Dian Rana adalah kreator konten dan pegiat literasi digital asal Kalimantan Timur yang dikenal lewat dokumentasinya tentang perubahan pembangunan di kawasan Ibu Kota Nusantara (IKN) sejak masih berupa hamparan hutan. Sebagai kreator independen, ia berfokus pada penyajian data visual, edukasi publik, serta literasi digital yang berkaitan dengan pembangunan, lingkungan, dan dinamika sosial di era transformasi digital. Dian meyakini bahwa informasi yang terbuka dan berbasis fakta merupakan kunci untuk memperkuat partisipasi masyarakat menuju pembangunan Indonesia yang transparan dan berkelanjutan.

Dian Rana: dari Layar Metro TV ke Studio Elshinta,

2 jam lalu
Bagikan Artikel Ini
img-content
Iklan

Dian Rana di Metro TV & Elshinta: kreator konten & pegiat literasi digital yang “merekam fakta bukan citra” dari Kalimantan untuk Nusantara

Nusantara — Setelah tampil di layar Metro TV dalam program Prioritas Indonesia pada April 2025, nama Dian Rana kembali hadir di ruang publik nasional. Kali ini, bukan sebagai warga yang melaporkan situasi Ibu Kota Nusantara (IKN), melainkan sebagai narasumber utama dalam program VIGENK (Visi Generasi Kini) di Radio Elshinta, yang tayang pada Jumat (26/9/2025) dengan tema Digital Advocacy: Cara Anak Muda Menyuarakan Ide Lewat Media Sosial.

Kehadiran Dian dalam dua media arus utama menandai perubahan besar dalam perannya — dari dokumentator lokal menjadi pegiat literasi digital yang membawa pesan dari Kalimantan untuk Indonesia.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

“Merekam fakta, bukan citra — dari Kalimantan untuk Nusantara.”
Kalimat sederhana di bio Instagram-nya kini menjadi cermin dari konsistensi perjalanannya: menjaga objektivitas, merekam kenyataan di lapangan, dan menyuarakan aspirasi warga sekitar IKN melalui media digital.

Dian Rana

Dari Lapangan ke Layar Nasional

Dalam wawancara di Metro TV pada April 2025, Dian tampil sebagai saksi mata perkembangan IKN saat libur Lebaran. Ia menggambarkan bagaimana ribuan pengunjung datang ke kawasan inti Nusantara hingga parkiran penuh sesak.

“Hari kedua dan keempat Lebaran itu penuh banget. Parkiran di rest area sampai tidak muat, jadi pengunjung diperbolehkan masuk menggunakan mobil pribadi,” ujarnya kepada Metro TV saat itu.

Data Otorita IKN mencatat 8.000 pengunjung selama masa libur, dan Dian memandang hal itu sebagai bukti meningkatnya rasa ingin tahu publik terhadap proyek nasional tersebut. “Dulu kawasan ini cuma hutan, sekarang jadi tempat tujuan utama warga Kalimantan,” tambahnya.

Tayangan itu tak hanya memperkenalkan wajah Dian kepada pemirsa nasional, tetapi juga menegaskan peran warga lokal sebagai sumber informasi alternatif — yang berbicara apa adanya tentang dinamika pembangunan di sekitarnya.

Komentar netizen pun membanjiri kanal YouTube Metro TV:

“Akhirnya bro gue masuk TV! Gue pengikut setia Dian Rana di YouTube.”

“Salah satu pahlawan IKN masuk TV, sehat selalu Mas Dian.”

 

Dari Dokumentator ke Pegiat Literasi Digital

Enam bulan berselang, peran Dian semakin berkembang. Ia kini sering tampil di berbagai forum literasi digital dan menjadi narasumber dalam diskusi publik. Salah satu momentum penting terjadi saat tampil di program VIGENK Elshinta, di mana ia menceritakan perjalanan kariernya dari karyawan back office menjadi konten kreator independen yang menyuarakan fakta-fakta lapangan seputar pembangunan IKN.

“Awalnya saya bikin konten pakai alat seadanya di waktu luang. Banyak yang penasaran tentang IKN karena saya tinggal tidak jauh dari sana. Akhirnya saya coba angkat topik itu secara konsisten,” tuturnya kepada Ariek Kristo, anchor Elshinta.

Dalam wawancara berdurasi hampir satu jam itu, Dian menegaskan pentingnya advokasi digital — bagaimana media sosial bisa menjadi alat menyebarkan informasi yang benar dan mendidik publik.

“Yang penting bukan seberapa banyak yang nonton, tapi apakah konten kita berdampak. Satu video bisa menginspirasi satu orang, dan orang itu bisa menyebarkan pesan lebih luas lagi,” ujarnya.

Ia juga menyoroti pentingnya verifikasi informasi di era banjir konten. 

“Kadang niatnya baik, tapi kalau sumbernya salah malah menyesatkan. Saya selalu cek berita nasional sebagai pembanding sebelum menyampaikan opini,” tambahnya.

Dari Kalimantan untuk Nusantara

Kini, dengan lebih dari 32 ribu pengikut di media sosial dan ribuan dokumentasi visual yang merekam perubahan IKN dari masa ke masa, Dian Rana bukan hanya dikenal sebagai YouTuber IKN, tetapi sebagai wajah dari gerakan warga digital yang independen dan edukatif.

Ia mengajak generasi muda untuk memulai dari hal kecil — tidak menunggu peralatan canggih atau dukungan besar untuk berkarya.

“Gunakan yang ada dulu. Jangan langsung keluar kerja hanya karena ingin jadi kreator. Fokus dulu pada dampak dan konsistensi,” pesannya dalam VIGENK.

Refleksi Dua Momen

Dari layar Metro TV hingga mikrofon Elshinta, perjalanan Dian menunjukkan transformasi seorang warga biasa menjadi komunikator publik yang dipercaya. Konsistensinya merekam realitas tanpa polesan menjadikannya sumber informasi yang autentik dari jantung Kalimantan Timur.

“Saya tidak mau terjebak jadi pencitraan. Bagi saya, kamera itu alat untuk merekam kenyataan, bukan memperindahnya,” katanya.

Kini, semboyannya “merekam fakta, bukan citra” bukan sekadar slogan pribadi, tetapi sudah menjadi semacam manifesto kecil — tentang bagaimana narasi pembangunan Nusantara bisa tumbuh jujur, dari warga untuk bangsa.

 

Referensi :

1. Wawancara Metro TV dengan Dian Rana : IKN Jadi Destinasi Wisata Saat Libur Lebaran - [Prioritas Indonesia]
2. Wawancara Elshinta dengan Dian Rana : VIGENK: Kisah inspiratif Dian Rana, pegiat literasi digital berawal karyawan back office

Bagikan Artikel Ini
img-content
Dian Rana

Dian Rana adalah kreator konten dan pegiat literasi digital asal Kalimantan Timur

0 Pengikut

Baca Juga











Artikel Terpopuler