x

AZZAM DAN KEDUA ADIKNYA

Iklan

Siti Mawadati

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 6 September 2022

Senin, 8 Mei 2023 18:45 WIB

Azzam, Penghafal Quran yang Selalu Semangat dalam Setiap Keadaan

Artikel ini berisi kisah inspiratif dari seorang anak yang bertekad menjadi penghafal Quran meski sedang sakit radang otak

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Mari sejenak menyimak sepenuh hati, kisah berikut ini, agar keluh dan kesah berganti syukur

 yang membuncah

Jika akhirnya engkau mendapatkan hikmah, itulah sejatinya hidayah.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Dan adakah yang bisa menandingi nikmat itu?

Muhammad Khairul Azzam Athallah, remaja yang biasa dipanggil dengan Azzam ini adalah seorang  pelajar dan penghafal Al Quran. Dia putra pertama dari Almarhum Muhammad Ali David dan Rofiatus Nur Insiyah. Azzam adalah anak yang sejak kecil telah terdiagnosa menderita meningitis ensefalitis atau lebih dikenal dengan radang otak.  Karena penyakit ini Azzam sering mengalami kejang, penglihatan kabur dan halusinasi jika sedang kambuh.

Ibunda Azzam, Rofiatus mengisahkan awal mula Azzam diketahui menderita penyakit ini yaitu ketika putranya tersebut berusia 5 th 6 bulan. Dalam kondisi awal yang sehat dan tanpa keluhan,  tiba-tiba dini hari dia langsung kejang. Orangtuanya segera membawanya ke rumah sakit terdekat. Selama 3 jam Azzam mengalami kejang, kemudian terjadi pendaharan hebat dari mulut dan hidungnya. Sebanyak 1,5 liter darah keluar pada saat itu.

 Azzampun mengalami koma selama 8 hari.  Dokter yang menangani,  memvonis Azzam kecil  tidak memiliki harapan lagi untuk hidup. Tindakan terakhir yang diupayakan dokter pada saat itu sangat berisiko dan juga membutuhkan biaya yang sangat besar. Padahal kondisi keuangan orangtua Azzam sudah sangat menipis.

Rofiatus menceritakan, saat itu harta benda terakhir yang mereka miliki adalah sebuah sepeda motor. Dengan niatan mendapatkan rida dan pertolongan dari Allah, ayahanda Azzam menyedekahkan motor tersebut ke sebuah lembaga amil zakat. Dengan izin Allah, dalam waktu yang cepat Azzam mulai menunjukkan perkembangan positif. Tubuhnya kembali bergerak. 

Kini, Azzam sudah berusia 15 tahun, dan selama 10 tahun terakhir dia masih rutin mengonsumsi obat untuk mencegah atau mengurangi dampak  penyakitnya jika kambuh. “Alhamdulillah, meski kadang kambuh kami sudah bisa memberikan pertolongan tanpa harus ke rumah sakit”, ujar Rofiatus.

Beberapa bulan lalu, Azzam menyampaikan keinginannya untuk lepas dari obat kepada ibunda. Tetapi hasil pemeriksaan dokter menunjukkan bahwa masih ada penyumbatan di bagian otak kirinya. Berdasarkan hal tersebut, dokter belum mengizinkan Azzam untuk berhenti mengonsumsi obat. Ikhtiar pengobatan masih terus diupayakan oleh keluarga hingga saat ini. Dengan harapan, Allah memberikan kesembuhan total kepadanya.

Dalam kondisi kesehatan yang terbatas, ternyata pelajar  kelas 3 MTS Ma'arif Puter Lamongan ini telah menunjukkan prestasi yang membanggakan. Dia telah mampu menghafal 3 juz Al Quran.

Memang nama adalah doa, Azzam yang bermakna kebulatan tekad atau niat yang sangat kuat ternyata memang menjelma dalam dirinya. Keinganan untuk menjadi hafidz / penghafal Quran tak bisa terbendung meski oleh rasa sakitnya. Kakak dari Muhammad Nadhif Ilmi Abqori dan Muhammad Aulal Afiq Al Hakim ini bercita-cita menjadi dokter yang hafal Quran. Dia ingin membantu orang yang sakit dan juga menghadiahkan mahkota untuk kedua orangtuanya di surga kelak.

Untuk mewujudkan cita-cita tersebut, Azzam mengisi waktu luangnya dengan kegiatan positif yaitu mengaji dan menghafal Quran. Kerinduan kepada ayahnya yang telah tiada  sering kali muncul. Perasaan  itu dia gunakan sebagai penyemangat untuk mewujudkan semua harapannya. Dia tidak ingin mengecewakan orang tuanya. Sebagai anak sulung, Azzampun ingin memberikan teladan kepada kedua adiknya.

Memori tentang ayahnya yang penyayang dan hebat adalah sebuah hal berharga bagi Azzam, kedua saudara dan tentunya ibunya. Muhammad Ali David sang ayah semasa hidupnya dulu adalah seorang trainer motivator yang mengisi banyak seminar untuk guru dan mahasiswa, mengisi pelatihan Al Quran, ketua yayasan Tahfidz Preneur, penulis buku, founder Rumah Syaamil Quran,  Ketua GGLC (Golden Generation Leadership Center) dan juga penggagas program sedekah Quran.

Rofiatus menyampaikan bahwa Azzam dengan kondisi istemewanya adalah salah satu hal yang membuat dirinya selalu bisa bangkit. Baginya tidak mudah membesarkan dan mendidik ketiga putranya tanpa kehadiran suami tercinta. Apalagi dia dulu beraktivitas sebagai ibu rumah tangga sepenuhnya. Baginya dukungan dari keluarga sangat berarti selama ini. Hal itu adalah salah satu bentuk pertolongan Allah untuk diri dan keluarganya.

Apalagi ketika Azzam sangat ingin melanjutkan pendidikannya di pesantren. Kekhawatiran akan kondisi kesehatan  Azzam adalah hal yang paling menganggu pikirannya. Tapi melihat kesungguhan anaknya, bertawakkal kepada Allah adalah pilihan terbaik untuk diri dan keluarganya. Al Quran adalah obat, Itu yang menjadi keyakinannya.

Kini, ditengah aktivitasnya yang padat sebagai orangtua tunggal, Rofiatus masih bisa melanjutkan kegiatan dakwah dan sosial almarhum suaminya yaitu program “Sedekah Quran”. Program ini memiliki tujuan untuk bisa menyalurkan mushaf Al Quran dari para  donatur ke daerah-daerah perdesaan di Indonesia yang membutuhkan. Sebuah kegiatan mulia yang hanya bisa dilaksanakan oleh orang yang ikhlas berjuang di jalan-Nya. Dia berharap apa yang dilakukannya ini menjadi amal jariyah untuk suami dan dirinya. 

Apa yang telah terjadi pada hidupnya, adalah kehendak Allah yang ia terima dengan lapang hati.  Ia yakin Allah tidak akan menyia-nyiakan hambanya yang bersabar. 

 Mengurai kisah keluarga ini, ternyata menghadirkan banyak hikmah dan pelajaran.

Dari Azzam kita akan malu jika nikmat sehat kita tersia begitu saja, karena dia yang sakit bertahan berjuang dengan hafalan qurannya. 

Dari ayahanda Azzam kita bisa belajar bahwa kebersamaan yang singkat bukanlah penghalang teraihnya cinta yang kuat dari anak, istri, keluarga,sahabat dan masyarakat.

Dari ibunda Azzam para shalihat bisa belajar, bagaimana memaknai sabar dan tawakal, tulus mencinta dengan berbagi taat untuk bisa sehidup dan sesurga.

Dari mereka semua cita-cinta tak henti di dunia, berpijar untuk meraih janji-Nya

“(yaitu) surga ‘Adn yang mereka masuk ke dalamnya bersama orang-orang saleh dari bapak-bapaknya, istri-istrinya dan anak cucunya.” (QS. Ar-Ra‘du: 23)

“Dan orang-orang yang beriman, dan yang anak cucu mereka mengikuti mereka dalam

 keimanan, Kami hubungkan anak cucu mereka dengan mereka, dan Kami tiada mengurangi

sedikitpun pahala amal mereka. Tiap-tiap manusia terikat dengan apa yang dikerjakannya.”

 (QS. Ath Thuur: 21)

 

 

 

 

 

 

 

 

Ikuti tulisan menarik Siti Mawadati lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler