Manusia yang masih mencari jati diri karena ketertarikannya pada isu anak, keluarga, komunitas, dan pemberdayaan. Berhasil dalam perjuangan memperoleh pengalaman dan pengetahuan di jurusan Kesejahteraan Sosial Universitas Jember. Dalam proses belajar dan menjadi manusia yang utuh
Menghidupkan Kembali Kearifan Lokal dalam Pengasuhan Anak
2 jam lalu
Pengasuhan komunal dan pengetahuan lokal menyiapkan anak Indonesia menghadapi keterbatasan dan perubahan zaman.
***
Hari ini, kiblat pengasuhan anak banyak merujuk pada pendekatan Barat yang menekankan kemandirian dan logika rasional. Meski tidak ada yang salah dengan hal tersebut, kita perlu jujur bahwa tantangan yang dihadapi masyarakat Indonesia tidak selalu sama dengan masyarakat Barat.
Karena itu, pengasuhan yang lahir dari kearifan lokal sering kali lebih relevan dengan konteks kita. Di berbagai daerah, pola pengasuhan tradisional justru menanamkan ketangguhan dan kemampuan beradaptasi. Anak-anak dibekali keterampilan bertahan hidup, etika kolektif, serta cara memecahkan masalah yang berakar pada ekologi lokal.
Belajar dari Tugas Sehari-hari
Sejak kecil, anak-anak di pedesaan kerap dilibatkan dalam pekerjaan rumah tangga maupun kegiatan ekonomi keluarga. Mereka menemani orang tua mengumpulkan kayu bakar, mengambil air, atau mencari makanan di alam. Aktivitas ini bukan sekadar rutinitas, tetapi ruang belajar yang nyata. Anak-anak belajar menghadapi tantangan fisik, menyesuaikan diri dengan cuaca, serta mengasah keterampilan praktis yang langsung bisa diterapkan di lingkungan mereka.
Pengalaman seperti ini berbeda dengan pengetahuan abstrak yang diperoleh melalui buku. Misalnya, anak tidak hanya membaca tentang cara menemukan sumber air bersih, tetapi benar-benar mengalaminya di lapangan. Umpan balik dari alam bersifat langsung—jika salah langkah, mereka belajar memperbaikinya. Proses ini menanamkan ketangguhan sekaligus rasa percaya diri.
Kreativitas dari Keterbatasan
Keterbatasan sumber daya di banyak daerah juga menjadi ruang pembelajaran penting. Anak-anak diajarkan untuk berimprovisasi: menggunakan daun pisang sebagai piring, bambu sebagai mainan, atau batu sebagai alat permainan. Dari sini mereka belajar bahwa solusi bisa muncul dari apa yang ada di sekitar.
Kebiasaan berimprovisasi ini mendorong anak untuk berpikir fleksibel. Mereka dilatih melihat benda bukan hanya dari fungsi umumnya, melainkan dari potensi kegunaan lain. Dengan begitu, kreativitas bukanlah hasil spontan, melainkan keterampilan yang terus terasah melalui kebutuhan sehari-hari.
Tanggung Jawab yang Ditanamkan Sejak Dini
Satu ciri khas lain adalah pengasuhan komunal. Kakak yang lebih tua sering diberi tanggung jawab menjaga adiknya saat orang tua bekerja. Pengalaman ini melatih kesabaran, empati, sekaligus kemampuan mengelola stres.
Anak-anak belajar dengan meniru perilaku orang dewasa di sekitar mereka. Saat mengambil peran sebagai pengasuh, mereka bukan hanya menjalankan tugas, tetapi juga menjadi teladan bagi adik-adiknya. Rasa hormat atau apresiasi dari keluarga dan lingkungan bertindak sebagai penguatan tidak langsung, yang membuat nilai empati dan tanggung jawab semakin tertanam.
Kearifan Ekologis sebagai Bekal Hidup
Di banyak komunitas adat, anak-anak juga dikenalkan pada kearifan ekologis sejak dini. Para tetua mengajarkan cara membaca tanda alam: pergerakan awan, arah angin, atau perilaku hewan. Pengetahuan ini diwariskan turun-temurun sebagai bekal menghadapi ketidakpastian.
Kemampuan membaca alam bukan sekadar keterampilan bertahan hidup, melainkan sistem pengetahuan yang mencakup pengamatan lingkungan, pengelolaan sumber daya, hingga aturan sosial. Dengan bekal ini, anak-anak tumbuh memahami ekosistem lokal mereka. Saat teknologi modern seperti prakiraan cuaca atau GPS tidak tersedia, pengetahuan tradisional ini tetap memberi pegangan untuk membuat keputusan penting.
Menimbang Ulang Arah Pengasuhan
Kearifan lokal masyarakat Indonesia pada dasarnya sudah memiliki prinsip mapan dalam membesarkan anak: resilien, adaptif, dan berakar pada nilai kolektif. Tentu kita tetap bisa mengambil hal positif dari pendekatan Barat, namun penting pula menyeimbangkannya dengan kebijaksanaan yang sudah lama hidup di sekitar kita.
Menggali kembali praktik pengasuhan tradisional bukan berarti menolak modernitas, melainkan merawat kekuatan yang sudah terbukti relevan dengan tantangan bangsa kita. Pada akhirnya, pengasuhan yang berpijak pada kearifan lokal dapat membantu melahirkan generasi yang tangguh, kreatif, dan selaras dengan lingkungannya.

Penulis Indonesiana
1 Pengikut

Anak Dijadikan Strategi Bertahan Hidup di Tengah Ketiadaan Negara
Kamis, 18 September 2025 19:48 WIBBaca Juga
Artikel Terpopuler