Jurnal Mitigasi - Litigasi Supervisi Sosial dan Politik - Kolom ini hadir sebagai ruang refleksi atas dinamika demokrasi Indonesia pasca-Reformasi, ketika masyarakat sipil terus mencari cara untuk menegakkan kontrol terhadap negara. -Mitigasi - dipahami sebagai upaya pencegahan konflik sosial dan politik, sementara - Litigasi - merujuk pada proses penegakan hukum serta penyelesaian sengketa yang lahir dari ketegangan sipil-militer maupun antar-aktor politik. Melalui perspektif supervisi sosial, kolom ini menyoroti bagaimana lembaga non-pemerintah, media, serta komunitas akademik berperan sebagai pengawas kritis. Tujuannya jelas: memastikan demokrasi tidak hanya menjadi prosedur elektoral, tetapi juga praktik yang berpihak pada keadilan sosial. Dalam lingkup politik, kolom ini mengurai fenomena - grey area - purnawirawan militer, problem akuntabilitas hukum, hingga dilema skeptisisme publik terhadap institusi negara. Semua dibaca bukan semata dari sisi hukum formal, melainkan juga sebagai gejala sosiologis yang memengaruhi hubungan kekuasaan dan kepercayaan publik. Jurnal Mitigasi - Litigasi Supervisi Sosial dan Politik - bukan hanya catatan akademik, melainkan juga ajakan untuk terus mengawal reformasi. Bahwa demokrasi sejati hanya dapat tumbuh bila ada keseimbangan antara negara yang berkuasa dan masyarakat yang berdaya mengawasi.

Soemitro Djojohadikusumo dan Cikal Revisionisme Sosialisme Indonesia

4 jam lalu
Bagikan Artikel Ini
img-content
BBC Siapa Sumitro Djojohadikusumo, ayah Presiden Prabowo Subianto? - BBC News Indonesia
Iklan

***

 

Ahmad Wansa Al-faiz, Pengarang GEOTIMES


Oleh : Ahmad Wansa Al-faiz.


Partai Sosialis Indonesia (PSI) yang dipimpin Sutan Sjahrir sejak 1948 hingga pembubarannya pada 1960 kerap ditempatkan sebagai kekuatan politik minoritas dalam demokrasi parlementer. Namun, secara intelektual, PSI menjadi ruang artikulasi gagasan-gagasan sosialisme demokratis di Indonesia. Tokoh-tokohnya, seperti Soemitro Djojohadikusumo, memperlihatkan arah pemikiran yang dapat disebut sebagai r revisionisme sosialisme Indonesia, yakni upaya merevisi dogma sosialisme ortodoks dengan adaptasi pada konteks ekonomi-politik nasional.1

PSI, PRRI/Permesta, dan Dilema Sosialis.

Posisi PSI kian terpojok setekag keterlibatan beberapa tokohnya dalam pemberontakan PRRI/Permesta di Sumatera Barat (1958)

Soemitro, menerima jabatan sebagai Menteri Perhubungan dalam kabinet Sjafruddin Prawiranegara, meski Sjahrir mengirim utusan untuk membujuknya agar tidak bergabung.2.  Bagi Soekarno, PRRI merupakan puncak penglhianatan terhadap Proklamasi 17 Agustus 1945, sekaligus bukti adanya intervensi asing dalam politik nasional.3 Namun, jika dilihat dari sisi intelektual, keterlibatan Soemitro menunjukkan bahwa tokoh PSI mencari jalan revisional bagi demokrasi Indonesia—bukan dengan revolusi proletar ala PKI, melainkan melalui perbaikan institusi ekonomi dan politik.

Soemitro Dan Revisionisme Sosialisme.

Sebagai ekonom, Soemitro berpandangan bahwa sosialisme Indonesia tidak bisa menolak pasar sepenuhnya. Ia mendorong industrialisasi, pembangunan sektor swasta, serta stabilitas moneter. Hal ini sejalan dengan garis revisionisme ala Eduard Bernstein, yang menekankan evolusi ekonomi politik ketimbang revolusi sosial.4

Dengan demikian, Soemitro dapat dibaca sebagai - cikal makna revisionisme sosialisme Indonesia :

  • menerima prinsip demokrasi liberal,
  • membuka ruang bagi kapitalisme nasional,
  • menolak dogma revolusi kelas.

Dari PSI ke Reformasi 1998.

Meski PSI dibubarkan pada 1960, gagasan-gagasannya tidak mati. Justru, dalam proses Reformasi 1998, pola perubahan politik Indonesia lebih dekat dengan revisionisme PSI daripada revolusi radikal PKI. Reformasi berhasil menumbangkan Orde Baru melalui revisi konstitusi, pelembagaan demokrasi, dan desentralisasi—jalan perubahan yang searah dengan warisan revisionis PSI. Lebih ironis lagi, gagasan revisionisme yang dahulu dibawa Soemitro kini “diteruskan” secara politik oleh generasi berikutnya dalam keluarga Djojohadikusumo. Reformasi 1998, dalam terminologi historis, bisa dibaca sebaga realisasi tertunda dan revisionisme sosialisme ala PSI.

Kesimpulan.

Soemitro Djojohadikusumo bukan sekedar tokoh PRRI atau ekonom Orde Baru, tetapi dapat dilihat sebagai figur intelektual revisionisme sosialisme Indonesia. Ia merepresentasikan upaya untuk mengadaptasi sosialisme ke dalam kerangka demokrasi, industrialisasi, dan kapitalisme nasional, Dengan kerangka itu Reformasi 1998 bulalah revolusi,melainkan koreksi besar yang bersifat revisionis. Di titik inilah, jejak pemikiran Soemitro dan PSI menemukan relevansi historisnya.


Catatan Kaki.

1. Herbert Feith, The Decline of Constitutional Democracy in Indonesia (Ithaca: Cornell University Press, 1962), hlm. 211–215.
2. “Eksistensi Partai Sosialis Indonesia (1948–1960),” Wawasan Sejarah, diakses 22 September 2025, [https://wawasansejarah.com/partai-sosialis-indonesia/](https://wawasansejarah.com/partai-sosialis-indonesia/).
3. Soekarno, Di Bawah Bendera Revolusi, Jilid II (Jakarta: Panitia Penerbit DBR, 1964), hlm. 453.
4. Eduard Bernstein, Evolutionary Socialism (New York: Schocken Books, 1961), hlm. 145–160.

----------------------------------------------------------

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Bagikan Artikel Ini
img-content
Jurnal Mitigasi Litigasi - Supervisi Sosial Dan Politik

Penulis Indonesiana

0 Pengikut

Baca Juga











Artikel Terpopuler