Jurnalis Publik Dan Pojok Desa.
Mahmudat Ikhwanat Dipanggil Hamidah, Sebuah Anekdot Linguistik
Senin, 1 September 2025 14:50 WIB
Dalam percakapan sehari-hari, seringkali kita menemukan fenomena di mana nama seseorang tidak sepenuhnya sesuai dengan bentuk panggilan.
Dalam percakapan sehari-hari, seringkali kita menemukan fenomena di mana nama seseorang tidak sepenuhnya sesuai dengan bentuk panggilan yang digunakan. Salah satu contoh menarik adalah seorang perempuan bernama Mahmudat Ikhwanat, yang memperkenalkan dirinya dengan mengatakan bahwa ia biasa dipanggil Hamidah.
Fenomena ini, meski sederhana, menyimpan pelajaran menarik tentang perbandingan struktur bahasa Arab dan bahasa Indonesia, serta hubungan antara bentuk kata, makna, dan praktik sosial.
1. Struktur Bahasa Arab dan Indonesia
Bahasa Arab dikenal dengan sistem tasrif, yakni perubahan kata dari bentuk dasar untuk menunjukkan makna gramatikal tertentu, seperti jamak, gender, atau fungsi kata. Misalnya, kata "mahmudat" berasal dari akar kata "ḥ-m-d", yang berhubungan dengan pujian. Bentuk kata seperti ini membawa makna yang sistematis dan konsisten sesuai kaidah bahasa Arab.
Sebaliknya, bahasa Indonesia sering menggunakan imbuhan produktif untuk membentuk kata baru, misalnya kata dasar riak dapat diubah menjadi "membiakkan riak". Transformasi semacam ini bersifat fleksibel dan kontekstual, tidak selalu mengikuti pola sistematis seperti tasrif dalam bahasa Arab.
2. Adaptasi Fonetik dan Pragmatik.
Nama Mahmudat Ikhwanat jika diucapkan langsung oleh penutur bahasa Indonesia, terdengar panjang dan asing, sehingga adaptasi sosial dan fonetik menjadi relevan. Pemanggilan Hamidah bukan transformasi literal dari nama asli, tetapi tetap memiliki keterkaitan semantis dengan akar kata pujian. Fenomena ini mencerminkan bagaimana nama dapat disederhanakan untuk kenyamanan komunikasi, tanpa kehilangan makna dasar.
3. Teks Formal vs Pragmatik Lisan
Ketika seseorang berkata:
- “Nama saya Mahmudat Ikhwanat, tapi saya dipanggil Hamidah,”
terjadi perbedaan antara identitas formal tertulis dan penggunaan sehari-hari. Bahasa Indonesia memberi ruang untuk reduksi fonetik, sedangkan bahasa Arab menuntut konsistensi antara bentuk kata dan makna. Fenomena ini adalah contoh nyata interaksi antara bahasa, budaya, dan praktik sosial.
Anekdot “Mahmudat Ikhwanat, dipanggil Hamidah” mengilustrasikan beberapa prinsip linguistik penting:
1. Perbedaan konseptual bahasa Arab dan Indonesia - dalam struktur kata dan gramatika.
2.Adaptasi fonetik dan sosial- dari nama Arab ke bentuk panggilan Indonesia yang lebih nyaman.
3. Hubungan semantik tetap terjaga - meski bentuk kata berubah.
4. Perbedaan antara teks formal dan penggunaan pragmatik, - yang mencerminkan fleksibilitas bahasa dalam kehidupan sosial.
Fenomena ini menunjukkan bahwa bahasa bukan sekadar sistem simbol, tetapi juga alat komunikasi yang hidup, di mana bentuk kata, makna, dan konteks sosial selalu berinteraksi. (kontributor, awe).
esai ini bermaksud menggambarkan fenomena bahasa tanpa intensi pada maksud tertentu yang dinilai merendahkan identitas satu kelompok manpun.

Penulis Indonesiana
2 Pengikut

Parau
Senin, 1 September 2025 14:51 WIB
Mahmudat Ikhwanat Dipanggil Hamidah, Sebuah Anekdot Linguistik
Senin, 1 September 2025 14:50 WIBBaca Juga
Artikel Terpopuler