Aku seorang pembelajar
Kemuliaan Bukan Segala Bentuk Kemewahan, Tapi Kebermanfaatan
Selasa, 19 Agustus 2025 10:12 WIB
Sia-sia segala kemewahan yang manusia dapatkan jika untuk kesenangan sendiri, lupa dengan kehadirat dirinya di dunia bermanfaat bagi orang lain
Oleh: Muhammad Umar Khadafi
Pagi ini lepas membaca buku Hamka berjudul Falsafah Hidup saya telah teralihkan pikiran untuk menuangkan tulisan dari hasil bacaan tersebut saya sebut sebagai "ilham bacaan" sebab hasil membaca tersebut rupanya selalu membuat daya naratif kita bekerja lebih dari sekadar mengingat. Menulis menjadi implementasi ilham bacaan yang kita dapatkan selepas proses membaca namun untuk mewujudkan ilham bacaan tersebut kita mesti menggali segala bentuk narasi yang komperhensif sehingga timbullah tulisan yang menyenangkan untuk dibaca.
Masa ini tipu daya kemewahan semakin membuat manusia lupa kehadirat dirinya, kemulian seperti tersimbolisasi oleh bentuk kemewahan harta dan jabatan, sementara orang tiada jabatan dan kedudukan terpandang sebelah mata. Disangkakan mulia didunia segala bentuk kemewahan, jabatan, dan harta yang bertumpuk. Sementara manusia mendapatkannya dengan bagaimanapun caranya, korupsi, menipu, melakukan kecurangan sebab ingin dipandang mulia dihapadan manusia. Supaya orang yang disangkanya miskin dan melarat memandang dari bawah, menengadah dan meminta-minta dikasihani.
Apabila kita menarik perkataan saya ini, agaknya manusia-manusia tersebut banyak pula di negara ini, senang-senang mereka diatas penderitaan masyarakat. Masyarakat di ambil pajaknya dalam segala rupa bentuk, tapi tiada umpan balik yang setimpal, kemiskinan tidak hilang, pendidikan masih banyak tertinggal, segala pelayanan publik dari negara pun rasanya masih banyak kurangnya, akses daerah pun tiada bentuknya.
Banyak pula lagi kita dapat contoh lainnya dari perkataan saya diatas, pejabat tapi tidak amanah dengan kedudukanya, pemimpin tapi bodoh ia tidak pandai memberikan keadilan bagi orang-orang yang dipimpinnya. apalah arti segala martabat dan kemewahan dihadapan Allah apabila dari yang ia dapatkan tidak memberi kebermanfaatan orang lain tidak dapat membantu kesusahan orang lain, hanya untuk kesenangan diri sendiri yang sesaat, tidak pula mampu berlaku adil terhadap orang yang dipimpinnya. Sia-sia segala kemewahan yang manusia dapatkan jika untuk kesenangan sendiri, lupa dengan kehadirat dirinya di dunia.
Saya kutip pula perkataan Hamka " Kalau hidup sekedar hidup, kera dihutan pun hidup, kalau bekerja sekedar bekerja, babi juga sama". Tapi manusia mesti lebih dengan akal yang ia miliki, hidupnya manusia harus memberi manfaat bagi manusia lainya, pekerjaan yang ia dapatkan dan lakukan mesti ujungnya memberikan pengaruh yang positif bagi banyak manusia. Unggkapan Hamka tersebut merefleksikan bahwa manusia ialah kodratnya memberikan rasa saling mengasihi dan menyayangi sesama manusia.
Kemewahan bukan mejadikan diri menjadi lebih hebat dari orang lain. Kekurangan tidak pula menjadikan diri kita rendah dari orang lainnya. Begitulah mestinya hakikat kehadirat seorang manusia, karena manusia diciptakan dalam bentuk yang sebaik-baiknya pada porsinyanya masing-masing, ia sendiri yang menjadikan diri mereka sombong, berbuat segala keburukan, memakan hak orang lain, sehingga atas segala perbuatannya kelak telah Allah tetapkan balasan yang setimpal.
Tulisan ini merupakan koreksi bagi penulis sendiri, dan semoga juga memberikan pengaruh positif bagi para pembaca semuanya, berikan segala bentuk ulasan pembaca supaya penulis dapat selalu mawas diri. Terima Kasih

Dosen Prodi Komunikasi dan Penyiaran Islam STAI Mulia Astuti Wonogiri
1 Pengikut

Kemuliaan Bukan Segala Bentuk Kemewahan, Tapi Kebermanfaatan
Selasa, 19 Agustus 2025 10:12 WIB
STAIMAS Wonogiri Hadirkan Solusi Kreatif di Masyarakat Melalui KPM 6
Selasa, 24 Juni 2025 07:56 WIBBaca Juga
Artikel Terpopuler