x

Demokrasi mati

Iklan

Bambang Udoyono

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 3 Maret 2022

Sabtu, 29 Oktober 2022 06:45 WIB

Tantangan Buat Demokrasi di Indonesia

Demokrasi bisa tumbuh subur apabila syarat syaratnya dipenuhi. Apa saja syaratnya?

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Tantangan Buat Demokrasi di Indonesia

Bambang Udoyono, penulis buku

 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Segala sesuatu ada pasti dengan alasan tertentu. Pasti ada penyebab adanya. Tanpa alasan yang mendasari, maka segala sesuatu tidak akan ada.

Demokrasi bukan perkecualian.  Demokrasi hadir karena ada alasannya. Nah kalau alasan adanya (raison d’etre) tidak ada, maka demokrasi bisa lenyap.

 

Berikut ini pandangan tiga orang pemikir terkemuka tentang tantangan terhadap demokrasi. Louis D. Brandes mengaitkan demokrasi dengan pemerataan kekayaan. Margaret Atwood meyakini keberadaan demokrasi berhubungan  dengan literasi. Sedangkan tokoh India Ambedkar melihat kaitan demokrasi politik dengan demokrasi sosial.

 

“We can have democracy in this country, or we can have great wealth concentrated in the hands of a few, but we can't have both” Louis D. Brandeis.
Kita dapat memiliki demokrasi di negara ini, atau kita dapat memiliki kekayaan besar yang terkonsentrasi di tangan segelintir orang, tetapi kita tidak dapat memiliki keduanya”

Jadi menurut Brandeis demokrasi baru bisa berjalan baik apabila kekayaan negara itu menyebar merata di semua segmen masyarakat. Kalau kekayaan hanya terkonsentrasi di satu segmen saja, demokrasi akan mati atau paling tidak pingsan.

Sekarang mari kita cermati pendapat seorang tokoh literasi.

“Reading and writing, like everything else, improve with practice. And, of course, if there are no young readers and writers, there will shortly be no older ones. Literacy will be dead, and democracy - which many believe goes hand in hand with it - will be dead as well” Margaret Atwood

“Membaca dan menulis, seperti yang lainnya, meningkat dengan latihan. Dan, tentu saja, jika tidak ada pembaca dan penulis muda, tidak lama lagi tidak akan ada yang lebih tua. Literasi akan mati, dan demokrasi - yang diyakini banyak orang berjalan seiring dengan itu - juga akan mati”

 

Terakhir mari kita cermati pendapat seorang tokoh dari India.

“Political democracy cannot last unless there lies at the base of it social democracy. What does social democracy mean? It means a way of life which recognizes liberty, equality and fraternity as the principles of life” B. R. Ambedkar

Demokrasi politik tidak dapat bertahan jika tidak ada dasar dari demokrasi sosial. Apa yang dimaksud dengan demokrasi sosial? Ini berarti cara hidup yang mengakui kebebasan, kesetaraan, dan persaudaraan sebagai prinsip-prinsip kehidupan.

 

Nah, sekarang pertanyaannya kita kaitkan dengan Indonesia di tahun 2022 dan 2023.  Apakah di Indonesia kekayaan sudah tersebar merata di semua segmen masyarakat?  Apakah demokrasi sosial sudah berjalan baik?  Dan apa kabar literasi Indonesia?

 

Pasti masyarakat akan bersilang pendapat dengan jawaban ketiga pertanyaan tersebut. Monggo saja kalau Anda memiliki pendapat yang berbeda. Tapi jangan hanya ngeles.  Poin utamanya, bagaimana kita merawat demokrasi agar membawa manfaat buat masyarakat luas. Jadi daripada berdebat kusir tanpa ujung lebih baik kita bekerja nyata.

 

Sebagian dari kita mestinya sibuk membangun kemampuan literasi bangsa Indonesia. Monggo Anda yang memiliki kompetensi di bidang ini berkiprah membangun.

Sebagian lain bangsa kita mestinya sibuk membangun demokrasi sosial. Maksudnya membangun kesetaraan, persaudaraan dan kebebasan. Jadi jangan dibungkam pendapat yang berbeda.  Jangan ada segolongan warga masyarakat yang jadi anak emas dan lainnya jadi anak tiri. Prinsip kesetaraan tidak boleh ada anak emas dan anak tiri.  Bagaimana Anda membangun persaudaraan kalau setiap hari rajin bertengkar?

 

Ikuti tulisan menarik Bambang Udoyono lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler