Makin Tinggi Tingkat Stres Akademik, Kian Rendah Kualitas Tidur Mahasiswa
5 jam lalu
Stres akademik merupakan tekanan psikologis yang bersumber dari aktivitas dan tuntutan akademik
Wacana ini ditulis oleh Sasa Magfirah Siregar, Luthfiah Mawar M.K.M., dan Dr. M. Agung Rahmadi, M.Si. Lalu diedit oleh Aisyah Umaira, Andieni Pratiwi, Andine Mei Hanny, Dwi Keisya Kurnia, dan Naila Al Madina dari IKM 6 Stambuk 2025, Fakultas Kesehatan Masyarakat, UIN Sumatera Utara.
***
Stres akademik merupakan tekanan psikologis yang bersumber dari aktivitas dan tuntutan akademik. Mahasiswa yang mengalami stres akademik sering kali menghadapi penurunan kualitas tidur, seperti kesulitan memulai tidur, terbangun berulang kali di malam hari, atau memiliki durasi tidur yang kurang. Kualitas tidur yang buruk tidak hanya mengurangi energi dan konsentrasi, tetapi juga dapat memengaruhi kesehatan fisik dan mental, serta prestasi akademik secara keseluruhan.
Tingginya beban tugas, tekanan ujian, dan tuntutan akademik yang berlapis kerap mengurangi waktu istirahat mahasiswa. Tulisan ini bertujuan menelaah hubungan antara tingkat stres akademik dengan kualitas tidur mahasiswa melalui kajian literatur dan penelitian terdahulu. Hasil kajian menunjukkan bahwa mahasiswa dengan stres akademik tinggi cenderung mengalami penurunan kualitas tidur yang signifikan, yang berakibat pada melemahnya konsentrasi, penurunan daya ingat, dan terganggunya kemampuan berpikir kritis.
Kondisi tersebut pada akhirnya menurunkan pencapaian akademik sekaligus meningkatkan kerentanan terhadap masalah kesehatan mental seperti kecemasan dan depresi, serta berdampak negatif pada kondisi fisik secara umum. Oleh karena itu, dibutuhkan strategi pengelolaan pola tidur sehat agar mahasiswa mampu menjaga keseimbangan fisik dan mental serta dapat menjalani aktivitas akademik dengan lebih optimal.
Tidur adalah kebutuhan mendasar manusia yang berfungsi sebagai proses pemulihan untuk menjaga kinerja tubuh. Selama tidur, tubuh memperbaiki sel, memulihkan energi, dan menstabilkan fungsi mental maupun emosional. Namun, pola tidur mahasiswa sering terganggu oleh tuntutan akademik dan aktivitas sehari-hari. Dampaknya terlihat dari penurunan kualitas tidur yang ditandai dengan kantuk berlebihan, kelelahan, dan menurunnya konsentrasi, yang semuanya memengaruhi prestasi akademik.
Tidur sesungguhnya bukan sekadar waktu istirahat pasif, melainkan sebuah proses aktif yang mengatur fungsi vital. Otak pada saat tidur bekerja mengonsolidasikan memori, mengelola emosi, memperbaiki jaringan tubuh, serta menghasilkan hormon penting seperti hormon pertumbuhan. Oleh sebab itu, tidur yang cukup berhubungan langsung dengan kemampuan belajar, kestabilan emosional, dan kesehatan fisik.
Sebaliknya, kurang tidur dapat mengganggu keseimbangan kimia otak, meningkatkan risiko kecemasan, depresi, obesitas, diabetes, penyakit jantung, hingga hipertensi. Sistem kekebalan tubuh juga bekerja paling baik saat tidur, sehingga istirahat yang memadai membantu melawan infeksi dan menjaga tubuh tetap bugar.
Mahasiswa sebagai individu yang menempuh pendidikan tinggi dituntut memiliki konsentrasi dan ketekunan dalam belajar. Pada masa akhir studi, terutama ketika menyusun skripsi, mahasiswa berada dalam situasi kritis yang sering menimbulkan stres tinggi (Merangin et al., 2018). Tekanan tersebut kerap memperburuk kualitas tidur dan berimplikasi pada penurunan konsentrasi, daya ingat, kemampuan mengambil keputusan, serta keterampilan berpikir kritis.
Secara emosional, stres akademik dapat memunculkan rasa cemas, khawatir, sedih, bahkan menurunkan harga diri. Pada level biologis, stres meningkatkan produksi hormon kortisol yang berlebihan sehingga mengganggu ritme tidur dan membuat mahasiswa sulit tidur nyenyak.
Penelitian Merangin dan rekan sejawat (2018) menegaskan bahwa stres dalam penyusunan skripsi memiliki kaitan erat dengan gangguan tidur. Siklus tersebut selanjutnya melemahkan fungsi kognitif mahasiswa, menurunkan efektivitas belajar, dan dalam jangka panjang meningkatkan risiko gangguan mental, khususnya kecemasan dan depresi. Kondisi demikian menjelaskan mengapa strategi pengelolaan stres yang tepat serta penerapan pola tidur sehat menjadi kebutuhan penting bagi mahasiswa agar dapat menjaga ketahanan fisik maupun mental dalam menghadapi beban akademik yang berat.
Berdasarkan telaah literatur dan penelitian terdahulu, dapat disimpulkan bahwa stres akademik merupakan faktor signifikan yang memengaruhi kualitas tidur mahasiswa. Tuntutan akademik yang berat, beban tugas yang menumpuk, dan tekanan psikologis terutama pada masa penyusunan skripsi menimbulkan stres yang berdampak langsung pada penurunan kualitas tidur. Hubungan timbal balik ini membentuk lingkaran yang merugikan: semakin tinggi stres, semakin buruk kualitas tidur, dan semakin besar dampaknya terhadap prestasi akademik. Karena itu, kesadaran akan pentingnya pola tidur sehat perlu dibangun sebagai bagian dari gaya hidup mahasiswa.
Upaya menjaga kualitas tidur bukan hanya bermanfaat bagi kesehatan individu, melainkan juga penting bagi keberhasilan akademik. Di samping itu, dukungan sosial dari teman sebaya, keluarga, dan dosen berperan vital dalam membantu mahasiswa mengatasi stres. Lingkungan akademik yang suportif mampu menciptakan rasa nyaman, menumbuhkan motivasi, dan membantu mahasiswa mengelola tekanan dengan lebih baik.
Oleh karena itu, perguruan tinggi seharusnya tidak hanya berfokus pada capaian kognitif, tetapi juga menyediakan layanan konseling, bimbingan akademik, serta program manajemen stres. Sinergi antara mahasiswa dan institusi pendidikan akan menghasilkan keseimbangan yang mendukung tercapainya prestasi akademik yang optimal, sekaligus melindungi kesehatan mental dan fisik mahasiswa secara berkelanjutan.
Corresponding Author: Sasa Magfirah Siregar (email: [email protected]

Penulis Indonesiana
0 Pengikut
Baca Juga
Artikel Terpopuler