Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Ketua Dewas DPLK SAM - Asesor LSP Dana Pensiun - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Doktor Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 54 buku. Salam literasi

Salah Bantal dan IQ Orang Indonesia

Senin, 11 April 2022 20:41 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content
Universitas di dunia
Iklan

Ternyata jumlah universitas terbanyak ke-3 di dunia, sementara tingkat IQ orang Indonesia terglong masih minim. Apa konsekuensinya?

Mungkin belum banyak orang tahu. Bahwa Indonesia itu negara dengan jumlah universitas terbanyak ke-3 di dunia. Ada 2.595 universitas, hanya di bawah dari India dan USA. Tapi di atas dari Cina, Brazil atau Jepang sekalipun. Memang sih jumlah universitas secara kuantitatif tidak berbanding lurus dengan kualitas. Contoh sederhana, mungkin ini subjektif ya. Tidak sedikit, justru di negeri ini orang kuliah karena ingin sukses dan kaya. Bukan agar ilmunya bermanfaat untuk orang lain.

 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Bahkan di beberapa grup WA, alumni universitas malah lebih sering ngomongin orang lain alias gibah. Atau berdiskusi tentang kehidupan setelah mati, yang jelas-jelas bukan areanya. Apalagi menyalah-nyalahkan cara beragama orang lain. Kalau sudah begini, kadang kangen berada di grup alumni yang kerjanya ngobrolin ilmu-ilmu saat dipelajari Bersama-sama dulu. Sehingga bisa bikin sesuatu yang lebih maslahat dan punya inovasi setelah lulus untuk menebar manfaat kepada sesama.

 

Ada hubungannya dengan IQ tidak ya?

Menurut laporan World Population Review terbaru (2022), rata-rata IQ orang Indonesia 78,4. Angka ini di bawah rata-rata IQ dunia, yakni 82. Sementara di Laos 89, Singapura 108, dan Korea Selatan 106. Maaf ya bukannya pesimis. Mungkin dengan rata-rata IQ seperti itu memang agak susah mengharapkan aksi-aksi nyata yang bermanfaat besar untuk bangsa ini. Kesannya, jadi sebatas jago ngomong tapi kosong dalam tindakan.

 

Apa implikasinya, ya begini deh. Trading online yang tidak jelas saja dikagumi walau akhirnya dipenjara. Makin berpendidikan, kok hoaks dan ujaran kebencian malah makin marak. Ngasih makan tidak, nyekolahin tidak tapi kalau sudah ngomongin orang kayak yang ngelahirin saja. Maka jangan heran kalau ustas, motivator, dan penebar dusta jadi laku keras.

 

Banyang orang lupa. Untuk terhindar dari masalah atau menghindari hal-hal jelek pun membutuhkan kecerdasan.  Apalagi untuk memahami temuan-temuan ilmiah dan kebaikan yang dikerjakan. Pasti juga butuh modal intelektual minimal. Kecerdasan itu paripurna, harus melibatkan logika dan hati. Maka pantas, banyak orang kesulitan menerima pikiran-pikiran ilmiah. Apalagi pemilik IQ di bawah rata-rata. Gitu kali ya.

 

Akibatnya jadi fatal. Hari ini banyak orang gemar menyalahkan orang lain daripada menyalahkan diri sendiri. Buktinya di sini, leher pegel bilangnya “salah bantal”. Memang susah menyelahkan diri sendiri. Bantal saja sampai-sampai disalahin. Salam literasi #PegiatLiterasi #TamanBacaan #TBMLenteraPustaka

Bagikan Artikel Ini

Baca Juga











Artikel Terpopuler