Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Pamulang

Manifesto Politik Antikorupsi Gen Z Indonesia

4 jam lalu
Bagikan Artikel Ini
img-content
Kejati Jambi Turun Kelapangan, Lakukan Kampanye Anti Korupsi
Iklan

Sudah saatnya Generasi Z berdiri di garis depan melawan korupsi. Manifesto politik ini menjadi suara anak muda yang menolak warisan kebusukan.

***

Korupsi merupakan masalah berkelanjutan yang tak kunjung sirna di negeri ini. Nyaris setiap tahun, indeks persepsi korupsi Indonesia menunjukkan angka yang stagnan, bahkan cenderung menurun.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Transparency International pada tahun 2024 mencatat bahwa skor Indonesia berada di angka 34 dari 100—masih jauh dari memuaskan. Setiap kali masyarakat berharap ada perubahan, berita mengenai pejabat yang ditangkap tangan malah kembali menghiasi layar televisi dan linimasa media sosial. Seakan-akan korupsi telah menjadi “budaya gelap” yang diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya. 

Namun, di tengah suasana pesimistis ini, Generasi Z muncul. Mereka adalah para pemuda yang dibesarkan dengan internet, smartphone, dan akses informasi yang bebas. Sejak kecil, mereka sudah terbiasa dengan berita, data, dan wacana publik. Berbeda dari generasi yang lebih tua, Gen Z memiliki kepekaan yang tinggi terhadap transparansi dan keadilan. Bagi mereka, korupsi bukan hanya pelanggaran hukum, tetapi juga pengkhianatan moral yang merampas masa depan. 

Mengapa Gen Z Peduli Antikorupsi? 

Pertama, karena masa depan mereka sedang dipertaruhkan. Setiap uang yang dikorupsi adalah dana rakyat yang seharusnya digunakan untuk pendidikan, kesehatan, dan lapangan kerja. Ketika dana beasiswa dipergunakan secara salah, itu bukan sekadar angka dalam laporan keuangan negara, tetapi mimpi para generasi muda yang hilang. 

Kedua, akses informasi yang mereka miliki jauh lebih mudah. Hanya dengan satu klik, mereka dapat mengakses dokumen APBD, laporan keuangan, hingga rekam jejak pejabat publik. Media sosial berfungsi sebagai alat yang membuat kasus-kasus kecil bisa menjadi sorotan nasional. 

Ketiga, budaya kritis sudah tertanam pada diri mereka. Generasi ini tak segan-segan menyampaikan pendapat, mengritisi kebijakan, atau bahkan membuat petisi secara online. Mereka merupakan saksi sekaligus pelaku yang mampu mendesak kalangan elite politik untuk bertanggung jawab. 

Manifesto Politik Gen Z: Melawan Korupsi

Generasi Z menyadari bahwa perjuangan melawan korupsi tidak bisa hanya dilakukan dengan kata-kata. Mereka merumuskan sejumlah prinsip yang seharusnya menjadi pedoman moral:

1. Transparansi Penuh. Semua anggaran publik wajib diumumkan secara digital, mudah diakses, dan diperbaharui secara berkala. Tidak ada lagi ruang bagi penyalahgunaan. 
2. Integritas sebagai Karakter. Gen Z menolak untuk mendukung politisi atau pejabat dengan rekam jejak korupsi, meskipun mereka terkenal atau karismatik. 
3. Partisipasi Masyarakat. Pemerintah tidak boleh bergerak sendiri; anak muda harus memiliki ruang untuk melakukan pengawasan, baik dari tingkat desa hingga pusat. 
4. Digitalisasi untuk Antikorupsi. Memanfaatkan teknologi seperti blockchain, penganggaran elektronik, dan sistem pelaporan yang aman bagi whistleblower. 
5. Budaya Politik Baru. Menolak praktik politik uang, nepotisme, dan transaksi. Solidaritas dibangun berdasarkan ide dan program, bukan amplop. 


Alarm untuk Gen Z

Dalam beberapa tahun terakhir, kita telah menyaksikan banyak pejabat daerah, menteri, hingga ketua lembaga tinggi negara terjerat operasi tangkap tangan. Kasus korupsi bantuan sosial COVID-19, misalnya, menyisakan trauma yang mendalam: di saat masyarakat kelaparan, ada elite yang tega mengambil keuntungan. 

Bagi Gen Z, peristiwa seperti ini menjadi alarm yang keras: jika dibiarkan, korupsi tidak hanya merugikan keuangan negara, tetapi juga merusak rasa keadilan sosial. Dari sini, kesadaran kolektif terbentuk bahwa korupsi adalah musuh bersama yang harus dilawan oleh semua generasi. 

Peran Nyata yang Bisa Dilakukan Gen Z

1. Mengawasi dan Melaporkan. Gen Z dapat aktif menggunakan aplikasi pelaporan publik atau saluran KPK untuk melaporkan dugaan korupsi. 
2. Mengedukasi Teman Sebaya. Membuat konten kreatif di TikTok, Instagram, atau YouTube mengenai bahaya korupsi agar pesan antikorupsi lebih mudah dipahami. 
3. Memilih dengan Bijak. Menolak praktik korupsi dan tidak memberikan dukungan kepada calon yang memiliki rekam jejak buruk. 
4. Membangun Komunitas. Mendirikan gerakan anti-korupsi di sekolah, universitas, atau lembaga sosial. Dengan adanya komunitas, gerakan ini tidak hanya berhenti pada individu tetapi menjadi bagian dari budaya.

Penutup

Warisan Harapan, Bukan Kebusukan Manifesto politik Generasi Z bukan hanya sekedar daftar aspirasi, tetapi juga komitmen moral untuk masa depan Indonesia. Perjuangan melawan korupsi memang memakan waktu dan tenaga, tetapi generasi ini tidak akan mundur. Korupsi dapat diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya, tetapi begitu juga dengan harapan. Dan Generasi Z telah memilih untuk mewariskan harapan, keberanian, dan integritas, bukan kebusukan.

 

Eka Sari, Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Pamulang.

Bagikan Artikel Ini
img-content
Eka Sari

Penulis Indonesiana

0 Pengikut

Baca Juga











Artikel Terpopuler