Oikos, Nostos, dan Rindu Ruang Pulang
4 jam lalu
Kerinduan pulang para pahlawan Yunani Achilles, Herakles, dan Odysseus menyiratkan makna oikos dan nostos: kehormatan,penebusan, serta perjalan
***
Saat sekarat di tengah pertempuran, Achilles membayangkan kampung halaman yang tenang damai hijau royo-royo. Kerinduan pahlawan perang Troya pada Phthia, tanah air kelahirannya berakhir tragis. Ia memilih mati muda dalam kemahsyuran ketimbang pulang kampung dan hidup panjang.
Tak kalah menarik sosok Herakles (Romawi: Herkules). Kehancuran rumah tangganya membangkitkan diri untuk mengembalikan kehormatan. Caranya: menuntaskan 12 tugas heroik dari sang ayah Zeus dan mudik dengan kepala tegak di hadapan masyarakat Thebes.
Sisi berbeda dari kerinduan kampung halaman ditunjukkan sosok Odysseus maharaja Ithaka. Tokoh utama cerita Odyssey ini tak terpisahkan hatinya pada rumah, masyarakat, dan pulaunya. Ia menekuni 10 tahun perjalanan pulangnya dari medan laga Troya ke labuhan terakhir, Ithaka.
Tokoh-tokoh mitologi Yunani ini menegaskan bahwa "pulang kampung" punya makna berkelindan dan sarat romantisme. Multimakna tanah kelahiran diselubungi kecintaan radikal, kewajiban moral, dan ikatan batin. Ketiganya kental mewarnai identitas khas panggilan hidup, obsesi, dan budaya dalam kisah Yunani. Di antara unsur-unsur itu, terangkai penggalan-penggalan romantisme cinta-benci-rindu-dendam.
Oikos, Akar Segala Alasan Pulang
Bagi para pahlawan seperti Achilles, Herakles, dan Odysseus, mata batin terdalam mereka hanya terfokus pada oikos (rumah tangga), pusat semua alasan pulang kampung. Beberapa dari mereka meyakini kuat bahwa rumah tangga adalah reputasi segala-galanya.
Achilles dari Phtia. Ia memandang oikos sebagai kehormatan orangtuanya, Peleus dan Thetis. Kehormatan merupakan motif dasarnya terjun di belantara pertempuran. Achilles tahu akan mati muda di medan perang namun dia tetap maju demi panggilan kehormatan, kejayaan, dan reputasi. Kisah Achilles menyiratkan manusia bisa saja mengalahkan kerinduan pulang dengan cara mati di medan perang demi kehormatan dan reputasi oikos-nya.
Berbeda dengan Achilles, oikos Herakles ambyar berantakan. Bermula dari petaka delirium (gangguan mental) akibat kutukan Hera yang membuat Herakles gila brutal. Dalam pengaruh kutukan kegilaan, ia membunuh Megara sang istri bersama anak-anak tercinta. Seketika, oiko-nya lenyap. Sebagai silih atas kesalahan, Herakles memanggul 12 tugas untuk mengembalikan kehormatan dan statusnya di mata masyarakat Thebes.
Oikos dalam kasus Herakles, menjadi porak poranda karena kutukan Hera, pembenci sepanjang masa. Namun, bukan Herakles kalau hanya termangu tanpa asa. Dia mengambil keputusan untuk bangkit, memperbaiki diri, dan bergumul menebus kesalahan dengan pengembaraan panjang menuntaskan 12 tugas Zeus demi pulang ke Thebes, dan mengembalikan kehormatan oikos-nya.
Nostos, Perjalanan Pulang Penuh Ujian
Selain oikos, serial epos Yunani khususnya usai Perang Troya, bertulang punggung pada nostos (pulang, perjalanan menuju oikos). Homer dalam The Odyssey dengan indah menyiratkan nostos yang multimakna: perjumpaan intim rumah tangga anak-istri, upaya mempertahankan kehormatan, dan perjuangan menyelamatkan keluarga atau komunitas dari ancaman perusakan.
Nostos Odysseus didorong oleh "rindu ruang pulang". Rindu pada Penelope meski istrinya itu digoda seratusan pelamar . Rindu pada putranya, Telemachus yang tumbuh besar tanpa sosok bapak. Rindu terhadap kampung Itakha meski ditawari keabadian dan cinta oleh Calypso dan Circe.
Dimensi lain dari nostos Odysseus adalah pemurnian hakiki panggilan hidup. Dengan peluh darah rentang 10 tahun perjalanan mengarungi samudera, melawan monster licik Cyclops, sera tersesat di setiap pertigaan tawaran tahta-kuasa-wanita, Odyesseus menunjukkan kekuatan "rindu pulang" dan menuntaskan ujian-ujian pemurnian diri tersebut. Pengalaman yang berlapis terlebih penuh tantangan telah memurnikan tujuan hidupnya, memperkuat resiliensi, serta memperdalam pemahamannya tentang diri dan dunia. Odysseus naik kelas dengan summa cum laude.
Masihkah Ruang Rindu Pulang Itu?
Sejatinya, setiap orang punya oikos dan nostos. Tapi seperti Achilles, tak semua orang memilih keduanya. Achilles menggambarkan sebagian orang yang demi kehormatan publik memilih mengorbankan kebahagiaan pribadi dan rumah tangga. Dalam hal ini, masihkah ada ruang rindu pulang itu?
Beda pilihan Achilles yang tragis, Herakles dan Odyssius mewakili orang-orang yang mendambakan oikos dan mewujudkan nostos. Mereka mendatangi keluarga sebagai ruang rindu pulang. Dari mulai sekadar minum kopi di beranda rumah kawan lama hingga melebur kangen bersama pasangan dan anak serta keluarga besar pada momen-momen hari raya. Bagai siraman jeda dari kesibukan mengejar karier dan ketenaran.
Khususnya para perantau yang hampir asing dengan kampung halaman seperti Odyssius, kampung halaman bagai peluang mengurangi lupa, menjahit relasi tetangga lama, dan kerap kali menghadirkan pertanyaan lanjutan: apakah oikos yang berubah atau jati diri yang telah tersesat?
Penulis: M. Eko Yulianto Napitupulu
Berkelana menyerap ilmu filsafat di STF Driyarkara dan magister komunikasi di Universitas Mercu buana. Kini "kembali pulang" dalam ruang komunitas akademia di suatu sekolah bisnis di Jakarta Selatan dan BSD Tangerang
Penulis Indonesiana
0 Pengikut

Oikos, Nostos, dan Rindu Ruang Pulang
4 jam lalu
Menjaga Persatuan dan Kesatuan Umat Lewat Perayaan Maulid Nabi
Senin, 8 September 2025 09:57 WIBBaca Juga
Artikel Terpopuler