IRIS Initiative Indonesia: Seni dari Sampah untuk Kreativitas Anak dan Bumi

3 jam lalu
Bagikan Artikel Ini
img-content
Facts About Earth
Iklan

Melalui kuas hingga plastik daur ulang, anak-anak Indonesia mengubah sampah menjadi karya seni yang tak hanya indah, tetapi juga sarat makna.

***

Pernahkah terbersit dalam bayanganmu bahwa usaha memerangi masalah perubahan iklim dimulai dari kuas, pensil warna atau bahkan bahan kemasan plastik daur ulang? Mampukah generasi muda Indonesia melihat sampah bukan hanya sebagai sesuatu yang harus dibuang, namun sebagai kemungkinan untuk melahirkan karya seni?

Saat ini, anak-anak tidak hanya mengandalkan pembelajaran dari buku-buku pelajaran semata, namun mereka belajar melalui proses ketika mereka melakukan sesuatu yang di dalamnya melibatkan uji coba dan ekspresi diri. Media yang sempurna bagi generasi muda untuk menghadirkan kreativitas mereka adalah melalui seni! Melalui penggambaran visual, mereka akan lebih mudah mengkomunikasikan masalah abstrak seperti perubahan iklim atau polusi plastik ke dalam pengertian pribadi, bahkan dengan pengungkapan yang lebih menyenangkan.

Mungkin bagi sebagian orang, seni hanya dipandang sebagai ilustrasi sederhana, namun pendidikan seni mampu mengajarkan anak-anak jauh melintas batas. Ketika seni diperkenalkan pada tahap usia dini, hal tersebut dapat menjadi dasar bagi anak untuk mengembangkan kreativitas, pemecahan masalah, bahkan kemampuan berpikir kritis.

Mengutip penelitian yang dilakukan oleh Rocky Mountain College of Art Design, anak-anak akan mendapatkan manfaat terbesar ketika seni menekankan pada proses dan bukan pada hasil atau produk yang dihasilkan, karena anak akan mampu melakukan eksplorasi, uji coba, belajar dari kesalahan daripada hanya dituntut  untuk menghasilkan karya akhir yang sempurna. Dalam prakteknya, hal ini dapat dicapai melalui kebebasan anak untuk menghasilkan karya tiga dimensi dengan memanfaatkan karton bekas, ataupun perpaduan antara objek alami seperti sisa dedaunan dan kelopak bunga ke dalam karya kolase seni.

Kegiatan dengan memberikan kebebasan berkarya dan memadukan berbagai unsur ini tidak hanya meningkatkan kemampuan anak dalam berimajinasi namun juga mendorong mereka untuk melihat berbagai kemungkinan yang bagi orang lain tidak diperhitungkan atau bahkan dibuang dan tak berguna. 

Suatu artikel yang dikeluarkan oleh Unesco menekankan bahwa seni dapat mewujudkan ‘keberlangsungan’. Data statistik di atas kertas mungkin sulit dipahami, namun hasil karya mural, pahatan, ataupun pameran seni dari komunitas yang memunculkan budaya lokal akan mampu menggugah perasaan dan empati. Sebagai contoh, di Belgia para siswa membuat karya seni berupa peta Congo dari bahan daur ulang yang mampu menerjemahkan data statistik menjadi sesuatu gambaran visual yang mampu bercerita. Hal ini menunjukkan bahwa memadukan seni ke dalam kurikulum bukan hanya mampu mengajarkan konsep lingkungan hidup, namun hal tersebut juga mampu memberikan penekanan pada pelestarian warisan budaya dan menghidupkan berbagai nilai atau prinsip dasar seperti saling menghargai, tanggung jawab dan kepedulian terhadap Bumi.

Agar dapat menghadirkan konsep yang telah dijabarkan di atas di Indonesia, kami menggagas pembentukan IRIS Initiative, wadah nirlaba yang memiliki misi untuk mendidik anak-anak yang kurang terlayani dan tidak memiliki akses untuk pengembangan diri secara penuh di lingkungannya.

Kami telah menorehkan jejak di beberapa lokasi dalam rangka menjalankan misi ini, mulai dari lokasi pengolahan sampah (TPST) Monang Maning, Sekolah Dasar Negeri 2 Batuan Kaler di Bali hingga Sekolah Luar Biasa Rawinala di Jakarta. Melalui kegiatan di lokasi-lokasi ini, kami mulai melakukan pendekatan kepada anak-anak dengan melakukan kegiatan ‘ice breaker’ yang menyenangkan, seperti permainan, gerak dan lagu, serta menyanyi bersama.

Kegiatan pembukaan ini menolong untuk menciptakan suasana menyenangkan sebelum melakukan pembelajaran. Kami kemudian melanjutkan dengan tahap selanjutnya untuk memperkenalkan anak-anak mengenai konsep ‘keberlangsungan’ lingkungan hidup, bagaimana menjaga lingkungan tetap bersih dan yang terpenting adalah memulai kebiasaan sederhana namun berdampak positif bagi lingkungan kita, misalnya membuang sampah pada tempatnya dan mengurangi sampah.

Anak-anak juga diajak untuk memahami konsekuensi dan bahaya yang ditimbulkan jika kita tidak menghiraukan pengelolaan lingkungan, karena dampaknya tidak hanya bagi lingkungan saja tapi juga bagi keseharian dalam hidup mereka. Untuk memastikan bahwa mereka terhubung dan memahami materi pengajaran, kami melakukan kuis-kuis yang seru dan menyenangkan dengan memberikan hadiah-hadiah kecil sebagai bagian dari validasi terhadap pemahaman mereka. 

Selanjutnya bagian yang paling menyenangkan! Kami merancang kontes atau lomba pada tiap lokasi, di mana anak-anak didorong untuk menerapkan apa yang mereka pelajari melalui seni. Seringkali, mereka mewujudkan pemahamannya dalam bentuk  pemandangan alam Indonesia di area lingkungannya yang bersih dan bebas sampah, mewujudkan imajinasi dan harapan mereka untuk Indonesia yang bersih.

Anak-anak ini juga menunjukkan kreativitasnya dengan menggunakan sampah daur ulang sebagai bagian dari karya seninya. Hal ini mengajarkan mereka untuk melihat sampah sebagai materi yang dapat didayagunakan kembali sebagai bagian dari karya seni dalam usaha mengkomunikasikan masalah penting  seperti perubahan iklim dan kebersihan lingkungan hidup.

Dari hasil usaha dan karya mereka, kami membuat kartu pos yang nantinya akan dijual dan hasilnya dikembalikan bagi komunitas mereka. Melalui IRIS Initiative kami mewakili suara anak-anak Indonesia: Memperlihatkan bahwa kreativitas mereka penting dan berharga bagi keberlangsungan lingkungan hidup, dimulai dengan tangan dan kreativitas mereka.

Ketika anak mampu mengubah sampah plastik menjadi bunga atau mampu melukis hutan dari karton bekas, mereka tak hanya menghasilkan karya seni–mereka sedang membentuk cara pandang mereka terhadap bumi tempat tinggalnya. Keberlangsungan, dengan melintas batas kebijakan yang hanya di atas kertas, terjadi saat anak membentuk pemahaman dengan belajar melalui pengalaman yang lahir dari hasil karya tangan dan imajinasi mereka sendiri.

Di Indonesia, dimana masalah lingkungan hidup menjadi suatu hal yang mendesak namun di lain sisi kreativitas anak meluap dan tak terbendung, memadukan seni dan pendidikan keberlangsungan lingkungan bukanlah sekedar metode pengajaran–hal ini menjadi langkah strategis bagaikan menanamkan benih di tanah yang subur.

Tiap karya lukis, pahat, ataupun hasil karya daur ulang adalah langkah kecil yang memberi harapan, pembuktian bahwa ketika anak belajar untuk berkarya secara bertanggung jawab, mereka akan belajar untuk peduli secara mendalam. Pada akhirnya melalui pembelajaran yang sederhana ini, masa depan kita dapat terarah dan berkembang menjadi lebih baik.

Bagikan Artikel Ini

Baca Juga











Artikel Terpopuler