Penerapan Model Problem Based Learning untuk Tingkatkan Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Produk Kreatif dan Kewirausahaan di SMK N 1 Kawunganten 2021/2022
Kamis, 8 Juni 2023 15:23 WIB
Pembelajaran Produk Kreatif dan kewirausahaan di SMK N 1 kawungnten khususnya di kelas XI TKRO C sampai saat ini belum menampakkan suasana yang menyenangkan. Motivasi dan hasil belajar siswa tampak masih rendah. Rendahnya motivasi dan hasil belajar siswa dapat diketahui setelah dilakukan pengamatan selama proses pembelajaran berlangsung, masih banyak siswa yang merasa kesulitan terhadap pembelajaran Produk Kreatif dan kewirausahaan sehingga hasil belajarpun masih rendah.
Oleh: ARIF NULARIFIN S.Pd.
ABSTRAK
Pembelajaran Produk Kreatif dan kewirausahaan di SMK N 1 kawungnten khususnya di kelas XI TKRO C sampai saat ini belum menampakkan suasana yang menyenangkan. Motivasi dan hasil belajar siswa tampak masih rendah. Rendahnya motivasi dan hasil belajar siswa dapat diketahui setelah dilakukan pengamatan selama proses pembelajaran berlangsung, masih banyak siswa yang merasa kesulitan terhadap pembelajaran Produk Kreatif dan kewirausahaan sehingga hasil belajarpun masih rendah.
Penelitian ini bertujuan untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Produk Kreatif dan Kewirausahaan Pokok Bahasan Biaya Produksi Pada Siswa Kelas XI TKRO C SMK N 1 Kawunganten Tahun 2021/2022. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas XI TKRO C SMK N 1 kawunganten tahun pelajaran 2021/2022 yang berjumlah 36 siswa. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah data tentang kondisi awal siswa diambil dari free test sebelum dilakukan penelitian, hasil belajar siswa diperoleh dari pemberian evaluasi (tes tertulis) kepada siswa, penilaian sikap diperoleh dari pengamatan melalui lembar observasi dan dokumentasi.
Dari hasil penelitian diperoleh, pada siklus I rata-rata nilai tes siswa 71,00 dengan ketuntasan belajar klasikal 55,56%; siklus II nilai rata-rata siswa 82,00 dengan ketuntasan belajar klasikal 91,67%. Hasil penilaian sikap siswa pada siklus I secara klasikal yang mendapat nilai Sangat Baik (SB) adalah 55,56%; pada siklus II yang mendapat nilai Sangat Baik (SB) adalah 83,33%. Berdasarkan hasil penelitian ini disarankan agar Guru hendaknya memilih model-model pembelajaran inovatif yang sesuai dengan materi pembelajaran yang akan disampaikan sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar siswa dan meningkatkan hasil belajar siswa. Dalam pembelajaran Produk Kreatif dan kewirausahaan model Problem Based Learning (PBL) dapat dijadikan sebagai alternatif pembelajaran bagi guru dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa.
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Proses belajar merupakan suatu kegiatan utama dari keseluruhan proses pendidikan. Belajar bertujuan untuk menghasilkan perubahan tingkah laku meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Kegiatan pembelajaran memerlukan adanya sebuah keaktifan belajar siswa, partisipasi siswa dalam pembelajaran dan komunikasi interaktif siswa dengan guru. Aktivitas belajar perlu dirancang sedemikian rupa sehingga dapat mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan.
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) sebagai salah satu lembaga pendidikan menengah yang berfungsi mendidik atau menyiapkan siswa untuk siap bekerja di dunia industry dan bersaing di dunia usaha sebagai wirausaha yang unggul. Pada kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) terdapat mata pelajaran Produk kreatif dan Kewirausahaan. Mata pelajaran ini merupakan salah satu struktur mata pelajaran yang masuk dalam kelompok mata pelajaran C3 atau Produktif. Proses pembelajaran di jenjang SMK khususnya pelajaran Produk Kreatif dan Kewirausahaan siswa harus bisa menguasai kemampuan dalam hal mengaplikasikan materi pelajaran Produk Kreatif dan Kewirausahaan untuk menciptakan suatu produk yang bisa dipasarkan.
Problem Based Learning (PBL) merupakan pendekatan yang efektif untuk mengajarkan proses-proses berpikir tingkat tinggi dengan situasi berorientasi pada masalah, termasuk didalamnya belajar bagaimana belajar. Menurut Santyasa (dalam Ghofur: 2013), Problem Based Learning (PBL) merupakan suatu strategi atau pendekatan yang dirancang untuk membantu proses belajar sesuai dengan langkah-langkah yang terdapat pada pola pemecahan masalah yakni mulai dari analisis, rencana, pemecahan, dan penilaian yang melekat pada setiap tahap. problem based learning (PBL) tidak disusun untuk membantu guru dalam menyampaikan banyak informasi tetapi guru sebagai penyaji masalah, pengaju pertanyaan, dan fasilitator.
Atas dasar pemikiran di atas, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian tindakan kelas tentang “Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Produk Kreatif dan Kewirausahaan Pokok Bahasan Biaya Produksi Pada Siswa Kelas XI TKRO C SMK N 1 Kawunganten Tahun 2021/2022".
Rumusan Masalah
Apakah Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) Dapat Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Produk Kreatif dan Kewirausahaan Pokok Bahasan Biaya Produksi Pada Siswa Kelas XI TKRO C SMK N 1 Kawunganten Tahun 2021/2022.
Tujuan Penelitian
Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Produk Kreatif dan Kewirausahaan Pokok Bahasan Biaya Produksi Pada Siswa Kelas XI TKRO C SMK N 1 Kawunganten Tahun 2021/2022 melalui Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL).
Manfaat Penelitian
Siswa :
Siswa dapat lebih mudah mamahami materi pelajaran. Dengan cara pembelajaran yang menarik yaitu dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL), hal ini akan membangkitkan keaktifan dan minat siswa dalam belajar serta mampu berdampak kepada peningkatan hasil belajar siswa. Siswa tidak akan merasa bosan serta lebih menyenangkan dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar dan siswa akan belajar lebih aktif.
Guru Sebagai peneliti :
- Dapat digunakan sebagai acuan model Penelitian Tindakan Kelas (PTK).
- Guru kreatif dalam mengajar siswa dengan menggunakan penerapan model pembelajaran untuk mencapai tujuan yang diharapkan yaitu meningkatkan hasil belajar mata pelajaran Produk Kreatif dan Kewirausahaan siswa kelas XI TKR O.
LANDASAN TEORI
Pengertian Proses Belajar
Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Perubahan yang dimaksud adalah perubahan yang terjadi secara sadar, bersifat kontinu, positif dan aktif, permanen, bertujuan dan terarah, serta mencakup seluruh aspek tingkah laku (Slameto, 2010:2-5).
Pengertian Hasil Belajar
Menurut (Nasution, S) Hasil belajar adalah hasil pembelajaran dari suatu individu tersebut berinteraksi secara aktif dan positif dengan lingkungannya. Kemudian, Hasil belajar menurut (Oemar Hamalik) hasil belajar adalah ketika seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut. Terdapat juga pengertian hasil belajar menurut (Winkel) menyatakan bahwa hasil belajar merupakan suatu kemampuan internal yang telah menjadi milik pribadi seseorang dan kemungkinan orang itu melakukan sesuatu sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya.
Mata Pelajaran Produk Kreatif dan Kewirausahaan (PKK)
Karena keharusan dunia pendidikan untuk mengerti keinginan pasar, pada kurikulum 2013 revisi 2017 dimunculkanlah mata pelajaran tambahan dimana mata pembelajaran ini lebih mengedepankan aspek kognitif, softskill dan hardskill dari peserta didik, yaitu mata pelajaran produk kreatif dan kewirausahaan (PKK) yang menggabungkan perkembangan teknologi dengan wirausaha. Yandriana (2013) menyatakan, “Dalam hidup dan berkehidupan manusia memerlukan sebuah pekerjaan sebagai kecakapan hidup agar dapat memenuhi kebutuhan hidupnya”. Selain itu Ary Wibowo (2011) juga berpendapat bahwa:
Pendidikan kewirausahaan dapat menjadi alternatif untuk menekan angka pengangguran saat ini. Namun ada hal mendasar yang harus dilakukan yaitu mengubah paradigma pendidikan yang masih konseptual dengan urusan akademik. Kadang – kadang pendidikan itu tidak membuat mahasiswa berani untuk bereksperimentasi, karena terlalu dogmatis. Akibatnya kemampuan mereka untuk berfikir diluar faktor itu menjadi sesuatu yang sulit dilakukan.
Produk kreatif menekankan pada apa yang dihasilkan dari proses kreativitas adalah sesuatu yang baru, orisinil, dan bermakna. Kreativitas adalah kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu yang baru, baik berupa gagasan maupun karya nyata, baik dalam karya baru maupun kombinasi dari hal-hal yang sudah ada, yang semuanya itu lokal berbeda dengan apa yang telah ada sebelumnya. Kreativitas dan inovasi merupakan inti dari kewirausahaan. Kreativitas dapat dipandang sebagai kemampuan untuk mengembangkan ide-ide baru dan untuk menemukan cara-cara baru dalam melihat masalah dan peluang. Sedangkan inovasi dalam kewirausahaan adalah kemampuan untuk menerapkan solusi kreatif terhadap masalah dan peluang untuk meningkatkan atau untuk memperbaiki kinerja usaha.
Kerangka Berfikir
Dalam hal peningkatan hasil belajar siswa, maka pada saat ini hal ini tidak hanya mampu dilakuka secara melakukan pembelajaran berbasis konvensional atau berpusat pada guru, tetapi juga dapat dengan menggunakan pemanfaatan model pembelajaran yang inovatif, berbasis pada masalah yang harus dipecahkan oleh anak. Diharapkan dengan penerapan model pembelajaran yang inovatif dan berbasis masalah ini kemudian mampu untuk meningkatkan hasil belajar siswa karena mereka menjadi lebih bersemangat dan lebih antusias dalam pembelajaran.
Hasil Belajar mapel Produk Kreatif dan Kewirausahaan Siswa dengan menggunakan penerapan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dapat digambarkan pada bagan berikut:
Bagan 2.1 Kerangka Berfikir
Siklus 2 |
Pengamatan Proses Pembelajaran Produk kreatif dan Kewirausahaan |
Siklus 1 |
Perencanaan Pelaksanaan Evaluasi |
Refleksi |
Hasil Belajar Produk Kreatif dan Kewirausahaan |
Siklus 2 |
Hipotesis Tindakan
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut:
Penerapan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) Dalam Pembelajaran Produk Kreatif dan Kewirausahaan Pokok Bahasan Biaya Produksi Dapat Meningkat
METODE PENELITIAN
Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan selama 2 bulan yaitu bulan Desember 2021 sampai bulan Januaril 2022. Penelitian dilakukan di SMK N 1 Kawunganten pada kelas XI TKRO C karena pada tahun pelajaran 2021/2022 peneliti mengajar di kelas XI SMK N 1 Kawunganten. Subjek penelitian adalah siswa kelas XI SMK N 1 Kawunganten tahun pelajaran 2021/2022. Siswa kelas XI TKRO C terdiri dari 36 siswa.
DESAIN PENELITIAN DAN SUMBER DATA
Penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilaksanakan untuk mengetahui hasil belajar, keterampilan proses siswa, yang mengimplementasikan model pembelajaran problem Based learning (PBL), penelitian tindakan kelas adalah kajian sistematik dari upaya perbaikan pelaksanaan praktik pendidikan oleh sekelompok guru dengan melakukan tindakan-tindakan dalam pembelajaran, berdasarkan refleksi mereka mengenai hasil dari tindakan-tindakan tersebut.
Penelitian ini menggunakan model Kemmis dan Mac Tanggart (Kemmis, 1992) dengan empat tahapan yaitu (1) perencanaan, (2) pelaksanaan tindakan, (3) observasi atau pengamatan, dan (4) refleksi.
Bagan 3.1 Desain Penelitian
TEKNIK PENGUMPULAN DATA
Metode Observasi
Observasi merupakan suatu proses keterlibatan peneliti di lapangan untuk mendapatkan informasi yang berkaitan dengan objek penelitian. Berdasarkan pengertian di atas, maka observasi merupakan pengamatan yang dilakukan oleh peneliti berupa kegiatan penilaian siswa pada saat berlangsungnya kegiatan pembelajaran dengan model Problem Based Learning (PBL) (Ahmad, 2013:115)’.
Metode Pengukuran Hasil Tes
Tes adalah alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui dan mengukur sesuatu dalam suasana, dengan cara atau aturan yang sudah dientukan. Pengukuran tes hasil belajar ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui peningkatan pada hasil belajar sisiwa ketika sebelum diberlakukan penerapan pembelajaran menggunakan model Problem Based Learning (PBL) dan setelah diberlakukan penerapan pembelajaran menggunakan model Problem Based Learning (PBL).
Dokumentasi
Dokumen merupakan sebuah catatan peristiwa yang sudah berlaku dapat berupa seperti gambar, catatan, atau karya-karya lain yang mampu mendukung data penunjang penelitian tindakan kelas ini. Dokumentasi digunakan untuk mendukung dan menambah bukti yang diperoleh dari sumber yang lain misalnya kebenaran dari hasil penelitian.
TEKNIK ANALISIS PENELITIAN
Data Kuantitatif
Data kuantitatif merupakan sebuah data berupa hasil belajar kognitif, dianalisis dengan menggunakan teknik analisis deskriptif dengan menentukan presentasi ketuntasan belajar dan mean (rata-rata) kelas. Adapun penyajian data kuantitatif dipaparkan dalam bentuk presentasi dan angka dengan mengacu pada referensi Aqib (2010) sebagai berikut:
- Rumus untuk menghitung persentase ketuntasan belajar adalah sebagai berikut:
- Rumus untuk menghitung nilai rata-rata adalah
Keterangan :
x = Nilai rata-rata
∑ X = Jumlah semua nilai siswa
∑ N = Jumlah siswa
Penghitungan presentase dengan menggunakan rumus di atas harus sesuai dan memperhatikan kriteria ketuntasan belajar siswa kelas XI TKRO C mata pelajaran Produk Kreatif dan Kewirausahaan pokok bahasan materi Biaya produksi, kemudian yang dikelompokkan ke dalam dua kategori yaitu tuntas dan tidak tuntas dengan kriteria sebagai berikut:
Tabel. 3.1 Kriteria Ketuntasan Minimal Mata Pelajaran Ekonomi
Kriteria Ketuntasan |
Kualifikasi |
≥ 75 |
Tuntas |
≤ 75 |
Tidak Tuntas |
Sumber : KKM Mata Pelajaran Produk Kreatif dan Kewirausahaan SMK N 1 Kawunganten
Data Kualitatif
Data kualitatif berupa data hasil belajar, hasil observasi keterampilan guru serta aktivitas siswa dalam pembelajaran ekonomi. Data kualitatif dijelaskan dalam kalimat yang dipisahkan menurut kategori untuk memperoleh kesimpulan. Data hasil belajar mata pelajaran Produk Kreatif dan Kewirausahaan siswa melalui penerapan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dapat dianalisis secara kualitatif untuk memperoleh kesimpulan dengan menggunakan tabel berikut :
Tabel. 3.2 Kriteria Tingkat Keberhasilan Belajar Siswa
Kriteria Ketuntasan |
Kualifikasi |
Tingkat Keberhasilan Pembelajaran PBL |
>85-100% |
Sangat Baik (SB) |
Berhasil |
75-84% |
Baik (B) |
Berhasil |
55 – 74 % |
Cukup (C) |
Tidak Berhasil |
0– 54% |
Rendah |
Tidak Berhasil |
Uji Coba Instrumen
Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen yang valid atau sahih mempunyai validitas tinggi. Sebaliknya, instrumen yang kurang valid berarti memiliki validitas rendah. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan (Suharsimi, 2010:168).Dalam penelitian ini, pengukuran validitas diukur dengan menggunakan bentuk metode statistik, yaitu dengan rumus produk moment sebagai berikut:
Keterangan:
rxy : Koefisien korelasi antara x dan y
X : Skor butir soal yang dicari validitasnya
Y : Skor total butir soal
N : Jumlah peserta tes
∑X2 : Jumlah kuadrat nilai x
∑Y2 : Jumlah kuadrat nilai y
∑XY : Jumlah perkalian skor item dengan skor total
Perhitungan validitas ini dihitung dengan bantuan program Microsoft Excel 2016. Uji validitas berguna untuk mengetahui apakah pertanyaan-pertanyaan pada soal evaluasi ada yang harus dibuang atau diganti karena tidak relevan. Masing-masing item akan dibandingkan dengan rtabel, dengan kriteria:
- Apabila rhitung>rtabel maka dikatakan item soal tersebut valid.
- Apabila rhitung<rtabel maka dikatakan item soal tersebut tidak valid.
Reliabilitas
Reliabilitas menunjukkan pada suatu pengertian bahwa suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk dapat dipergunakan sebagai suatu alat pengumpulan data karena instrumen sudah baik (Suharsimi, 2010:178). Suatu pertanyaan dikatakan reliabel atau handal jika jawaban seseorang terhadap pernyataan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu (Ghozali, 2011:47). Rumus uji reliabilitas adalah sebagai berikut:
Keterangan :
ά :Koefisien alpha cronbach
K : Banyaknya butir item
1 : Angka konstan
∑ ơ 2i : Jumlah varian skor total
ơ 2i : Varian item
:
HASIL PENELITIAN
Hasil Uji Coba Instrumen Soal
Validitas Instrumen
Untuk mengetahui apakah kuesioner yang digunakan valid atau tidak, maka dengan membandingkan antara nilai (rhitung) dengan (rtabel) dengan taraf signifikansi 5%. Apabila rhitung > rtabel maka instrumen dikatakan valid, apabila rhitung < rtabel maka intrumen dikatakan tidak valid. Untuk mencari rhitung nya digunakan rumus korelasi pearson product moment.
Setelah soal evaluasi yang akan dijadikan instrumen evaluasi diujikan kepada responden, maka datanya diolah dan hasil olahan data tersebut dapat dilihat tabel 4.1 berikut ini:
Tabel 4.1 Validitas instrument
No. Soal |
R hitung |
R tabel |
Keterangan |
1 |
0,969 |
0,444 |
Valid |
2 |
0,930 |
0,444 |
Valid |
3 |
0,909 |
0,444 |
Valid |
4 |
0,969 |
0,444 |
Valid |
5 |
0,878 |
0,444 |
Valid |
6 |
0,912 |
0,444 |
Valid |
7 |
0,878 |
0,444 |
Valid |
8 |
0,912 |
0,444 |
Valid |
9 |
0,969 |
0,444 |
Valid |
10 |
0,930 |
0,444 |
Valid |
Sumber: Data primer yang diolah 2023
Berdasarkan tabel 4.1 menunjukkan bahwa semua butir pertanyaan memiliki nilai rhitung lebih besar rtabel yang artinya semua butir soal evaluasi atau instrumen ini valid dan dapat digunakan untuk penelitian.
Reliabilitas Instrumen
Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban seseorang terhadap pernyataan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. (Ghozali, 2009:41). Nunnaly, 1967 dalam Ghozali (2009:42) suatu konstruk atau variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai Cronbach Alpha > 0,60. Jika nilai Cronbach’s Alpha > 0,60 maka kuesioner yang diuji coba terbukti reliabel. Untuk mendapatkan nilai Cronbach’s Alpha nya maka digunakan rumus Alpha
Setelah diketahui validitasnya, maka selanjutnya dicari nilai reliabilitasnya. Untuk mengetahui nilai reliabilitasnya digunakan perhitungan Microsoft Excel 2016. Dari perhitungan yang telah dilakukan menggunakan Microsoft Excel 2016 maka dapat dilihat reliabilitas instrumen penelitian pada tabel 4.2 berikut ini
Tabel 4.2 Reliabilitas instrumen
Variabel |
Cronbach’s Alpha |
Cronbach’s Alpha yang diisyaratkan |
Ket. |
Soal Evaluasi |
0,981 |
0,60 |
Reliabel |
Sumber: Data primer yang diolah 2023
Pada tabel 4.2 dijelaskan bahwa variabel bebas atau variabel fasilitas belajar mempunyai nilai Cronbach’s Alpha > 0,60 yaitu sebesar 0,981 yang berarti soal yang ada di dalam instrumen penelitian adalah reliabel.
Tabel 4.3 Kriteria koefisien reliabilitas
Tingkat reliabilitas |
Kriteria koefisien |
0,80 sampai dengan 1,00 |
reliabilitas sangat tinggi |
0,60 sampai dengan 0,80 |
reliabilitas tinggi |
0,40 sampai dengan 0,60 |
reliabilitas cukup tinggi |
0,20 sampai dengan 0,40 |
reliabilitas rendah |
0,00 sampai dengan 0,20 |
reliabilitas sangat rendah |
Dan jika dilihat dari tabel 4.3 di atas maka soal evaluasi yang akan dipakai sebagai instrumen penelitian reliabilitasnya sangat tinggi, sehingga dapat dipakai sebagai instrumen penelitian.
Deskripsi Kondisi Awal
Berdasarkan daftar nilai free test yang dilakukan sebelum dilakukan tindakan, hasil belajar mata pelejaran produk Kreatif dan kewirausahaan siswa juga rendah. Hal tersebut dapat dilihat sebagai berikut :
- Nilai terendah yang diperoleh siswa adalah 30
- Nilai tertinggi yang diperoleh siswa adalah 78
- Nilai rata-rata yang diperoleh peserta didik adalah 64 sedangkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) adalah 75.
Ini menunjukkan bahwa masih banyak siswa yang memperoleh nilai di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang berarti hasil belajar mata pelejaran produk Kreatif dan kewirausahaan Siswa masih rendah. Berdasarkan hasil Free Test sebelum dilakukan penelitian pada kelas XI TKRO C tahun pelajaran 2021/2022 untuk mata pelajaran Produk Kreatif dan Kewirausahaan adalah sebagai berikut:
- Jumlah peserta mengikuti free test 36 siswa
- Jumlah siswa yang memperoleh nilai < 75 sebanyak 31 orang
- Jumlah siswa yang memperoleh nilai ³ 75 sebanyak 5 orang
- Nilai rata – rata kelas 64
Berdasarkan data tersebut di atas, ketuntasan belajar Produk Kreatif dan kewirausahaan yang dicapai sebesar: 5/36 x 100% = 13,89 %. Sedangkan siswa yang belum tuntas sebesar 31/36 x 100% = 86,1 %. Nilai tes rata-rata siswa sebesar 58,50. Ringkasan hasil belajar aspek kognitif siswa sebelum menggunakan pembelajarn PBL dapat dilihat pada Tabel 4.4 di bawah ini.
Tabel 4.4. Rekapitulasi Hasil Tes Siswa Sebelum Penelitian/Free Test ranah kognitif
No |
Hasil Tes |
Data Awal |
1. |
Nilai Tertinggi |
78 |
2. |
Nilai Terendah |
30 |
3. |
Rata-rata nilai tes |
64 |
4. |
Ketuntasan klasikal |
13,89 % |
Deskripsi Tiap Siklus
Hasil Belajar Kognitif Pada Siklus I
Berdasarkan hasil belajar pada siklus I menghasilkan data dan informasi sebagai berikut :
- Jumlah peserta ulangan harian 36 siswa
- Jumlah siswa yang memperoleh nilai < 75 sebanyak 16 orang
- Jumlah siswa yang memperoleh nilai ³ 75 sebanyak 20 orang
- Nilai rata – rata kelas 70
Berdasarkan data tersebut di atas, ketuntasan belajar mata pelajaran Produk Kreatif dan Kewirausahaan yang dicapai sebesar: 20/36 x 100% = 55,56%. Sedangkan siswa yang belum tuntas sebesar: 16/36 x 100% = 44,44%. Nilai tes rata-rata siswa sebesar 71. Ringkasan hasil belajar kognitif siswa setelah belajar dengan model pembelajaran Problem Based learning (PBL) pada siklus I dapat dilihat pada Tabel 4.5 di bawah ini.
Tabel 4.5. Rekapitulasi Hasil Tes Kognitif Siswa Siklus I
No |
Hasil Tes |
Siklus I |
1. |
Nilai Tertinggi |
85 |
2. |
Nilai Terendah |
42 |
3. |
Rata-rata nilai tes |
71 |
4. |
Ketuntasan klasikal |
55,56% |
Hasil Belajar Kognitif Pada Siklus II
Berdasarkan hasil belajar pada siklus II menghasilkan data dan informasi sebagai berikut.
- Jumlah peserta ulangan harian 36 siswa
- Jumlah siswa yang memperoleh nilai < 75 sebanyak 3 orang
- Jumlah siswa yang memperoleh nilai ³ 75 sebanyak 33 orang
- Nilai rata – rata kelas 82
Berdasarkan data tersebut di atas, ketuntasan belajar Matematika yang dicapai sebesar : 33/36 x 100% = 91,67%. Sedangkan siswa yang belum tuntas sebesar 3/36 x 100% = 8,33%. Nilai tes rata-rata siswa sebesar 82. Ringkasan hasil belajar kognitif siswa setelah menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) pada siklus II dapat dilihat pada Tabel 4.6 di bawah ini.
Tabel 4.6. Rekapitulasi Hasil Tes Kognitif Siswa Siklus II
No |
Hasil Tes |
Siklus II |
1. |
Nilai Tertinggi |
95 |
2. |
Nilai Terendah |
56 |
3. |
Rata-rata nilai tes |
82 |
4. |
Ketuntasan klasikal |
91,67% |
PEMBAHASAN TIAP DAN ANTAR SIKLUS
Data Hasil Belajar Kognitif Siswa
Ringkasan hasil belajar kognitif siswa sebelum dan sesudah menggunakan alat peraga dapat dilihat pada Tabel 4.7 di bawah ini.
Tabel 4.7. Rekapitulasi Hasil Tes Siswa Ranah Kognitif Sebelum Penelitian (Data Awal), Akhir Siklus I dan Siklus II
No |
Hasil Tes |
Data Awal |
Siklus I |
Siklus II |
1. |
Nilai Tertinggi |
78 |
85 |
95 |
2. |
Nilai Terendah |
30 |
42 |
56 |
3. |
Rata-rata nilai tes |
64 |
71 |
82 |
4. |
Ketuntasan klasikal |
13,89% |
55,56% |
91,67% |
Dari tabel 4.7 dapat dilihat nilai rata-rata tes siswa pada data awal (pra siklus) adalah 64 dan setelah menggunakan model pembelajaran problem Based Learning (PBL) meningkat menjadi 71 pada siklus I dan 82 pada siklus II. Ketuntasan belajar secara klasikal juga mengalami peningkatan, sebelum penggunaan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) ketuntasan belajar secara klasikal adalah 13,89%, dan setelah digunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) meningkat menjadi 55,56% pada siklus I dan 91,67% siklus II. Siswa secara klasikal yang memperoleh nilai 75 atau 75 ke atas adalah 20 siswa dengan ketuntasan belajar 55,56% pada siklus I, dan 33 siswa dengan ketuntasan belajar 91,67% pada siklus II.
Data Hasil Pengamatan Ranah Sikap
Penilaian ranah sikap diperoleh dari lembar observasi yang meliputi perilaku atau sikap kerjasama, sikap jujur, sikap tanggung jawab dan sikap disiplin siswa dalam mengikuti pembelajaran dan dalam proses evaluasi. Kriteria penilaian sikap dapat di lihat pada tabel 4.8 sebagai berikut:
Tabel 4.8. Kriteria Penilaian Sikap Siswa
Skor Siswa |
Kategori |
75,01 – 100,00 50,01 – 75,00 25,01 – 50,00 00,00 – 25,00 |
Sangat Baik (SB) Baik (B) Cukup (C) Kurang (K) |
Berikut tabel presentasi dari penilaian sikap yang diperoleh pada pra siklus, siklus I dan siklus II.
Tabel 4.9. Ringkasan Hasil Penilaian Sikap Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II
Kategori Sikap |
Pra Siklus |
Siklus I |
Siklus II |
|||
Jumlah siswa |
(%) |
Jumlah siswa |
(%) |
Jumlah siswa |
(%) |
|
Sangat Baik (SB) |
8 |
22,22 |
20 |
55,56 |
30 |
83,33 |
Baik (B) |
27 |
75 |
16 |
44,44 |
6 |
16,67 |
Cukup (C) |
1 |
2,78 |
0 |
0 |
0 |
0 |
Kurang (K) |
0 |
0 |
0 |
0 |
0 |
0 |
Pada Pra siklus siswa yang memperoleh nilai Kurang tidak ada, siswa yang memperoleh nilai Cukup atau rentang 25,01 – 50,00 adalah 1 siswa atau 2,78% dari 36 siswa, siswa yang mendapat nilai Baik atau rentang 50,01 – 75,00 adalah 27 siswa atau 75% dari 36 siswa dan siswa yang mendapat nilai Sangat Baik atau rentang 75,01 – 100,00 adalah 8 siswa atau 22,22% dari 36 siswa. Pada siklus I siswa yang memperoleh nilai kurang dan cukup tidak ada, siswa yang memperoleh nilai Baik atau rentang 50,01 – 75,00 adalah 16 siswa atau 44,44% dari 36 siswa dan siswa yang mendapat nilai Sangat Baik atau rentang 75,01 – 100,00 adalah 20 siswa atau 55,56% dari 36 siswa. Pada siklus II siswa yang memperoleh nilai kurang dan cukup tidak ada, siswa yang memperoleh nilai Baik atau rentang 50,01 – 75,00 adalah 6 siswa atau 16,67% dari 36 siswa dan siswa yang mendapat nilai Sangat Baik atau rentang 75,01 – 100,00 adalah 30 siswa atau 83,33% dari 36 siswa.
Dengan demikian dapat di lihat bahwa di setiap siklus pembelajaran menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) ada kenaikan nilai sikap yang dialami oleh siswa.
HASIL PENELITIAN
Pada table 4.6 pada tahap Pra siklus siswa yang memperoleh nilai Kurang tidak ada, siswa yang memperoleh nilai Cukup atau rentang 25,01 – 50,00 adalah 1 siswa atau 2,78% dari 36 siswa, siswa yang mendapat nilai Baik atau rentang 50,01 – 75,00 adalah 27 siswa atau 75% dari 36 siswa dan siswa yang mendapat nilai Sangat Baik atau rentang 75,01 – 100,00 adalah 8 siswa atau 22,22% dari 36 siswa. Pada siklus I siswa yang memperoleh nilai kurang dan cukup tidak ada, siswa yang memperoleh nilai Baik atau rentang 50,01 – 75,00 adalah 16 siswa atau 44,44% dari 36 siswa dan siswa yang mendapat nilai Sangat Baik atau rentang 75,01 – 100,00 adalah 20 siswa atau 55,56% dari 36 siswa. Pada siklus II siswa yang memperoleh nilai kurang dan cukup tidak ada, siswa yang memperoleh nilai Baik atau rentang 50,01 – 75,00 adalah 6 siswa atau 16,67% dari 36 siswa dan siswa yang mendapat nilai Sangat Baik atau rentang 75,01 – 100,00 adalah 30 siswa atau 83,33% dari 36 siswa.
Dengan demikian dapat di lihat bahwa di setiap siklus pembelajaran menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) ada kenaikan nilai sikap yang dialami oleh siswa.
Tabel 4.10. Rekapitulasi Ketuntasan Belajar Klasikal Pra siklus, Siklus I dan Siklus II
No |
Aspek Penilaian |
Pra Siklus |
Siklus I |
Siklus II |
1. |
Kognitif |
13,89% |
55,56% |
91,67% |
2. |
Sikap Sangat Baik |
22,22% |
55,56% |
83,33% |
Pada siklus I hasil belajar kognitif siswa belum memenuhi indikator yang telah ditetapkan yaitu 80 % dari jumlah siswa sehingga dilanjutkan dengan siklus II untuk memenuhi indikator yang telah ditetapkan dalam penelitian. Penilaian sikap siswa belum memenuhi indikator yang telah ditetapkan yaitu 80 % dari jumlah siswa. Pada siklus II hasil belajar kognitif dan sikap siswa sudah memenuhi indikator yang telah ditetapkan dalam penelitian.
Sehingga pada siklus II, guru melaksanakan perbaikan pembelajaran untuk menyelesaikan permasalahan yang ada pada siklus I. Upaya yang dilakukan adalah dengan memotivasi siswa agar bertanya tentang materi yang belum jelas, dalam hal ini menanyakan unsur-unsur biaya produksi yang belum jelas, lebih berperan aktif baik dalam diskusi untuk saling membantu kesulitan teman dan bekerjasama dengan teman satu kelompoknya dalam mengerjakan tugas.
Pada siklus II sudah tidak lagi ditemukan kendala-kendala berarti, karena siswa sudah dapat menyesuaikan dengan pembelajaran menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL). Siswa sudah dapat menerima pembagian kelompok secara heterogen, masing-masing individu dalam kelompok sudah menyadari akan tanggungjawabnya sebagai anggota kelompok sehingga kerjasama antar-anggota kelompok berjalan dengan baik dan tugas-tugas yang diberikan guru. Siswa saling berdiskusi dengan anggota kelompok, belajar memecahkan masalah dan menyajikan masalah tersebut ke dalam sebuah laporan dan presentasi di depan kelas. Sehingga tujuan pembelajaran yang ingin di capai dapat tercapai.
.
KESIMPULAN DAN SARAN
SIMPULAN
Dari penelitian yang telah dilakukan mengenai Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Produk Kreatif dan Kewirausahaan Pokok Bahasan Biaya Produksi Pada Siswa Kelas XI TKRO C SMK N 1 Kawunganten Tahun 2021/2022 dan hasil yang diperoleh maka dapat disimpulkan :
- Hasil belajar siswa pada siklus I dan II menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) mata pelajaran Produk Kreatif dan Kewirausahaan pokok bahasan biaya produksi menunjukkan adanya kenaikan hasil belajar siswa daripada test awal atau free test.
- Penggunaan model pembelajaran problem Based learning (PBL) dalam pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar kognitif dan sikap siswa, hal tersebut dapat ditunjukkan dari nilai kognitif siswa pada siklus I diperoleh rata-rata nilai tes siswa mencapai 71, sedangkan pada siklus II nilai rata-rata peserta didik mencapai 82. Pada siklus I ketuntasan belajar secara klasikal mencapai 55,56% dan pada siklus II mencapai ketuntasan belajar secara klasikal sebesar 91,67%. Demikian juga dengan nilai sikap dapat dilihat pada siklus I siswa yang memperoleh nilai kurang dan cukup tidak ada, siswa yang memperoleh nilai Baik atau rentang 50,01 – 75,00 adalah 16 siswa atau 44,44% dari 36 siswa dan siswa yang mendapat nilai Sangat Baik atau rentang 75,01 – 100,00 adalah 20 siswa atau 55,56% dari 36 siswa. Pada siklus II siswa yang memperoleh nilai kurang dan cukup tidak ada, siswa yang memperoleh nilai Baik atau rentang 50,01 – 75,00 adalah 6 siswa atau 16,67% dari 36 siswa dan siswa yang mendapat nilai Sangat Baik atau rentang 75,01 – 100,00 adalah 30 siswa atau 83,33% dari 36 siswa.
- Hipotesis penelitian yang diajukan, yaitu yang menyatakan ”Penerapan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) Dalam Pembelajaran Produk Kreatif dan Kewirausahaan Pokok Bahasan Biaya Produksi Dapat Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas XI TKRO C SMK Negeri 1 Kawunganten Tahun 2021/2022”, telah terbukti secara empiris.
SARAN
Berdasarkan hasil penelitian yang berkaitan dengan Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Produk Kreatif dan Kewirausahaan Pokok Bahasan Biaya Produksi Pada Siswa Kelas XI TKRO C SMK N 1 Kawunganten Tahun 2021/2022, maka penulis memberikan saran-saran sebagai berikut :
Bagi Sekolah dan Guru
- Sekolah hendaknya selalu menyelenggarakan pelatihan dan seminar-seminar yang berkaitan tentang upaya peningkatan hasil belajar siswa terutama menggunakan model-model pembelajaran inovatif.
- Guru hendaknya selalu belajar dan berinovasi dalam memberikan materi pembelajaran agar bisa memacu keaktifan siswa dalam belajar, sehingga dapat mencapai tujuan pembelajaran dan meningkatkan hasil belajar.
- Guru hendaknya memilih model-model pembelajaran inovatif yang sesuai dengan materi pembelajaran yang akan disampaikan sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar siswa dan meningkatkan hasil belajar siswa.
Bagi siswa
- Siswa di anjurkan untuk lebih aktif, kreatif dan disiplin dalam mengikuti pembelajaran sehingga dengan lebih aktif, kreatif dan disiplin akan meningkatkan kreativitas, bakat dan hasil belajar siswa.
- Siswa di anjurkan untuk ikut memberikan masukan atau saran kepada guru maupun sekolah tentang model-model pembelajaran yang diinginkan atau yng sesuai dengan siswa agar tercipta suasana belajar yang menarik dan menyenangkan, sehingga hasil belajarpun akan meningkat.
DAFTAR PUSTAKA
Adhiputra, M. W. (2018). Karir Plateau dan Intensi Berwirausaha (Kajian Empiris). Journal of Research in Economics and Management, 319.
Ahmad. 2015. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Kelas Tinggi. Surabaya : Universitas Negeri Malang.
Aqib, Zainal. 2010. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Yrama Widya.
Bogdan, R.C., & Biklen, S.K. 1998. Qualitative Research for Education: An Introduction to Theory and Methods. Boston: Allyn and Bacon.
Daryanto. 2007. Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Ghozali, Imam. 2009. Aplikasi Análisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang : Universitas Diponegoro.
Hamalik Oemar. 2006. Proses Belajar Mengajar. Bandung : Bumi Aksara.
Hamalik, Oemar. 2011. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem. Jakarta: Bumi Aksara.
Hopkins. 1993. Desain Penelitian Tindakan Kelas (Model Ebbut). Yogyakarta : Pustaka Belajar.
Kemmis, S. &. 1992. The Action Research Planner. Australia.
Nasution, S. 1990. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar-Mengajar. Jakarta : Bina Aksara.
Psmk.kemendikbud.go.id di akses tanggal 4 Februari 2023 Pukul 09:00 WIB)
Rita Magdalena dalam Jurnal Proceeding Biology Education Conference yang berjudul Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) serta Pengaruhnya terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa SMA Negeri 5 Kelas XI Kota Samarinda Tahun Ajaran 2015. Magdalena (2015)
Setiawati, Tati,. & Karpin. (2018). Modul 6: Produk Kreatif dan Kewirausahaan. Kementerian Riset, Teknologi, Dan Pendidikan Tinggi.
Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta : Rineka Cipta.
Suharsimi, Arikunto. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.
Sumadi Suryabrata. 2006. Psikologi Pendidikan. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.
Winkel,W.S. 1987. Psikologi Pengajaran. Jakarta : Gramedia.
Yandriana, 2013. Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Prakarya dan Kewirausahaan untuk SMA, SMK, dan MA. (www.yandriana.wordpress.com,diakses tanggal 3 Februari 2023 Pukul 08:00 WIB).
Yunin Nurun Nafiah dalam Jurnal Pendidikan Vokasi yang berjudul Penerapan Model Problem-Based Learning Untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Dan Hasil Belajar Siswa. (Nafiah, 2014)

Penulis Indonesiana
0 Pengikut
Baca Juga
Artikel Terpopuler