Kuntoro Boga Andri. Alumnus IPB 1998, gelar Magister (2004) dan Doktor (2007) dari Saga dan Kagoshima University, Jepang. Peneliti Utama LIPI (2017) dan pernah sebagai Kepala Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (2016-2018), Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat (2018), sebelumnya Kepala Biro Humas dan Informasi Publik Kementan (2018-2024), dan Kepala Pusat BSIP Perkebunan (2024-2025). Sejak 25 Maret 2025 menjabat Kepala Pusat BRMP Perkebunan, Kementan.

Tonggak 100 Tahun Inovasi dan Modernisasi Kelapa di Indonesia

Jumat, 7 Maret 2025 15:13 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content
Air Kelapa
Iklan

Indonesia perlu meninjau tonggak inovasi dan pengembangan kelapa yang telah berlangsung hampir satu abad, menjelang peringatanya pada tahun 2027

Jauh sebelum lagu Rayuan Pulau Kelapa digubah oleh Ismail Marzuki pada 1944, pohon kelapa (Cocos nucifera) telah mengakar dalam kehidupan dan budaya Nusantara. Tidak hanya bagi masyarakat pesisir, tetapi juga bagi penduduk di berbagai pelosok, kelapa menjadi bagian tak terpisahkan dari keseharian mereka.

Minyak kelapa digunakan sebagai bahan utama dalam memasak, air kelapa menjadi minuman menyegarkan, sementara daging kelapa diolah dalam berbagai hidangan tradisional. Kayunya dimanfaatkan untuk konstruksi rumah, daunnya dijadikan atap, dan janur (daun kelapa muda) kerap digunakan dalam upacara adat serta ritual keagamaan. Bahkan dalam Nagarakretagama, naskah kuno dari abad ke-14, kelapa disebut sebagai kalpadruma, atau pohon kehidupan yang melambangkan kemakmuran.

Saat ini, kelapa bukan hanya sekadar simbol, tetapi juga penopang ekonomi Indonesia. Dengan luas perkebunan mencapai 3,32 juta hektar (BPS, 2023), sekitar 98% di antaranya merupakan kebun rakyat yang menopang lebih dari dua juta keluarga petani. Indonesia menjadi produsen kelapa terbesar kedua di dunia dengan produksi mencapai 2,83 juta metrik ton (MT) pada 2023.

Pada tahun yang sama, ekspor kelapa Indonesia tercatat senilai USD 1,55 miliar (Rp 23 triliun), menyumbang 38,3 persen dari total ekspor kelapa dunia. Namun, jalan menuju kesejahteraan petani kelapa masih panjang. Produktivitas rata-rata perkebunan kelapa Indonesia hanya 1,1 ton kopra per hektar, jauh di bawah potensi genetik kelapa unggul yang dapat mencapai 3,5 ton.

Nilai tambah dan manfaat produk kelapa belum dirasakan secara luas, sementara industri kelapa belum memaksimalkan potensinya. Hilirisasi masih belum menjadi peta jalan pengembangan komoditas ini. Ditambah dengan ancaman perubahan iklim dan tekanan pasar global, Indonesia perlu meninjau kembali warisan inovasi dan pengembangan kelapa yang telah berlangsung selama lebih dari satu abad, menjelang peringatannya pada 2027.

 Jejak 100 Tahun Perakitan VUB Kelapa di Indonesia

Modernisasi melalui perakitan Varietas Unggul Baru (VUB)  kelapa di Indonesia berakar dari penelitian yang dilakukan oleh Dr. Thames, seorang ilmuwan Belanda, yang pada 1927 menanam benih kelapa di Desa Mapanget, Sulawesi Utara. Ia membawa 500 koleksi bibit dari Kebun Raya Bogor untuk diuji adaptasinya di berbagai ekosistem.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Hingga kini, sebanyak 30 pohon kelapa unggul warisannya masih tumbuh di Instalasi Pengujian Standar Instrumen Pertanian (IPSIP) Mapanget. Warisan penelitian ini kemudian berkembang menjadi Klapper Proofstation pada 1930, lembaga riset kelapa pertama di Indonesia. Seiring waktu, lembaga ini mengalami berbagai transformasi.

Pada tahun 1967 lembaga tersebut berganti nama menjadi Lembaga Penelitian Tanaman Industri disingkat (LPTI), kemudian Tahun 1979 menjadi Balai Penelitian Tanaman Industri atau Balitri dibawah Badan Penelitian dan Pengembangan (Badan Litbang, Kementan), tahun 1984 menjadi Balai Penelitian Kelapa atau Balitka Balitbangtan, selanjutnya Tahun 1994 menjadi Balai Penelitian Tanaman Kelapa dan Palma Lain.

Pada 17 Januari 2023 bertransformasi menjadi Balai Pengujian Standar Instrumen Tanaman Palma atau yang populer disebut "BSIP Tanaman Palma", di bawah institusi Badan Standarisasi Instrumen Pertanian, Kementerian Pertanian (BSIP Kementan).

Lembaga ini telah merakit dan menghasilkan 60 varietas kelapa nasional, termasuk kelapa dalam, genjah, dan hibrida dengan produktivitas mencapai 3,5 ton kopra per hektare per tahun. Keunggulan BSIP Tanaman Palma terletak pada bank genetiknya, yang menyimpan 100 aksesi kelapa dari seluruh Indonesia. Teknologi whole genome sequencing memungkinkan identifikasi gen kelapa yang tahan terhadap kekeringan dan salinitas, sehingga dapat dikembangkan lebih lanjut untuk meningkatkan ketahanan pangan dan energi berbasis kelapa.

 Strategi Inovasi Kelapa di Indonesia

Meski memiliki potensi besar, industri kelapa Indonesia menghadapi sejumlah tantangan serius. Salah satu tantangan utama adalah usia tanaman yang menua, dengan sekitar 15% pohon kelapa di Indonesia berusia lebih dari 50 tahun. Kondisi ini menyebabkan produktivitas kelapa terus menurun. Di samping itu, serangan hama Brontispa longissima dapat mengurangi hasil panen hingga 60%, dengan potensi kerugian ekonomi mencapai USD 40 juta per tahun.

Selain faktor biologis dan ekologis, industri kelapa juga menghadapi persoalan dalam hilirisasi dan pengolahan produk. Sebagian besar produk kelapa Indonesia masih diekspor dalam bentuk bahan mentah, tanpa nilai tambah yang maksimal. Hilirisasi, seperti pengolahan minyak kelapa, asam laurat, dan bioethanol, belum menjadi prioritas dalam pengembangan industri kelapa nasional.

Perubahan iklim juga menjadi tantangan serius bagi keberlanjutan industri kelapa Indonesia. Pola cuaca yang tidak menentu berdampak pada produktivitas tanaman, sementara persaingan global semakin meningkat, terutama dengan negara-negara produsen lain seperti Filipina dan India.

Untuk menjawab berbagai tantangan ini, Indonesia perlu mengadopsi strategi yang terarah dan berkelanjutan. Salah satunya adalah dengan melakukan peremajaan kebun kelapa secara masif. Kementerian Pertanian telah meluncurkan program peremajaan 200.000 hektare kelapa pada 2023-2024 dengan menyediakan benih unggul bersertifikat.

Selain peremajaan, upaya peningkatan hilirisasi dan inovasi produk kelapa harus menjadi prioritas. Peningkatan investasi di sektor hilir, seperti pembangunan bio-refinery untuk produksi bioethanol dan kosmetik berbasis kelapa, akan meningkatkan nilai tambah industri kelapa nasional. Pengembangan varietas unggul dengan produktivitas tinggi, seperti Kelapa Hibrida KHINA-1 hingga KHINA-5, juga menjadi solusi dalam meningkatkan produksi kelapa nasional. Selain itu, digitalisasi industri kelapa dapat meningkatkan daya saing global.

Integrasi teknologi blockchain untuk keterlacakan produk kelapa di pasar global akan meningkatkan kepercayaan konsumen dan memastikan produk kelapa Indonesia memenuhi standar internasional. Peningkatan sertifikasi indikasi geografis bagi produk kelapa khas daerah juga penting untuk memperkuat daya saing di pasar ekspor. Di tingkat internasional, Indonesia terus memperkuat diplomasi kelapa melalui International Coconut Community (ICC) dengan menjalin kolaborasi riset bersama Filipina, India, dan Sri Lanka untuk mengembangkan industri kelapa negara anggota.

Indonesia harus memanfaatkan momentum 100 tahun, sejak 1927 awal momentum inovasi kelapa Indonesia yang ditandai penanaman benih kelapa di Desa Mapanget, Sulawesi Utara, sebagai titik tolak membangun ekosistem kelapa yang berkelanjutan. Ke depan, kita perlu mendorong penelitian lebih lanjut, memperkuat kolaborasi dengan sektor swasta, serta memastikan petani mendapatkan manfaat ekonomi yang lebih besar dari industri ini.

Dengan strategi yang tepat, Indonesia dapat memimpin modernisasi kelapa global dan menjadikan kelapa sebagai komoditas unggulan yang berdaya saing tinggi di pasar internasional. Pada akhirnya, modernisasi kelapa bukan hanya soal peningkatan produksi, tetapi juga tentang membangun kesejahteraan petani, mengembangkan industri berbasis riset, dan melestarikan warisan budaya Nusantara. Saatnya Indonesia mengambil peran utama dalam revolusi kelapa global, menuju 100 tahun modernisasi yang lebih inklusif dan berkelanjutan.

Bagikan Artikel Ini
img-content
Kuntoro Boga Andri

Praktisi

25 Pengikut

img-content

Menjemput Kejayaan Baru Rempah

Kamis, 3 Juli 2025 10:41 WIB
img-content

Menjaga Tanah, Menjaga Masa Depan

Selasa, 24 Juni 2025 13:51 WIB

Baca Juga











Artikel Terpopuler