Katanya dengan nada bicara yang sangat dingin dan tatapannya yang masih tajam kepadaku.

“Serius dehh!! Apa sebenernya yang salah dariku?” Batinku sambil tersenyum, berusaha ramah padanya.

“Ohh aku turun disini. Yoroshiku ne Ana-chan”. Kata Takamoto saat lift berhenti dilantai 11 dan dia berjalan keluar untuk menuju keruang kerjanya.

“Iya, yoroshiku Takamoto-san”. Kataku sambil tersenyum. Kemudian pintu lift tertutup lagi dan hanya tinggal aku berdua saja dengannya.

Suasana hening dan canggung memenuhi lift ini. Dia bersikap acuh tak acuh kepadaku. Aku mencoba berpikir kata-kata yang tepat untuk membuka pembicaraan agar suasana hening ini bisa berakhir.

“Saga-san juga ke lantai 18?” Tanyaku spontan sambil tersenyum untuk menutupi rasa maluku. Benar-benar pertanyaan yang gak berguna! Jelas-jelas lift ini memang menuju kesana. Aku jadi menyesal mengeluarkan kata-kata itu.

“Iya”. Jawabnya singkat.

“Jadi, Saga-san juga di bagian Marketing ya?” Tanyaku lagi.

Kali ini dia tidak menjawab dan hanya tersenyum. Tapi itu bukan senyuman yang ramah melainkan senyuman yang terlihat sedikit sombong dan meremehkanku.

“Waahh ini orang! Ada apa sihh? Apa dia salah makan sesuatu? Aku hanya mencoba bersikap ramah pada seorang yang mungkin akan menjadi rekanku!”

Aku hanya berusaha tetap tersenyum ramah menutupi rasa kesalku pada orang ini.

Lift berhenti dan terbuka di lantai 18. Saga dengan cepat keluar dan menuju ruangan bagian Marketing. Aku mengikuti di belakangnya.

“Disana ruangan Manager”. Katanya sambil menunjuk ke ruangan yang pintunya sedikit terbuka itu.

“Oh iya. Terimakasih, Saga-san”. Kataku dan aku langsung menuju ke sana.

Aku mengetuk pintu dan Maneger Marketing, Pak Hiragara, menyuruhku masuk. Dia menyambut kedatanganku dengan sangat ramah dan dia juga menjelaskan semua tugas yang harus aku kerjakan dengan sangat detail. Kemudian dia memanggil seseorang yang akan membantuku dan mengawasi pekerjaanku alias seorang partner. Ternyata orang itu adalah Saga. Aku tersenyum pahit melihatnya. Dan terlihat jelas diwajahnya mengatakan ‘ini membuang-buang waktuku saja’.

“Dia Saga Haruki. Dia adalah Wakil Manager disini”. Kata Pak Hiragara.

“Wooww hebat juga. Karena dia terlihat masih muda, aku pikir dia hanya seorang karyawan biasa tapi ternyata udah bisa jadi Wakil Manager” Pikirku saat mendengar Pak Hiragara memperkenalkannya. Saat itu juga aku berpikir kalau ini merupakan kesempatan yang bagus untuk bisa bekerja sebagai partner seorang Wakil Manager. Tapi ternyata pikiranku salah total.

            Sebulan telah berlalu sejak aku bekerja disini. Tapi aku merasa sudah bekerja selama puluhan tahun tanpa henti karena perlakuan yang aku dapatkan bukanlah sebagai seorang partner melainkan sebagai seorang pembantu yang selalu sangat sibuk dan berujung kena marah oleh Iblis Marketing Saga-sama. Julukan yang di dapatkan Saga karena dia adalah orang yang sangat disiplin dan keras dalam urusan pekerjaan, membuat patnernya menderita bahkan ada yang sampai mengalami trauma. Itulah yang yang aku dengar dari banyaknya gosip yang beredar tentangnya.

“Aku bener-bener capek!!”. Keluhku saat makan siang di kantin kantor.

“Bukannya kamu selalu bilang begitu Ana-chan”. Kata Chika-chan, dia adalah temanku di kantor dan dia juga bekerja dibagian Marketing tetapi nasibnya lebih bagus karena mendapatkan partner kerja yang sangat baik.

“Hahaha, iya juga ya”. Kataku sambil mengambil sesuap katsudon yang sangat terkenal seantero kantor.

“Cuma saat makan siang ini yang paling bisa membuatku bahagia!” Kataku lagi sambil tersenyum bahagia dan dengan lahap memakan katsudon itu.

“Ya, Ya… cepatlah dihabiskan dan semangat lagi ya!” Kata Chika yang menyemangatiku.

Aku mengangguk penuh kegembiraan.

Lalu, entah lagi kerasukan apa atau dia memang salah melangkahkan kaki, Saga tiba-tiba duduk di sampingku sambil membawa makan siangnya. Dia tidak mengatakan apa-apa dan menyantap makan siangnya itu. Aku hanya membelalakan mata saat melihatnya. Dibandingkan aku, Chika lebih terkejut lagi dan membuka mulutnya lebar-lebar. Jika saja aku tidak menyadarkannya, aku pikir dia akan terus seperti itu. kemudian Chika buru-buru membereskan nampan makanannya dan berpamitan untuk pergi dengan alasan masih ada kerjaan yang harus dia lakukan.

“Saga-san, apa ada kerjaan yang ingin kamu sampaikan padaku? Atau ada kerjaanku yang salah?” Kataku pada akhirnya.

“Hmm, tidak ada. Aku hanya ingin makan bersamamu”. Katanya dengan sikap yang santai.

Aku tidak terlalu terkejut mendengarnya mengatakan itu. Jika aku pikir lagi, hal seperti ini juga sering terjadi. Saga-sama ternyata manusia biasa, itulah julukan yang aku berikan padanya. Suatu hari dan pertama kalinya, dia menunjukkan perhatiannya padaku. Saat itu, kami sedang bekerja dilapangan. Aku merasa sangat kelelahan sehingga jalanku menjadi lebih lambat kemudian dia menyadarinya. Tetapi bukannya ngomel atau marah, dia memperlambat langkahnya juga agar aku bisa sedikit bersantai dan dia juga membelikkanku minum. Sejak saat itu, aku mulai berpikir bahwa semua gosip tentang dirinya memang hanya sebuah gosip saja. Dia juga sering menunjukkan perhatiannya padaku dan terkadang membuatku melihat sisi lain dari seorang Saga Haruki. Bahkan dia selalu menyuruhku untuk pergi makan siang duluan dan dia akan memeriksa pekerjaanku terlebih dahulu sehingga terkadang dia melewatkan waktu makan siang dan hanya makan roti saja. Aku pikir, Saga adalah orang yang baik walaupun memang sangat displin dan keras. Apalagi kalau aku membuat kesalahan, dia bisa ngomel tanpa henti.

“Ohh, baiklah”. Kataku. Jarang-jarang kami bisa makan bersama seperti ini.

Aku dan dia hanya terus diam dan tidak membicarakan apa-apa sampai makan siang kami hampir habis.

”Situasi ini aneh banget! Aku harus mengatakan sesuatu”. Dengan cepat aku menggunakan otakku untuk berpikir.

"Habis ini kita akan bertemu klien kan?” Tanyaku membuka pembicaraan lagi.

“Iya”. Katanya singkat.

“Tolonglah jawab pake basa-basi gitu. Kalo Cuma jawab gitu, jadi krik-krik lagi nihh”.

“Okay! Kita harus semangat!!!” Kataku bersikap bodoh dalam kecanggungan ini hingga membuat Saga membuka matanya lebar-lebar. Lalu untuk menahan rasa maluku, aku hanya tertawa dan dibalas oleh anggukkan bingung Saga.

            Setelah selesai bertemu dengan klien, kami berdua berjalan kembali menuju ke kantor. Dalam perjalanan, aku mengalami kejadian sial. Aku yang saat itu berjalan beberapa langkah dibelakang Saga, sedang membersihkan kacamataku dengan sebuah kain, tiba-tiba aku ditabrak seseorang yang sedang terburu-buru berlari dan membuat kacamataku terlempar ke jalan beraspal. Disaat yang bersamaan, sebuah mobil melaju dan meremukkan kacamataku dengan bannya. Aku menjadi panik dan terdiam mematung ditempat sambil melihat kacamataku yang pecah dan remuk. Pandanganku tanpa kacamata menjadi sangat kabur. Aku melihat kesekelingku untuk mencari Saga, tetapi aku tidak tahu dimana dia. Aku berusaha berjalan perlahan dan berharap berhasil menemukan Saga. Lalu aku melihat seseorang menghampiriku.

“Ana-san!” Katanya dengan suara yang agak khawatir.

“Saga-san??” Tanyaku dengan ragu.

Dia berdiri beberapa meter di depanku. Aku mencoba mendekatinya hingga hanya berjarak kurang lebih 30cm didepannya. Dan sekarang aku yakin bahwa dia adalah Saga. Aku juga sadar bahwa ini pertama kalinya aku bertatapan denganya dalam jarak yang sangat dekat. Aku melihat wajahnya yang ternyata sangat tampan dengan hidung mancung dan mata besar yang jarang dimiliki oleh orang Jepang ditambah badannya yang tinggi jakung itu, dia laki-laki yang sempurna. Membuatku berpikir apakah dia blasteran?

“Maaf, Saga-san. Aku menjatuhkan kacamataku dan terlindas mobil. Aku jadi susah melihat”. Kataku dan mundur beberapa langkah.

“Kamu jadi susah melihat?”

“Iya, pandanganku jadi kabur”.

“Kamu punya kacamata cadangan?”

Aku menggelengkan kepalaku. Lalu aku teringat bahwa aku memesan kacamata baru disebuah toko dekat stasiun. Kami pun memutuskan untuk mampir kesana sebelum kembali ke kantor. Tapi baru beberapa langkah berjalan dalam keramaian sore itu, aku merasa sangat kesulitan untuk mengikuti langkah Saga yang berada didepan. Saat aku pikir hampir terpisah darinya, sebuah tangan menggenggam tanganku.

“Untuk sementara waktu kita akan seperti ini, agar kamu tidak kesulitan”. Kata Saga sambil menunjukkan tanganku yang digenggam olehnya.

Aku hanya mengangguk setuju dan aku ditarik oleh Saga. Aku mengikuti langkahnya dalam diam tetapi bisa aku rasakan detak jantungku yang sedang ribut. Aku mecoba meliriknya kemudian disaat yang bersamaan mata kami saling bertemu dan didetik berikutnya, kami berdua spontan memalingkan pandangan kesisi yang berlawanan. Aku benar-benar menjadi salah tingkah dan untuk kedua kalinya aku melirik kearahnya. Aku terkejut melihat wajahnya yang menjadi merah padam. Aku menundukkan kepalaku hingga kami sampai didepan toko. Aku masuk kedalam dan dia menunggu di luar. Beberapa menit menunggu kemudian, aku keluar dengan menggunkan kacamata baru. Aku mencari kesekeliling dan melihat Saga sedang berdiri di bawah pohon bunga sakura dengan satu tangannya tersembunyi didalam kantong celana . Dia sedang menatap bunga sakura yang sedang mekar diatasnya.

“Saga-san, maaf membuatmu menunggu”. Kataku saat menghampirinya.

Dia tidak mengatakan apapun hanya mengangguk dan hanya terus memandangiku saat aku semakin mendekat.

“Aku sudah bisa melihat dengan jelas, Saga-san”. Kataku sambil memegang kedua sisi kacamata baruku itu dan tersenyum lebar menunjukkan gigiku seperti anak kecil yang senang mendapatkan sesuatu.

“Iya. Syukurlah kalau begitu. Cocok sekali. Hontoni kawai ne!” Katanya sambil tersenyum senang. Aku langsung tersentak melihatnya. Pemandangan kelopak bunga sakura yang tertiup angin dihiasi dengan wajah tersenyum Saga yang baru pertama kali ditunjukkannya, benar-benar membuat jantungku berdebar dengan sangat kencang hingga membuat tubuhku terdiam sesaat.

“Iya!” Kataku sambil tersenyum juga.

Kami bertatapan untuk beberapa detik dan akhirnya kami menyadari sikap kami yang tidak biasa ini. Aku dan dia saling menunjukkan wajah yang memerah dan kami memalingkan padangan kami berdua. Kami terdiam beberapa saat hingga Saga membalikkan badannya dengan salah tingkah.

“Ayo kita pergi”. Katanya sambil memulai langkahnya.

“Hhmm”. Kataku dengan singkat karena masih merasa sangat gugup.

“Apa sebenarnya perasaan ini? Apa aku sudah jatuh cinta padanya?” pikirku saat mengikuti langkahnya dan sambil terus memandanginya dari belakang.

Sore hari ditengah musim semi yang cerah, dibawah pohon bunga sakura itu, aku jatuh cinta padanya. Seorang laki-laki yang biasanya terlihat sinis tapi sebenarnya memiliki warna yang sangat indah. Saga Haruki, seperti namanya yang memiliki arti Udara Musim Semi, dia membawa udara musim semi yang menyegarkan padaku.

 

Bagikan Artikel Ini
img-content
Febrianti Dwi Amaliyah

Penulis Indonesiana

0 Pengikut

img-content

Musim Semi Pertama di Jepang

Senin, 15 November 2021 08:44 WIB
img-content

Kakak Perempuan

Senin, 15 November 2021 06:52 WIB

Baca Juga











Artikel Terpopuler











Terkini di Fiksi

img-content
img-content
img-content
img-content
Lihat semua

Terpopuler di Fiksi

img-content
img-content
Lihat semua