Polemik Kasus Vina Cirebon, Tantangan Buat Kapolri

Jumat, 31 Mei 2024 14:53 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content0
img-content
Iklan
Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Pengugkapan Kasus Vina Cirebon belum menemukan titik terang. Lebih dari delapan tahun kasus tersebut mengendap-endap seakan terjadi pembiaran yang disengaja.

Sedang viral di berbagai media massa dan online Kasus Vina, yakni seorang remaja putri yang dilaporkan meninggal pada 2016 karena menjadi korban pembunuhan dan pemerkosaan di Kota Cirebon. Isu ini kini makin tambah senonoh dan tengah menjadi perbincangan netizens.

Kasus kematian Vina itu kembali mencuat setelah film Vina: Sebelum 7 Hari ditayangkan di berbagai gedung bioskop. Film yang diangkat dari cerita nyata itu membuat publik penasaran.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Keheranan dan Kejanggalan 

Penulis yang tinggal di Cirebon hampir 24 tahun mengungkapkan keanehan dalam penanganan kasus pembunuhan Vina dan Eky di Cirebon yang berbelit dan semakin kacau. 

Banyaknya pihak saat ini yang bikin gemes tidak bisa serta merta membikin terang benderang perkaranya. Fakta justru melihat faktor Keanehan yang semakin dipelihara. Keanehan tersebut beralasan karena kasus tersebut berlarut-larut selama delapan tahun tidak tuntas bahkan lucunya melibatkan peran berbagai aparat hukum lintas institusi. Tidak hanya Polisi, Jaksa dan Hakim pun diduga tidak jeli dalam melakukan proses penegakan hukum terhadap kasus pembunuhan Vina dan Eky.

Konsekuensinya berlarut-larutnya pengungkapan kasus Vina, akibatnya terdapat penundaan keadilan bagi korban Vina-Eky dan keluarganya serta memperpanjang penderitaan mereka selama bertahun-tahun. 

Penulis berasumsi adanya dugaan salah tangkap para pelaku, kegagalan menangkap buron, penghilangan 2 DPO karena fiktif, rekayasa dan manipulasi fakta sesuai keinginan oknum tertentu telah merugikan kredibilitas hukum di Indonesia. Semakin tidak percaya masyarakat terhadap institusi penegak hukum. Ditambahkan seolah-olah hukum dapat dipermainkan oleh petugas keamanan dan pemenuhan rasa keadilan untuk orang kecil seolah-olah tidak terlalu penting.

Sebagai catatan buruk bagi penegak hukum berkaca dan mengingatkan kembali kita atas kasus Ferdy Sambo dimana seorang mantan jenderal bintang dua bisa merekayasa banyak pihak di kepolisian sehingga menjadikan Brigadir J yang sudah tidak bernyawa menjadi terdakwa. Bedanya dalam kasus Ferdy Sambo, para jaksa dan hakim tidak dilibatkan dalam rekayasa kasus.

Namun dalam kasus Vina-Eky Cirebon, Jaksa dan Hakim terlibat dalam satu narasi yang diokrestrasi oknum sehingga terlihat hukum lumpuh dan gagal memberi rasa keadilan kepada keluarga korban dan publik.

Tak Terkendali 

Catatan kritis terhadap kasus pembunuhan Vina-Eky Cirebon, bagaimana isu ini telah mendominasi pemberitaan di berbagai media massa maupun media sosial (medsos). Kasus Vina seolah tidak pernah ada habisnya untuk dibahas dan dikupas setiap waktunya. Ruangan media sosial dan juga media online setiap jamnya terus mengulirkan isu Vina yang tambah kusut

Kajian ini membuat gerak dan geram media, Coba wartawan tanyakan ke masyakarat tak sedikit warganet mulai memiliki sentimen negatif terhadap pengungkapan kasus yang tengah ditangani aparat kepolisian .

Apakah warganet menilai kasus ini tak ubah seperti film drama Korea (drakor)? Karena terkesan terlalu banyak drama yang dinilai janggal dan di luar nalar logika.

Misalnya, penangkapan Pegi Setiawan alias Perong yang disebut-sebut otak pembunuhaan sadis itu, dianggap sebagai sandiwara aparat. Alasannya pun sangat beragam. Mulai dari ciri-ciri tak sesuai DPO, hingga wajah kepolosan saat yang bersangkutan menggelar jumpa pers bersama para awak media. 

Akibatnya, kasus pembunuhan Vina-Eky Cirebon yang disertai pemerkosaan tahun 2016, masih menjadi buah bibir di seluruh lapisan masyarakat. Menjadi trending topik nyaris berbagai platform media, baik cetak, online, televisi. 

Termasuk para warganet pun, ramai-ramai menyorotinya bak sebagai seorang detektif. Ironisnya lagi, momentum ini pun dimanfaatkan banyak pihak dari beragam profesi untuk mencari panggung. Karena kasus ini mampu mencuri perhatian ratusan juta penduduk Indonesia. 

Isu Penting Lainnya 

Namun di sisi lain, fenomena ini mulai memicu berbagai asumsi liar di tengah masyarakat. Tak sedikit warga yang mulai mencurigai bahwa kasus ini sengaja diangkat untuk mengalihkan perhatian publik terhadap isu-isu seksi di negeri ini, agar masyarakat luput dari perhatiannya.

Mencoba mengingatkan para wartawan harus lebih jeli dan kritis terkait agenda setting atau ketidakwajaran manajemen isu. Wartawan diminta peka terhadap isu-isu yang viral dan tidak terjebak dalam permainan agenda setting yang mungkin dilakukan oleh oknum kekuasaan, atau pihak lain yang memanfaatkan situasi saat ini. 

Dalam kasus pembunuhan Vina-Eky Cirebon yang disertai pemerkosaan bisa saja menjadi alat untuk mengalihkan perhatian publik dari isu yang lebih sensitif. Coba bayangkan isu Pilkada Serentak 2024 yang akan diikuti kurang lebih 545 daerah dengan rincian 37 provinsi, 415 kabupaten, dan 93 kota. Pro kontra Tapera, dan polemik UKT. Masih kalah pamor oleh isu Vina Cirebon, dalam hal bobot perhatiannya," ungkapnya.

Lihatlah banyak mega korupsi bergelimang terjadi termasuk kasus dugaan korupsi timah senilai Rp300triliun yang menyeret nama Harvey Moeis, suami Sandra Dewi, hingga crazy rich Helena Lim. 

Mega Korupsi dalam kasus korupsi tata niaga di PT Timah Tbk. (TINS) ini, negara dirugikan dengan angka fantastis, yakni Rp300triliun. Kasus sebesar ini masih kalah oleh kasus pembunuhan Vina-Eky Cirebon yang disertai pemerkosaan. Masih banyak lagi diduga banyak yang terlibat dalam pusaran kasus besar korupsi yang belum diungkapkan atau sedang berjalan. Bukan hanya itu, sidang kasus korupsi mantan Mentan Syahrul Yasin Limpo (SYL) pun masih kalah gregetnya. 

Apatis

Penulis dan juga mungkin banyak masyarakat sudah apatis untuk berkomentar di ranah publik dalam persoalan ini, sudah puluhan tahun tinggal di Cirebon malah dijejali informasi yang bertele-tele akibat adanya dugaan ketidakmampuan aparat penegak hukum. 

Atau, jangan-jangan memang ada pembiaran yang disengaja. Masih banyak isu penting untuk dibahas di wilayah Cirebon seperti pemekaran wilayah menjadi Provensi, minumnya kandidat calon kepala daerah yang bakal bersaing di kontestasi Pilkada dan berjubelnya pengangguran Gen Z. Belum lagi masalah kerusakan infrastruktur jalan dan juga lahan pertanian.

Ketidakpercayaan dan keraguan publik terhadap penyelidikan dan penyidikan aparat kepolisian pun, menjadi penyebabnya kasus ini tak kunjung berhenti.

Kapolri Mundur 

Sehingga spekulasi kasus pembunuhan Vina-Eky Cirebon yang disertai pemerkosaan ini diduga pengalihan isu terhadap kasus yang lebih besar. Karena tak bisa dipungkiri bahwa tentunya ada pihak-pihak yang memanfaatkan situasi ini untuk keuntungan pribadi maupun kelompok. 

Mereka bisa saja memainkan peran ini, untuk membesar-besarkan isu ini, agar publik teralihkan dari isu-isu lain yang mungkin mengancam kepentingan mereka. Merekayasa kejadian itu dengan kekuatan politik dan juga finansial yang melimpah sehingga kecukupan biaya tersebut dapat mengendalikan isi dan isu media.

Penulis menyarankan agar Kapolri Jenderal Polisi Drs. Listyo Sigit Prabowo mengundurkan diri. Lebih baik pak Kapolri mundur jika kasus pembunuhan Vina-Eky Cirebon yang disertai pemerkosaan ini tidak segera tuntas. Pak Jokowi harusnya berani tegas dan mengambil resiko untuk performa citra pemerintah secara keseluruhan di akhir masa jabatannya.

Kasus pembunuhan Vina-Eky Cirebon yang disertai pemerkosaan pun, memiliki daya tarik yang sensasional, menarik perhatian, baik drama, konflik, dan emosi yang terlibat dalam cerita ini membuat publik masih menyimpan penasaran dan ingin terus mengikuti perkembangan beritanya. 

Diduga media arus utama dan media sosial pun tak ragu mengeksploitasi aspek sensasional dari kasus ini untuk mendongkrak rating dan jumlah pembaca.

Catatan Akhir

Rumitnya kasus ini, tak lepas dari peran media massa dan kehadiran media sosial yang ikut memainkan peran besar dalam viralnya kasus ini. Platform medsos seperti Twitter, Facebook, Tik Tok dan Instagram. Hashtag dan trending topics membuat kasus ini semakin sulit diabaikan. Semuanya latah berbicara vina namun tidak dapat menyelesaikan serta memberikan solusi komprehensif pengungkapan kasus Vina. Kasus Vina menjadi obyek komersil berita, kasus dan panggung politik.

Dalam kasus ini melibatkan para tokoh publik dan influencer yang ikut manggung dan ikut berkomentar, menambah liarnya kasus ini. Seperti pengacara kondang Hotman Paris, tokoh agama ustad Adi Hidayat, Polda Jabar, para jenderal polisi, dan deretan tokoh nasional lainnya. Semuanya ngambil keputusan yang menguntungkan sepihak dan tetap keluarga Vina dan masyarakat tak terpuaskan

Bagikan Artikel Ini
img-content
Heru Subagia

Penulis, Pengamat Politik dan Sosial

0 Pengikut

Baca Juga











Artikel Terpopuler