Peran Perempuan dalam Upaya Rekonsiliasi antara Fulani dan Petani Lokal Nigeria
Kamis, 22 Mei 2025 10:17 WIB
Menyoroti peran penting perempuan dalam rekonsiliasi konflik Fulani dan petani di Nigeria
***
Nigeria saat ini masih dihadapkan pada konflik yang cukup pelik antara komunitas Fulani dan para petani lokal. Konflik ini bukan hal baru namun sudah berlangsung selama bertahun-tahun, bahkan melibatkan generasi demi generasi. Akar dari konflik ini adalah persaingan atas sumber daya alam yang semakin langka, terutama tanah dan air.
Di satu sisi, para penggembala Fulani hidup secara nomaden dan menggantungkan hidup mereka pada padang rumput untuk ternaknya. Di sisi lain, para petani membutuhkan lahan yang sama untuk bercocok tanam. Ketika kebutuhan kedua kelompok ini bertabrakan, bentrokan pun tak terhindarkan. Sayangnya, konflik ini kerap menimbulkan kekerasan yang merenggut nyawa dan memicu rasa curiga antar komunitas.
Di tengah hiruk-pikuk konflik ini, ada satu kelompok yang perannya sering terabaikan: perempuan. Padahal, perempuan merupakan salah satu pihak yang paling terdampak. Mereka kehilangan suami, anak, atau anggota keluarga lainnya. Banyak yang harus mengungsi dan hidup dalam ketidakpastian, kehilangan akses pada pekerjaan, pendidikan, bahkan rasa aman. Namun sayangnya, suara mereka jarang terdengar dalam proses rekonsiliasi atau pengambilan keputusan. Perempuan justru sering kali hanya dipandang sebagai korban, bukan sebagai agen perdamaian yang punya potensi besar.
Artikel ini hadir untuk membawa perspektif baru dalam pembahasan konflik Fulani dan petani, yaitu dengan menyoroti peran dan kontribusi perempuan. Kita akan melihat bagaimana perempuan, meskipun berada dalam situasi sulit, tetap bisa menjadi jembatan perdamaian melalui upaya mediasi, pendidikan, hingga aktivitas sosial di tingkat komunitas. Harapannya, dengan membuka ruang bagi perempuan untuk terlibat lebih aktif dalam proses rekonsiliasi, kita bisa menuju penyelesaian konflik yang lebih inklusif, adil, dan berkelanjutan.
Konflik antara komunitas Fulani dan petani di Nigeria bukan hanya soal perebutan lahan atau kekerasan bersenjata yang dimana konflik ini juga menyisakan luka mendalam bagi para perempuan yang terjebak di tengah-tengahnya. Dalam banyak kasus, perempuan menjadi korban kekerasan fisik dan seksual, terutama saat konflik memanas. Bentrokan yang berlangsung sering kali membuka celah terjadinya pelecehan dan kekerasan seksual, namun banyak dari kejadian ini tidak dilaporkan karena rasa takut, malu, atau tidak adanya sistem perlindungan yang memadai.
Dampak lain yang tak kalah serius adalah kehilangan mata pencaharian. Banyak perempuan, baik dari komunitas petani maupun Fulani, menggantungkan hidupnya dari pertanian dan peternakan. Namun ketika ladang dibakar atau ternak dicuri dalam konflik, mereka kehilangan sumber penghasilan utama. Hal ini membuat perempuan kesulitan memenuhi kebutuhan dasar keluarga mereka dari makanan hingga pendidikan anak.
Selain itu, konflik yang terus berlangsung memaksa banyak perempuan mengungsi dari rumah mereka demi menyelamatkan diri. Sebagai pengungsi internal, mereka harus bertahan di tempat-tempat penampungan yang penuh keterbatasan. Di sana, kebutuhan dasar seperti makanan, air bersih, dan perlindungan sangat sulit didapatkan. Rasa takut dan ketidakpastian pun menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari.
Secara keseluruhan, konflik antara Fulani dan petani membawa dampak yang sangat berat bagi perempuan. Mereka tidak hanya menjadi korban, tapi juga memikul beban besar untuk menjaga keluarga di tengah situasi yang serba tidak pasti. Oleh karena itu, penting untuk melihat isu ini bukan hanya dari sisi kekerasan semata, tapi juga dari sisi kemanusiaan dan gender yang sering kali terabaikan.
Perempuan memainkan peran penting dalam upaya rekonsiliasi antara komunitas Fulani dan petani di Nigeria. Meskipun sering kali tidak mendapatkan pengakuan formal, kontribusi mereka sebagai mediator, pemimpin informal, dan pendidik perdamaian telah membantu meredakan ketegangan dan membangun kembali kepercayaan antar kelompok.
Dalam banyak kasus, perempuan berperan sebagai penengah dalam konflik, memfasilitasi dialog antara pihak yang bertikai. Misalnya, di negara bagian Taraba dan Nasarawa, para pemimpin perempuan menyelenggarakan pertemuan balai kota yang mempertemukan perempuan dari berbagai kelompok etnis, termasuk penggembala Fulani dan petani Tiv. Dialog ini membantu memberikan pengakuan formal terhadap peran perempuan dalam mediasi konflik.
Melalui organisasi lokal, perempuan mengorganisir kegiatan yang mempromosikan perdamaian. Contohnya, Pastor Esther Ibanga mendirikan "Women Without Walls Initiative" (WOWWI), sebuah organisasi yang menyatukan perempuan dari berbagai latar belakang untuk mendorong perdamaian di Nigeria. WOWWI telah berhasil mengorganisir protes damai dan dialog antar komunitas untuk mengakhiri kekerasan etnis dan agama
Perempuan juga terlibat dalam pendidikan perdamaian dan advokasi untuk solusi non-kekerasan. Program seperti Sekolah Perempuan untuk Perdamaian yang dijalankan oleh AMAN Indonesia telah memberdayakan perempuan untuk menjadi agen perdamaian di komunitas mereka. Melalui pelatihan dan dialog, perempuan belajar tentang transformasi konflik dan hak-hak mereka, yang memungkinkan mereka untuk berpartisipasi aktif dalam proses perdamaian. Meskipun kontribusi perempuan dalam rekonsiliasi sering kali tidak terlihat, peran mereka sebagai mediator, pemimpin informal, dan pendidik perdamaian sangat penting dalam membangun perdamaian yang berkelanjutan antara komunitas Fulani dan petani di Nigeria.
Dukungan kebijakan yang kuat sangat penting untuk memastikan partisipasi perempuan dalam pembangunan perdamaian. Nigeria telah mengadopsi berbagai kebijakan dan kerangka hukum, seperti Undang-Undang Kekerasan Terhadap Orang (VAPP) dan Kebijakan Gender Nasional, yang bertujuan untuk melindungi hak-hak perempuan dan mendorong partisipasi mereka dalam proses perdamaian. Selain itu, pemerintah telah membentuk Komite Pengarah Nasional untuk mengoordinasikan implementasi NAP dan memastikan bahwa kebijakan yang mendukung peran perempuan dalam perdamaian diterapkan secara efektif. Dengan penguatan kapasitas, inklusi dalam proses formal, dan dukungan kebijakan yang memadai, perempuan di Nigeria dapat memainkan peran yang lebih besar dalam membangun perdamaian yang berkelanjutan antara komunitas Fulani dan petani.
Konflik antara Fulani dan petani di Nigeria bukan hanya soal kekerasan dan perebutan lahan, tapi juga soal bagaimana perempuan terjebak dalam pusaran konflik, baik sebagai korban maupun sebagai agen perubahan. Di tengah penderitaan, banyak perempuan justru mengambil peran penting dalam membangun perdamaian untuk menjadi mediator, pemimpin komunitas, dan pendidik solusi non-kekerasan. Sayangnya, peran ini masih sering diabaikan. Sudah saatnya perempuan dilibatkan secara penuh dalam proses rekonsiliasi. Tanpa keadilan gender, tak akan ada perdamaian yang utuh. Perempuan bukan sekadar penyintas konflik—mereka adalah bagian dari solusi.
Referensi
Adil. (2018, Januari 8). Gembala vs Petani di Nigeria: 83 Nyawa Melayang. JPNN. https://www.jpnn.com/news/gembala-vs-petani-di-nigeria-83-nyawa-melayang
AMAN Indonesia. (n.d.). Ketahanan komunitas oleh perempuan. https://amanindonesia.org/pilar/ketahanan-komunitas-oleh-perempuan/
BBC News Indonesia. (2018, 25 Juni). Petani dan peternak terlibat bentrokan, setidaknya 86 orang tewas. BBC. https://www.bbc.com/indonesia/dunia-44598036
Egbejule, E. (2024, 19 Juni). ‘This goes beyond the church’: the Nigerian women in a sisterhood of millions. The Guardian. https://www.theguardian.com/global-development/article/2024/jun/19/fellowship-married-women-church-groups-northern-nigeria-conflict
Express Day NG. (n.d.). Women, peace, and security resolution 1325: How has Nigeria fared? https://expressday.ng/women-peace-and-security-resolution-1325-how-has-nigeria-fared/
Robinson, E. (2024, September 11). Alternative dispute resolution: NGO trains 50 women mediators in Kaduna. The News Investigators. https://thenewsinvestigators.com/2024/09/11/alternative-dispute-resolution-ngo-trains-50-women-mediators-in-kaduna/

Mahasiswa S1 Hubungan Internasional
0 Pengikut

Peran Perempuan dalam Upaya Rekonsiliasi antara Fulani dan Petani Lokal Nigeria
Kamis, 22 Mei 2025 10:17 WIB
Literasi Digital untuk Mencegah Kekerasan Verbal di Dunia Maya
Kamis, 22 Mei 2025 10:15 WIBBaca Juga
Artikel Terpopuler